Cintanya Para Sahabat Radhiyallahu 'Anhum

4.4K 236 13
                                    

Begitu memasuki waktu shalat, semua orang yang semula berada di posisinya masing-masing untuk beribadah sendiri, berjauhan satu sama lain, berdiri merapat membentuk saf yang rapi dalam sekejap. Menghadap kiblat untuk beribadah kepada Rabb yang satu.

Suasana begitu tenang dalam bangunan 41 pintu yang setiap pintunya terdapat plakat batu bertuliskan, "Masuklah dengan damai dan aman." (QS. Al Hijr : 46)

Ketika selesai shalat, Adam, Aziz, Diman, dan Fahrizal keluar dari Masjid Nabawi menuju hotel, dan sedikit terkejut mengetahui begitu banyak orang di sana lebih dari saat mereka datang. Sebelumnya mereka tak mengetahui akan sebanyak itu, karena waktu kedatangan ke masjid yang berbeda. Dan, suasana ramai di masjidnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu terjadi setiap waktu shalat. Selalu ramai.

Hari berikutnya, mereka berkesempatan untuk shalat sunnah di raudhah. Sebenarnya mereka harus mendaftar untuk dijadwalkan terlebih dahulu, dan itu sudah diurus oleh pihak travel. Jadi mereka hanya datang saat jadwal pria, karena pria dan wanita memiliki jadwal yang berbeda untuk dapat shalat di tempat antara mimbar dan rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu.

Adam tak menyangka, bahwa akan sebanyak itu orang-orang yang ingin shalat di raudhah, karena memang dianjurkan untuk beribadah di tempat itu. Sangat banyak orang bahkan saat ingin memasuki pintu masuk, mereka harus bersabar berjalan dalam barisan kelompok mereka.

Dia mendadak teringat sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibacanya dalam buku saku yang diberikan pihak travel, bahwa beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Antara rumahku dan mimbarku adalah di antara taman surga." (HR. Bukhari no. 1196 dan Muslim no. 1391)

Setelah beribadah di raudhah, rombongannya diajak untuk berziarah ke makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, dan Umar radhiyallahu 'anhu.

Ustadz Yahya memandu sekaligus menjelaskan, "Banyak yang mengira bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimakamkan dalam Masjid Nabawi, padahal tidak. Para Nabi itu dimakamkan di tempat wafatnya. Tempat wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah rumahnya istri beliau, 'Aisyah radhiyallahu 'anha yang berada di samping Masjid Nabawi. Sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan kedua sahabatnya itu dimakamkan di dalam rumahnya 'Aisyah radhiyallahu 'anha. Bukan dalam masjid.

"Karena Islam sendiri melarang membangun masjid di atas kuburan, shalat dalam masjid yang di dalamnya ada kuburan, shalat di kuburan, shalat menghadap kuburan orang shalih maupun shalat di samping kuburan orang shalih untuk menjadikan orang shalih yang telah wafat tersebut sebagai perantara dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini tidak diperbolehkan, karena masuk dalam syirik maupun perantara kepada kesyirikan."

Saat berjalan mendekati area makam, tiba-tiba ada perasaan gemuruh di dada Adam, kerinduan yang begitu kuat, yang membuat air matanya mengucur deras begitu saja. Sangat tak menyangka akan berziarah ke makam Rasulullallah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, dan Umar radhiyallahu 'anhu. Tiga manusia mulia yang sangat luar biasa.

Saat melintasi kuburan yang tertutup dan dijaga petugas itu, air matanya justru semakin mengalir. Hanya perasaan haru, rindu, cinta, dan merasa bersalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena belum menjadi orang yang berusaha meneladani kekasih-Nya seutuhnya.

Mengetahui bahwa manusia terindah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang dimakamkan di dalam tempat itu pernah hidup di masa lampau dengan diuji dengan ujian yang luar biasa, berkorban, berjuang mengeluarkan manusia dari gelapnya kesyirikan menuju cahaya tauhid. Hingga nikmat Islam dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala bisa dirasakan Adam hari ini.

Belum lagi saat dia mengingat perkataan Fahrizal saat di hotel kemarin. "Kita lagi di kotanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku pernah dengar dari Ustadz Ahmad, kalau kita merasa hidup ini sulit, ujian yang kita rasakan berat, terasa membuat sesak hati kita, ingat lagi bagaimana ujian yang dilalui oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lahir dalam keadaan yatim, ibunya meninggal saat beliau masih kecil, ditinggal meninggal oleh kakeknya, anak yang dinanti-nantikan pun wafat meskipun ada yang hidup bersama dengannya, tapi selain Fatimah radhiyallahu 'anha, beliau harus kembali menyaksikan anak-anaknya wafat lebih dulu, istri tercinta yang selalu mendukungnya dan paman yang mengasuh dan melindunginya dari orang-orang kafir pun wafat dalam tahun yang sama, dimusuhi oleh kerabatnya sendiri, dihina, dicaci, ingin dibunuh, dan lainnya."

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang