Bab 43. Perihal Foto Mamah Waktu Itu

22K 823 21
                                    

Aku bahagia pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya terbangun di dalam dekapan om Haris suamiku.

Ku tatap ia yang masih tertidur lelap, ku usap wajahnya lembut dari dahinya hingga ke dagunya dengan jari telunjuk ku. Dan ke kecup bibirnya, ia makin mengeratkan pelukan. Perlahan ia membuka mata.

"Terima kasih sayang," dua kata yang ia ucapkan di pagi ini.

"Untuk apa mas?"

"Kamu masih ada di samping mas saat mas bangun"

Aku terenyuh mendengar ucapannya itu.

"Aku kan istri kamu mas, aku akan selalu ada saat mas menutup dan membuka mata"

Ia bergerak lebih mendekatkan dirinya pada ku, menambah erat pelukannya.

"I love you sayang" katanya

"I love you too sayang"

Om Haris bukanlah cinta pertamaku, tapi semua yang ku rasakan dan ku terima darinya mampu menepis semua hubungan yang lalu ku miliki. Aku merasa terlahir kembali dari suramnya masa laluku selama menjadi istrinya. Dan setelah adanya cinta antara kami, aku merasa ini lah dongeng ku, semua keindahan dan kebahagiaan berasal dari om Haris suamiku.

Ku tinggalkan ia setelah menyiapkan pakaian untuknya yang masih berada di dalam kamar mandi. Aku turun ke lantai bawah menyiapkan sarapan.

Secara perlahan aku mulai bisa membuat lauk-pauk. Aku sering membantu buk Ina juga buk Sari memasak.

Setelah sarapan kedua adikku berangkat ke sekolah, dan om Haris hari ini katanya tak ke hotel, ia ingin seharian di rumah bersama dengan ku, itu katanya.

Kami berpisah sekejap, aku masih di dapur bersama buk Ina juga buk Sari, dan om Haris di ruang kerja nya. Ku tinggalkan buk Ina dan buk Sari menyusul om Haris.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk"

Ku buka pintu dengan perlahan, kepalaku di ambang pintu mengintip nya yang nampak serius memperhatikan kertas yang ada di tangan nya. "Mas,,."

Ia mengangkat pandangan, seketika senyum tercetak lebar di bibir nya, menampilkan guratan di pinggir matanya.

"Sini sayang,"

Aku mendekat lalu ku peluk ia dari belakang. "Lagi apa mas?"

"Biasa lihat perkembangan hotel"

"Mas pasti mulai bisnis ini udah lama yah?"

"Awalnya kelola hotel punya bapak di Bogor"

"Yang waktu kita nikah?"

"Iya sayang, terus bapak percayakan. Kata bapak hotelnya sukses besar selama mas yang kelola, mas mulai berani buka lagi, dan sukses, mas tambah sedikit-sedikit makin besar hotel mas, keuntungan juga makin banyak hingga modal mas cukup untuk membangun hotel lagi"

"Wow! Aku salut sama mas, pantas masih lajang juga di masa duda banyak yang kejar-kejar dari yang seumuran mas sampai yang masih pelajar"

Ia mengerjap sedikit memutar kepalanya menatap ku di belakang nya.

"Siapa yang bilang?"

"Mbak Luna"

"Luna pasti ngomongnya terlalu berlebihan yah"

"Nggak juga" masih ku peluk ia di pundaknya. Ku lihat keatas lemari setengah foto mantan istrinya sudah tak ada lagi, aku teringat dengan foto mamahku yang pernah di tatapnya, ku rasa ini waktu yang tepat menanyakan hal tersebut.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang