Begitu kedua adikku berangkat ke sekolah, ku susul om Haris ke ruang kerjanya.
Tok! Tok! Tok!
Aku berdiri di depan pintu dengan penuh kerisauan akan bertemu dengan suami ku sendiri.
"Masuk"
Ku buang nafas gusar meraih gagang pintu dan memutar nya perlahan. Ku dorong daun pintu hingga terbuka setengah memperlihatkan diri.
"Mas,." panggil ku, om Haris mengangkat pandangan menatapku datar.
"Apa?" tanya nya dingin.
Ku tutup daun pintu masuk menghampiri nya, aku berdiri di hadapannya dengan meja menjadi pembatas.
"Mas aku mau ngomong"
Ia menyandarkan tubuhnya menatap ku masih sama, datar.
"Jika yang ingin kamu katakan kejujuran hubungan mu dengan Arman akan ku dengar,. Karena rasanya di bodohi sekali aku tidak mengetahui bagaimana kelakuan memalukan dari istri ku sendiri" ku pejamkan mataku meresapi perkataan menyakitkan dari suamiku. "Tapi jika kamu ingin meminta maaf, maka keluar lah" tambah nya.
Aku bergerak ke arah nya dan ia memutar kursi yang ia duduki menghadap pada ku. Ku lipat kedua lutut ku di hadapannya lalu menyentuh tangannya, tapi ia segera menarik tangan nya.
"Katakan sejujurnya hubungan kalian" titah nya
"Iya, aku dan Arman pernah berhubungan di belakang mbak Anita,. Iya aku simpanan Arman,. Dan iya semua ku lakukan demi uang" terang ku menundukkan pandangan. Ku lihat kedua tangan om Haris mengepal hingga terlihat jelas urat-urat tangannya.
"Keluarga mu tau?"
Aku menggeleng masih menundukkan pandangan tak berani menatap nya.
"Kau bekerja di club malam keluarga mu tidak ada yang tahu aku bisa mengerti, aku bisa terima. Tapi menjadi seorang simpanan... Tidak akan pernah ku terima" ia menekan ucapannya terdengar jelas marah.
"Itu masa lalu ku mas, sudah tidak lagi"
"Tapi tidak menghilangkan fakta kamu tega menyakiti perasaan wanita lain demi keegoisan mu! Sekarang aku tau kenapa kau sudah tidak perawan lagi sebelum kita menikah, karena kau menjualnya kan pada Arman!"
Aku menggeleng berderai air mata, om Haris suamiku menyamankan ku selayaknya aku seorang jalang.
"Tidak mas, aku...
Ia berdiri dari duduknya meninggalkan ku ke arah jendela,. Aku pun berdiri menyusulnya, berdiri di belakang nya.
"Andai pernikahan kita baru menginjak hitungan hari... Aku akan menyudahinya"
Dada ku terasa sesak mendengar ia seakan menyesal telah menikah dengan ku.
"Apa kau tidak memikirkan dampak dari perbuatan mu,. Kedua orang tuamu di alam sana pasti sangat malu dengan kelakuan mu. Dan kedua adikmu apa yang akan kau katakan pada mereka jika aku mendaftar perceraian kita"
Ku tutup mulut ku tercengang mendengar ia mengatakan cerai. Apa aku tidak pantas di beri kesempatan untuk bahagia? Apa hanya sampai di sini pernikahan ku dengan nya?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
RomanceBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.