Adam keluar dari kantornya dan hendak masuk ke mobil. Diman dengan sigap membuka pintu untuknya, tapi saat akan masuk ke dalam, Lucky yang biasa ikut menjemputnya dan tenang di dalam mobil itu bukannya menyambutnya malah melompat keluar membuat Adam heran.
"Lucky? What are you doing?"
Lucky berlari menuju Afra yang baru keluar bersama beberapa karyawan dan hendak duduk di lobi sejenak untuk suatu urusan. Beberapa karyawan pun sedang berlalu lalang.
Afra terkejut melihat kucing berbulu abu-abu itu sudah muncul di sampingnya membuatnya berhenti di tempat. Beberapa teman-temannya pun bingung menatap kucing itu.
"Kucingmu, ya, Afra? Lucu banget. Gemes." Firda hendak menyentuhnya, tapi Lucky malah menggosokkan tubuhnya ke kaki Afra membuat Afra salah tingkah. Pasalnya kalau Lucky muncul berarti tuannya pun ada di sekitar situ, pikirnya.
Benar saja, begitu mereka mendongkak, Adam sudah muncul tak jauh dari sana. "Lucky? Come on. We have to go home."
Mereka terkejut mendapati kehadiran Adam. "Hah ...."
"Pak Adam?" Para karyawan itu menyapa dengan hormat.
"Iya." Adam mengangguk sopan.
Namun, Lucky tak kunjung menuju majikannya. Masih betah pada Afra yang dulu tak hanya merawat majikannya, tapi juga merawatnya itu.
Afra malah semakin salah tingkah, lantaran khawatir para karyawan itu curiga. Dia berjongkok sejenak mengusap kepala Lucky. "Lucky? Pak Adam sudah menunggu. Pulang, ya. Bye."
Lucky tetap saja berdiri di kaki Afra dan tak mau pulang bersama majikannya itu. Dia lebih seperti majikan Adam daripada Adam yang menjadi majikannya.
"Lucky? Ayo saya antar kamu ke Pak Adam." Dilla salah satu karyawan hendak menggendongnya pun dia menghindar. Terus berada di samping kaki Afra membuat telinga Adam memerah lantaran bertemu Afra. Hal yang cukup jarang.
"Wah, dia cuma mau sama Afra." Firda heran.
"Lucky? Come on. Come with me." Kucingnya itu tetap keras kepala. Adam mendekat ke arah Afra. "Maaf, ya, saya izin bawa Lucky." Adam hendak berjongkok meraih Lucky, kucingnya itu malah berlari ke belakang tubuh Afra membuat Adam dan Afra tahan napas. Adam mendekat dan beralih ke belakang Afra, kucingnya itu malah berlari ke depan. Alhasil dia mengelilingi tubuh Afra membuat Afra yang pusing.
"Pak? Biar saya saja."
"Oh ... oke." Telinga Adam memerah lantaran bertemu gadis yang disukainya.
Afra berjongkok dan mengulurkan tangannya ke arah Lucky, dan tak ada penolakan sama sekali, kucing berbulu abu-abu itu langsung masuk ke dalam gendongannya. Sangat mudah.
"Wah, dia seperti sangat akrab dengan Afra." Dilla dan karyawan lain terkejut, tapi Afra bergegas menuju mobil Adam yang pintunya telah dibuka oleh Diman itu. Adam pun mengekorinya dari belakang dan berhenti di belakang Afra.
Perlahan Afra menurunkan Lucky di tempat duduk Adam sebelum melambaikan tangan dengan senyum cerah. "Sampai jumpa lagi, Lucky." Kucing itu sudah tenang di tempatnya, tapi terus menatapnya dengan ekspresi serius. "Baik, Pak. Lucky sudah di dalam." Dia menoleh ke arah Adam dengan sopan.
Diman malah menahan tawa. "Wah, Lucky tahu ya yang mana calon istri tuannya. Eh ...." Dia memegang mulutnya lantaran merasa tak seharusnya mengucapkan kalimat itu.
Sontak Adam langsung membuang muka ke arah samping dengan senyum tertahan lantaran telinganya semakin panas dan memerah. Salah tingkah.
Wajah Afra pun sudah berubah memerah sempurna. Dia juga buang muka ke arah yang berlawanan. Salah tingkah.
"Ekhem ... kalau begitu kami pulang dulu, Afra." Adam berusaha mencairkan suasana.
Afra mengangguk sopan. "Baik, Pak. Hati-hati, Pak Adam, Pak Diman, dan Lucky."
"Pak?" Adam seperti heran dengan panggilan untuknya itu membuat Afra juga ikut heran.
"Iya, Pak?"
Sontak Adam tersadar bahwa mereka memang belum menikah. Walaupun sudah lamaran, tapi tetap saja masih non mahram yang harus bersikap selayaknya non mahram yang menjaga adab-adabnya. "Oh ... maksud saya ... ya ... ya ... kami pulang dulu."
Sesaat setelah dalam mobil, Diman langsung minta maaf. "Den? Saya minta maaf, Den. Keceplosan."
Adam memijit dahinya dengan senyum tertahan dan telinga yang masih memerah. "Duh ... Pak Diman. Saya sampai bingung harus bilang apa sama Afra."
Diman menahan tawa. "Formal banget, Mbak Afra. Memang harus begitu, ya, Den?" Dia heran lantaran dua orang itu akan menikah dalam waktu dekat, tapi masih seperti orang asing.
"Kan Afranya belum saya nikahi, Pak. Belum halal."
***
Insiden Lucky membuat Firda dan teman-teman Afra yang lain bertanya-tanya, tapi tetap tak curiga. Mereka baru sadar begitu undangan pernikahan disebarkan H-7.
DUAR
Gempar satu perusahaan membaca nama yang tertera di undangan.
"Adyatama Adam Aryasatya & Afra Hadzayah"
Orang-orang yang diundang sampai yang tak diundang pun membahasnya.
"Afra Hadzayah siapa sih?"
"Serius Afra Hadzayah ini karyawan di lantai sepuluh?"
"Adam nikahi karyawan? ASTAGA!"
"Secantik apa sih cewek yang namanya Afra itu?"
"Kok bisa Afra dan Adam saling kenal?"Firda yang ingin pingsan. "Keterlaluan lo, Afra! Gue nanya lo malah pura-pura gak tahu, ya!"
Afra salah tingkah. "Ya, maaf. Gue dan Adam sepakat rahasiakan dulu sebelumnya."
"Lo diem sibuk cari cuan, bergerak menyebar undangan lo, ya. Aaaaaa ... gue ikut seneng banget!" Firda memeluknya dengan erat beberapa kali. "Pantas aja Pak Adam perhatian banget sama lo waktu insiden di rumahnya Pak Damar. Ternyata! Jadi lo selama ini pura-pura mengabaikan Pak Adam karena kalian berdua pacaran?"
"Kita gak pacaran. Kita taaruf."
"Taaruf selama delapan tahun?" Firda tak habis pikir.
Afra menghela napas pelan. "Ya, gak lah, Firdaku sayang. Taaruf mah gak boleh lama-lama. Kita taaruf cuma dua bulan doang."
"Astaga Afra, maaf tapi gue harus jujur, gue sungguh sangat meleleh lihat pesona calon suami lo!"
Afra geleng-geleng. "Jaga pandangan."
Teman-teman satu lantainya pun memberikan selamat, tapi setelah itu, Afra agak risih karena selalu menjadi pusat perhatian ketika di kantor. Dalam lift pun orang-orang yang biasanya tak peduli satu sama lain mulai menjaga jarak dengannya yang merupakan calon istri dari seorang bos itu. Banyak juga yang nyinyir walaupun tak secara terang-terangan di hadapannya, dan Afra harus menerima resiko itu.
"Itu yang namanya Afra."
"Cantik sih, tapi maksud gue, Pak Adam bisa dapat yang lebih lagi."
"Kayak kisah dalam dongeng. Pak Adam nikah sama cewek yang biasa-biasa aja untuk orang selevel dia. Calon CEO gitu lho. Minimal kalau mau menikah dengan orang satu perusahaan, cari aja direktur yang masih muda. Masa karyawan biasa?"Afra benar-benar harus kebal dengan semua itu, karena sudah terbiasa dengan Adam yang sejak SMA pun memiliki banyak penggemar.
"Gue harus belajar, bahwa gak semua orang berbahagia untuk apa yang gue dapat. Jadi ... biasa ajalah."
Beruntung dia mendapatkan cuti H-1 sebelum menikah yang bisa digunakan juga untuk beristirahat dari pandangan orang-orang terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengasuh Mr. A (TAMAT)
Spiritual#Karya 16 📚 PART LENGKAP Pekerjaan : Pengasuh Benefit : 1. Gaji dua digit + tunjangan 2. Makanan terjamin 3. Tersedia tempat tinggal full fasilitas "Ini jagain cucunya presiden, ya?" tanya Afra. Pekerjaan pengasuh dengan gaji fantastis itu sangat...