Bab 9. Om Haris, Om Haris

52.8K 1.7K 9
                                    

Ku sandarkan tubuh menenangkan diri, aku siap menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dari Harisba Kamil, juga ibu untuk kedua adikku.

Hingga tak terasa kami telah berkendara selama tiga jam. Mobil di tepikan, tampaknya om Haris lelah.

"Capek yah?" tanya ku melihat ia meregangkan tubuh. Ia hanya tersenyum lalu menoleh ke kursi belakang pada Reza dan Rezi yang tertidur.

"Istirahat dulu yah," pintanya ku anggukkan, ia lalu turun dari mobil.
Ku ikuti ia turun beristirahat sembari menikmati matahari terbenam.

"Maaf, aku mau merokok

Aku hanya tersenyum. Melihat seseorang merokok sudah biasa bagiku, bahkan aku pernah mencobanya, tapi untungnya aku tak sampai ketagihan. Dan itu menjadi rahasia kenakalanku dulu.

"Coba aku bisa menyetir, aku bisa menggantikan om"

"Nanti bisa belajar kok sama pak Kuji"

"Pak Kuji itu siapa?"

"Sopir yang mengantar jemput ke kantor, ke sekolah nanti pak Kuji juga yang akan mengantar jemput si kembar"

Aku manggut-manggut, tampaknya om Haris sudah menyusun kegiatan untuk pegawainya.

"Ada berapa pekerja di rumah om?"

"Dua pengurus rumah, satu sopir, satu keamanan yang berjaga di gerbang" aku manggut-manggut.

"Siapa saja nama mereka? Dan berapa usia mereka?"

Ia menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya.

"Pengurus rumah yang paling lama namanya buk Ina, usianya sudah 55 tahun, istri pak Kuji" terangnya menatap ke depan pada lautan tenang berwarna jingga. "Pengurus rumah lainnya buk Sari, usianya 40 tahunan, istri pak Ego yang menjaga keamanan"

Lagi aku manggut-manggut. "Eh!" ia menoleh.

"Kenapa?"

"Om pekerjakan pasutri?"

Ia tersenyum kembali menghisap rokoknya lalu mengembuskan asapnya dengan sedikit membungkuk menyanggah kan kedua sikutnya pada pembatas jalan, rambutnya yang tanpa gel bergerak tersibak angin laut sepoi-sepoi, dengan balutan hoodie dan sebuah kacamata. Jujur, ia tampak keren ala bad boy senior hehe...

"Buk Ina dan pak Kuji meninggalkan kampung halaman mereka karena terlilit hutang pada rentenir dan rumah mereka di sita, di jalan pulang aku melihat mereka tidur di halte bus tengah malam saat hujan lebat, awalnya ku pikir mereka pengemis, setelah melihat tas mereka ku dekati dan tanya-tanya lalu menawari mereka pekerjaan. Syukurnya pak Kuji selama di kampungnya memang sopir mobil, mereka terima dan mereka menjadi pegawai pertama di rumah" terangnya dengan lancarnya.

Om Haris memang orang yang baik, aku akan berusaha berbakti sebaik mungkin pada nya. Dan ku harap suatu saat nanti aku akan jatuh cinta pada suamiku sendiri.

"Kalau buk Sari sama pak Ego?"

"Pertama kali melihat mereka di depan hotel yang di Bogor, mereka sama seperti buk Ina dan pak Kuji pergi merantau tapi beda masalah.
buk Sari dan pak Ego melarikan diri dari keluarga mereka yang ingin memisahkan mereka.."

Aku menoleh pada om Haris heran ia bercerita selancar itu, ia sepertinya mengetahui dengan baik kehidupan para pegawainya.

"Buk Sari lebih tua lima tahun dari pak Ego, juga janda dengan dua orang anak, makanya pernikahan mereka nggak di restui hingga melarikan diri ke kota" sambungnya kembali menghisap rokoknya.

"Lalu mas? Mas tawari pekerjaan saat itu?"

Om Haris menoleh menatap ku lalu tersenyum, entahlah aku bingung mengapa ia begitu.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang