"Kak....!"
Ku tinggalkan pakaian yang tengah ku lipat memenuhi panggilan kedua adikku yang telah pulang sekolah.
"Tumben pulangnya awal" seraya mereka mencium tangan ku.
"Kan om Haris bilang" balas Rezi
"Oh iya, ganti seragam kalian terus makan siang"
"Nanti saja kak, kami belum lapar" sahut Reza
"Yah sudah ganti saja seragam kalian"
Tak lama berselang terdengar bunyi kendaraan memasuki halaman rumah, aku keluar menemui itu pasti om Haris.
Ku tunggu ia di teras, ia turun dari mobil berjalan kearah ku dengan ekspresi datar, tak marah juga tak senang. Ku raih tangannya mencium punggung tangannya, dan ia membalas mengecup dahiku. Entahlah ia sadar atau tidak melakukan itu, jika biasanya aku senang, kini aku heran.
"Si kembar sudah pulang?" tanya nya
"Iya, baru saja"
"Larissa..." panggilnya menengok ke arah mobilnya, aku tak sadar ia bersama seseorang.
Seorang wanita dewasa hampir seumuran dengan nya turun dari mobil yang sama. Ia berjalan kearah kami dengan senyum, entahlah ia siapa.
"Dia Larissa, yang akan mengajari si kembar" terang om Haris memperkenalkannya. Ku ulurkan tangan ku sopan karena ia lebih tua dariku.
"Tami, istrinya mas Haris" ucapku, seketika senyum wanita itu sedikit memudar, keningnya sedikit mengkerut menatap ku.
"Oh dia istri kamu mas?"
Apa!? Mas!? Adik om Haris saja memanggilnya kakak bukan mas.
Perempuan ini siapa sih!? Tampaknya mereka kenal bukan hanya sekedar km Haris menyewa jasanya."Iya, dia istriku" papar om Haris. "Ayo silahkan"
Om Haris membawa Larisa itu ke kamar adikku lalu memperkenalkannya, setelah di rasa cukup Larisa mulai melakukan pekerjaannya sebagai seorang pengajar mengajari kedua adikku.
"Buk..." panggil om Haris buk Ina segera menanggapi.
"Iya pak"
"Bawakan minum juga beberapa camilan untuk si kembar dengan guru lesnya"
"Baik pak"
Om Haris pun berlalu naik keatas kamar. Dan lagi kegiatan ku saat sendiri seperti ini aku hanya berada di taman belakang menenangkan diri untuk kebaikan anak ku.
"Mbak...!!" panggil buk Ina berlari kecil ke arah ku, aku segera berdiri khawatir tak biasanya beliau seperti itu.
"Ada apa buk? Ibu kenapa?"
Beliau mengatur nafasnya sejenak sebelum menjawab.
"Yang di dalam kamar si kembar guru lesnya?"
"Iya buk, kenapa?"
"Itu buk Larissa kan?"
"Ibu kenal?"
"Itu kan mantan pacar pak Haris sebelum menikah dengan buk Rivi"
"HAH!"
Aku tak tahu apa maksud om Haris membawa mantan pacarnya ke rumah mengajari kedua adikku. Aku tak bisa diam saja, aku harus menanyakan hal itu padanya. Segera aku naik ke lantai atas.
Tok! Tok! Tok!
Cklet..
"Ngapain ngetuk pintu, kenapa tidak masuk saja, ini kan juga kamar kamu"
"Kan mas yang nggak mau kita sekamar"
"Mas nggak bilang begitu"
"Sama saja,. Saat mas menolak anak mas, sama saja mas ingin kita berjauhan"
Ia terdiam menatap ku lesu, mengapa ia terlihat sedih padahal ia sendiri yang memulai semua drama ini. Ku lewati ia masuk kedalam kamar
"Ada apa?" tanya nya sesaat aku menutup pintu.
"Apa maksud mas membawa mbak Larissa ke rumah ini?"
"Untuk mengajari si kembar"
"Kenapa harus dia? Kenapa harus mantan pacar mas!?"
Ia terdiam sesaat menatap ku menghembuskan nafas berat.
"Kami nggak sengaja ketemu. Dia bilang lagi butuh pemasukan tambahan untuk anaknya, kasihan dia single parents, makanya mas tawarin, dia memang berprofesi sebagai seorang pengajar kok"
"Tapi kenapa harus mantan mas sih?"
"Kenapa?"
"Aku nggak suka mas! Aku nggak suka dia ada di rumah ini! Aku nggak suka dengar dia manggil kamu dengan sebutan mas!"
Aku menceracau kesal ia malah tersenyum menatap ku sendu.
"Dia hanya seorang pengajar" balasnya santai dengan senyum kecil di wajahnya membuatku makin kesal ia bisa setenang itu, sedangkan aku sudah berapi-api.
Tok! Tok! Tok!
Kami mengerjap menoleh kearah pintu. Ku raih gagang pintu dan menariknya.
"Mbak!" pekik ku terkejut melihat Larissa yang mengetuk pintu kamar kami.
"Oh, maaf, aku mau ngomong sama mas Haris"
"Di bawah nggak ada mengurus rumah?"
"Ada kok"
"Terus ngapain mbak naik? Kenapa nggak minta tolong sama mereka saja?"
"Ini penting"
"Sepenting apapun urusan semua pegawai mas Haris tapi nggak ada yang sampai naik keatas kamar kami apa lagi mengetuk pintu ingin bertemu di sini! Ini kamar pribadi anda harus tau batasan anda! Anda itu tamu, tempatnya di ruang tamu" cecar ku kesal, belum cukup sehari ia sudah melunjak.
"Maaf, saya nggak bermaksud lancang...
"Mulai sekarang hingga selama anda mengajari adik-adik saya, ada urusan apapun dengan suami saya minta pengurus rumah memanggilkan mas Haris dan tunggu di ruang tamu!" titahku kesal.
"Maaf mbak, maaf mas"
"Satu lagi.." ia menatapku. "Panggil pak pada suami saya. Meskipun kalian kenalan tapi jasa anda di sewa sebagai pengajar bukan sebagai teman apa lagi kenalan"
"Maaf mbak kebiasaan, soalnya saya dengan mas Haris dulu pernah pacaran jadi kebiasaan manggilnya mas" tukasnya.
"Buk Larissa! pak bukan mas, tolong!" pintaku tegas ia mengangguk tampak takut. "Dan jangan bahas masa lalu kalian karena itu sudah usang dan nggak penting! Aku nggak mau tau apa lagi perduli, jadi ada perlu apa?"
"Maaf saya dapat telfon dari rumah anak saya demam, saya minta pulang awal yah,. Juga.. saya datang ke sini kan di jemput mas.. maaf pak Haris, saya minta tolong untuk di antar pulang"
"Nanti saya bilang ke pak Kuji untuk mengantar anda, karena mengantar anda bukan tugas suami saya. Silahkan turun tunggu di bawah"
Ia pun berbalik turun lebih dulu. Aku berbalik melihat om Haris yang sedari tadi diam tak bersuara, ia hanya menatap ku.
"Maaf nggak bermaksud kurang ajar, aku hanya nggak suka sikapnya barusan"
Om Haris hanya mengangguk tampak tak mempermasalahkan sikap ku barusan. Aku pun turun untuk meminta pak Kuji mengantarkan Larissa pulang ke rumahnya.
Aku hanya menatapnya datar yang berada di dalam mobil. Aku merasa kehadirannya ada maksud lain, bukan sekedar mengajari kedua adikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
RomanceBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.