Jalan 2 + Sejarah

10.6K 599 28
                                    

Bismillah

Teman2 maaf baru update. Tapi aku izin Insyaallah update saat ada kesempatan saja, ya. Tidak selalu update setiap hari.

Terima kasih sudah menunggu ❤️🍉

***

"Ingat! Minumnya gak banyak-banyak!" titah Afra.

Setelah melewati negosiasi yang alot, Afra tak ada pilihan selain membolehkan Adam membeli Es Dawet.

Alasan pria itu ingin membeli Es Dawet pun simpel sekali. "Aku penasaran karena ada hijau-hijaunya." Afra menganga mendengarnya.

Keduanya duduk di kursi yang disediakan kedai Es Dawet itu. Tempat sederhana dengan meja kayu tua, kursi plastik tanpa sandaran, dan fasilitas satu buah TV tabung di sudut ruangan yang menyiarkan berita nasional.

Adam menyeruput Es Dawet dengan tatapan tajam dari Afra di sampingnya.

"Ini enak. Kenapa aku baru tahu ada minuman seenak ini ya? Harganya juga sangat murah. Aku gak percaya minuman seenak ini bisa sangat murah."

Afra menghela napas jengah. "Kamu saja yang jarang keluar rumah. Anak kecil pun tahu Es Dawet."

"Bu Bunga selalu bilang kalau aku gak boleh makan di pedagang kaki lima, padahal kata Adly yang sering jajan di kaki lima, dia baik-baik saja. Katanya banyak makanan enak yang gak pernah ditemui di restoran keluarganya atau di katering sekolah."

"Memang banyak makanan kaki lima yang mantap tahu. Selama kebersihannya terjaga, semuanya aman. Sudah begitu harganya super murah. Aku bertahun-tahun hidup makannya di kaki lima dan baik-baik saja. Kamu saja yang bermasalah."

Tak membalas, perhatian Adam justru beralih ke arah televisi yang sedang menampilkan berita mengenai kondisi terbaru di Palestina.

Kota yang luluh lantak, begitu banyak jenazah, orang tua yang menggendong anak-anak kecil mereka yang telah wafat ataupun terluka tertimpa reruntuhan dengan debu yang memenuhi tubuh, rumah sakit yang begitu ramai dan sibuk, kondisi di pengungsian yang sangat sulit akan makanan, air, obat-obatan, dan lainnya. Bahkan banyak warga yang terlihat berjalan kaki, pergi meninggalkan kampung halamannya dengan berat hati untuk mengungsi karena alasan keselamatan.

Ekspresi Adam berubah sendu. Afra mengikuti arah tatapan Adam dan mendapati tayangan yang menyayat hati itu.

"Apa salah dari anak-anak, perempuan, dan seluruh orang-orang Palestina sampai mereka berhak untuk diusir atau bahkan dibunuh di tanahnya sendiri?" tanya Adam. "Aku gak mengerti paham apa yang dianut oleh manusia yang seharusnya memiliki hati nurani, sampai tega merebut wilayah dan membantai manusia-manusia lain yang gak berdaya dalam beberapa dekade. Itu sangat gak dapat dimengerti, ketika para pelaku masih bisa berjalan bahkan berbicara di forum internasional dengan kepala tegak dan meyakini bahwa mereka melakukan hal yang benar dan bermartabat serta menyebut diri mereka sebagai manusia. Sementara mereka bermandikan darah anak-anak, perempuan, dan orang tua."

Afra menoleh dengan wajah sedikit gelisah. "Apa gak sebaiknya kita bersikap netral saja?"

Adam mengerutkan dahi dengan ekspresi heran. "Netral? Orang bersikap netral ketika mereka gak berpihak, sementara gak berpihak ketika kamu tahu ada penindasan dan kejahatan secara jelas yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain di depan matamu adalah tindakan yang sangat gak dapat dimengerti.

"Terserah kamu mau bersikap seperti apa. Aku gak memaksa semua orang harus sama denganku. Itu urusan setiap orang dan setiap orang memiliki kebebasan dalam menentukan sikap. Tapi kalau kamu tanya ke aku, menurutku bersikap netral ketika kamu tahu ada kejahatan secara jelas adalah tindakan yang sangat gak dapat dimengerti. Kamu gak terlihat baik, bijak atau adil dalam keadaan itu hanya karena kamu gak memihak.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang