Bab 38. Dasar Bandot Tua

25.6K 938 29
                                    

Tak jauh dari tempat ku duduk, ku lihat om Haris mengobrol seru bersama tiga pria tampak sebaya dengannya, ku dengar dari keseruan bercerita mereka, tampaknya mereka semua teman dekat.

Tiba-tiba mereka berfokus pada dinding yang terbuat dari kaca, aku penasaran apa yang mereka lihat hingga saling senggol. Ku lihat hanya om Haris yang tetap tenang sesekali menggelengkan kepalanya.

Aku berdiri dari dudukku penasaran apa yang mereka lihat.

"Dasar bandot tua!" Gumamku geram, ternyata yang mereka lihat tiga wanita berpenampilan sexy yang berjalan di luar. Aku mendekat berdiri di belakang mereka tepat di belakang om Haris.

"Kalau istriku gitu nggak akan ku kasih keluar kamar, tapi yang ada yah" racau mereka.

"Mungkin anak ku sudah 11" imbuh yang lain menanggapi.

"Enak di lihat, nggak dasteran" timpal yang lain, ku tunggu apa yang akan di katakan suamiku, untungnya ia hanya diam. Entahlah ia menahan ucapannya atau memang tak semata keranjang teman-temannya, tapi tadi tatapannya mengikuti wanita itu.

"Eh! Tami,!"

Pekik salah satu dari mereka menyadari kehadiranku, segera yang lain berbalik begitu pun om Haris. Ku senyumi mereka terpaksa dan untuk om Haris suamiku ku pasang wajah datar.

"Mereka tamu di sini kan mas?"

Aku bermaksud tiga wanita sexy tadi, om Haris mengangguk menelan ludahnya kasar menatapku, temannya yang lain saling lirik tampak takut.

"Mau ku minta kan nomornya? Atau minta mereka bergabung di meja kalian? Dari tampilan mereka kelihatannya humble, buktinya nggak sungkan dan nggak malu-malu pamerin tubuh mereka, nggak seperti istri yang di rumah cuma dasteran, jarang dandan buat ngurusin anak, ngurusin suami dan nggak sempat ngurus diri karena kesehariannya berkutat seperti itu terus hingga pagi lagi, nggak ada libur dan nggak akan libur meski sakit sekali pun"

Singgungku dalam satu tarikan nafas teman-temannya terdiam saling lirik.

Aku memang ingin menikam mereka tepat di hati biar sadar dan lebih mensyukuri apa yang mereka miliki, mereka pikir penampilan rapih mereka, perut kenyang dan tempat tidur nyaman yang mereka nikmati dari mana kalau bukan seorang istri yang menyiapkan.

"Sebentar yah, biar ku susul minta mereka ke sini" aku berbalik pergi.

"Sayang,. Sayang,." Om Haris menghadang langkah ku. "Jangan sayang, mas nggak butuh mereka, kami nggak butuh mereka iya kan" serunya pada teman-temannya, segera teman-temannya menanggapi dengan manggut-manggut.

"Terus kenapa tadi lihat-lihat?" Ekspresi datar ku ketika kesal ataupun marah selalu tak dapat ku kontrol.

"Nggak lihat, mereka lewat"

"Kepala mas 180 derajat ngikutin mereka"

"Nggak, itu..

Ku tutup mulutnya menatapnya dekat mengintimidasi. "Mas atau aku yang tidur di hotel?" dahinya mengkerut, kepalanya sedikit miring, bahunya turun, nafasnya terdengar lesu juga tatapannya yang terlihat sedih. "Jawab mas" ia menggeleng pelan tatapan sedihnya makin jadi. "Ok, mas yang tidur di hotel" ku tarik tangan ku berbalik pergi meninggalkannya.

"Sayang,. Tami, jangan lah sayang,"

ia terus mengekori ku melewati orang-orang yang keluar masuk hotel.

"MAS NGGAK BISA TIDUR KALAU NGGAK PELUK KAMU,!!"

Suaranya menggema di antara banyaknya tamu berlalu lalang, mereka semua berhenti melihat kearah ku juga ke arah om Haris. Ya ampun mas Haris, mas Haris, aku malu pada orang-orang yang tersenyum menatap kami.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang