Aku bangun sangat pagi untuk beres-beres lagi, ku putuskan membersihkan diri terlebih dahulu agar lebih segar.
Baru saja aku membuka pintu kamar mandi aku membuang nafas kasar, aku harus mengambil air dari sumur belakang untuk ku bawa ke dalam rumah.
Untuk beban se ember sudah biasa bagiku, tapi yang membuat ku khawatir adalah perut ku, aku takut beban yang ku angkat akan berpengaruh pada keadaan bayiku, tapi semoga saja tidak.
Ku isi ember hanya setengah, ku lakukan hingga enam kali bolak balik.
"Ahhh segarnya" air dari sumur memang beda, lebih segar apa lagi di pagi hari begini saat matahari baru beranjak naik.
Setelah membersihkan diri aku berpakaian lalu membangunkan kedua adikku agar mereka juga segera bersiap-siap.
"Kak..."
Mereka kembali ke kamar membuatku terkejut.
"Kalian kenapa?"
"Kakak mandi ngambil air dari sumur?"
"Iya, dari mana lagi"
"Tuh kan Zi, aku kan sudah bilang isi baskomnya dulu sebelum tidur, kasihan kakak ngangkat air" omel Reza memarahi Rezi
"Aku lupa, tadi malam aku rebahan sebentar, eh malah ketiduran" balas Reza membela diri
"Pokoknya siapapun yang sudah mandi harus isi baskom sama ember di dalam kamar mandi"
"Iya,! Iya,! Aku ingat kalau itu"
Aku tersenyum mendengar mereka mengatur kegiatan untuk kenyamanan ku. Syukurlah tak tampak adikku kecewa dengan keadaan kami sekarang.
"Sudah mandi sana terus kita ke pasar"
Mereka kembali berlari berlomba mandi lebih dulu.
Kata tetangga pasar dari kompleks tak begitu jauh, hanya butuh berjalan sekitar 100 meter, jadi kami putuskan berjalan kaki saja sembari menyapa dan berkenalan dengan para tetangga yang kami lalui.
Sejenak aku terlupa dengan luka yang ku rasakan tak lagi bersama om Haris. Kami tak hanya berbelanja tapi juga menikmati camilan yang ada.
Aku membeli keperluan penting ya itu kompor gas, tabung juga beberapa panci dan alat makan lainnya. Selanjutnya bahan-bahan pangan dan beberapa bantal, tadi malam kami tidur hanya menjadikan tas sebagai bantal.Karena harus menghemat kami hanya membeli karpet untuk alas tidur.
Begitu banyaknya belanjaan kami, kami sampai di bantu beberapa tetangga yang juga ada di pasar."Terima kasih," seruku sangat terbantu dengan kebaikan tetanggaku.
Setelah berbelanja kami putuskan neri berisitirahat dahulu, sembari Reza dan Rezi menyusun pakaian mereka kedalam lemari. Untung di rumah ini ada sebuah lemari pakaian yang besar, meski sudah tak tampak kokoh lagi tapi lumayanlah, pintunya juga masih utuh.
Mereka menyusun buku-buku mereka di ruang tengah, menjadikan ruangan itu untuk belajar.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum..."
Aku heran kami kedatangan tamu.
"Waalaikumsalam..."
Kutinggalkan kedua adikku mengecek siapa yang bertamu.
"Cari siapa yah pak?" tanya ku
"Kami di minta buk Jumri untuk memasang listrik"
"Oh iya, silahkan pak"
Ku tinggalkan mereka untuk melakukan pekerjaan mereka, untunglah malam ini kami tak akan pakai lilin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Roman d'amourBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.