Bab 23. Masa Lalu

30.2K 1.1K 23
                                    

Kami kembali pulang ke rumah, dan om Haris hanya mengantar ku karena ia harus kembali ke hotel untuk suatu urusan.

Pertemuan ku dengan Arman tadi ku harap tak berdampak pada pernikahan ku dengan om Haris, aku benar-benar ingin melupakan hubungan lalu yang ku miliki bersama Arman itu,. Dan ku harap om Haris tak akan pernah tahu istrinya ini pernah menjadi simpanan.

Terus memikirkan ketakutan-ketakutan itu membuat kepalaku pusing. Ku putuskan berendam agar lebih rileks,. Aku juga tak mau om Haris nanti bertanya-tanya ada apa dengan ku.

Cring....!!!

Ku hela nafas kasar, baru saja aku membaringkan tubuh di antara busa lembut nan wangi, aku harus bangun mengangkat telpon.

Aku turun keluar dari dalam bak mandi lalu melilitkan handuk ke tubuhku yang masih berbusa.

"Oh om Haris" gumamku segera mengangkat panggilan dari suamiku.

"Halo mas"

"Halo, kamu sibuk nggak?"

"Nggak, kenapa mas?"

"Mas ada pertemuan dengan rekan-rekan di cafe hotel, mas mau minta tolong bawakan set jas untuk mas pakai yah,. Bisa secepatnya, soalnya pertemuan itu 45 menit lagi"

Aku benar-benar bingung harus bagaimana, di hotel om Haris ada Arman dan istri nya, aku tak ingin bertemu mereka apa lagi di hotel suamiku sendiri.

"Tami,. Halo Tami"

"I-iya mas"

"Bisa kan? Mas minta tolong yah"

Tidak mungkin aku menolak permintaan om Haris,. Ini kali pertama ia memerlukan ku seperti ini, dan aku tak mau mengecewakan nya.

"Nggak apa-apa kalau kamu nggak bisa, mas ke toko terdekat saja" ujar nya

"Bisa kok mas bisa, aku bawain pesanan mas sekarang"

"Terima kasih yah"

"Iya mas"

Sembari menyiapkan set jas untuk om Haris, aku memikirkan cara agar tak terlihat di hotel suamiku sendiri,. Tapi bagaimana caranya?, Aku istri dari pemilik hotel, yang pasti baru melihat ku saja para pegawainya akan menyapa.

"Ah sudahlah, aku akan mengupayakan nya nanti" gumam ku segera berpakaian.

Dengan memakai kacamata hitam juga sebuah masker sebagai sebuah penyamaran, aku mendatangi hotel 20 menit sebelum waktu yang ia tentukan.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk"

Ku buka pintu ruangan om Haris segera, lalu masuk pun segera. Karena langkah ku yang tergesa-gesa aku tersandung kaki ku sendiri, aku terjatuh ke arah om Haris dan sigap ia menahan ku dengan memeluk ku.

"Hati-hati" tegurnya seraya tersenyum. "Seperti nya kaca mata mu terlalu gelap, di lepas saja yah" dengan memeluk ku, tangan satunya melepaskan kaca mata ku.

"Jangan mas"

"Ini sudah di dalam ruangan, juga ini, tumben kamu pakai masker" ia juga melepaskan masker dari wajah ku melucuti penyamaran ku. Lalu ia menangkup kedua pipi ku.

"Nah kalau begini kan mas jadi semangat karena melihatmu"

Aku yang tadi was-was karena khawatir hingga tak tenang, perlahan semua itu terhempas karena suamiku,. Tapi lagi aku tersadar aku harus tetap menyamar.

"Sudah mas, sini ku bantu ganti jas nya" ujar ku mengalihkan, jika berlama-lama seperti itu maka om Haris tak akan meninggalkan ruangannya, dan aku mungkin tak akan membiarkan ia keluar.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang