Tiga hari kemudian...
Aku bangun pagi-pagi segera turun ke lantai bawah menemani kedua adikku sarapan. Perasaan ku hari ini benar-benar bahagia menanti kepulangan om Haris.
"Pagi semua...!" seruku pada buk Insar, juga pada kedua adikku yang sedang menikmati sarapan.
"Kakak kenapa? Happy sekali?" tanya Reza di anggukkan Rezi.
"Hari ini kan pak Haris pulang den" sela buk Sari menjawab.
"Ooh.. Pantas, jadi kakak nggak bakal ninggalin rumah nih buat nunggu om Haris?"
"Kakak mau keluar ke salon buat perawatan"
Setelah sarapan aku ikut bersama kedua adikku. Aku turun di sebuah salon untuk melakukan perawatan, juga mempercantik diri untuk menyambut kedatangan om Haris suamiku. Ku habiskan waktu sekitar 6 jam di tempat itu. Setelahnya aku lanjut ke mall milik Keluarga Fatur Raja berbelanja pakaian untuk ku kenakan di kamar nanti malam menyambutnya di atas tempat tidur hehe...
Ku rasa cukup persiapan ku dalam menyambutnya, aku kembali pulang ke rumah di jam 5 sore.
"Mbak..." panggil buk Ina
"Aku mau siap-siap dulu buk" sembari aku berlari menaiki anak tangga.
"Mbak itu...
"Nanti saja buk, aku harus siap-siap dulu" tak ku hentikan langkahku segera masuk kedalam kamar.
Ku letakkan belanjaanku keatas nakas di samping tempat tidur lalu mengeluarkan ponselku dari dalam tas, ku cek tak ada satupun panggilan telpon atau pesan dari om Haris.
"Apa mas Haris nggak jadi pulang yah hari ini, jangan-jangan malah sebulan di sana" gumamku lesu kembali menatap layar ponselku yang tertera foto kami berdua. "Mas nggak kangen sama aku?" lagi sikap cengeng ku memimpin air mataku berbaris di pelupuk mata. "Aku kangen mas,. Mas di mana?"
"Mas di sini"
Aku mengerjap segera berbalik melihat siapa yang menanggapi ucapanku.
"MAS HARIS!!"
Aku yang terheran-heran menutup mulut ku dengan kedua tangan.
"Mas dari tadi di sini" serunya bersedekap dada menatap ku seraya tersenyum lembut seperti biasanya yang selalu ku rindukan.
Akhirnya setelah tiga minggu tak melihat wajah dewasanya yang tampan,. Juga tak mendengar suara lembutnya yang syahdu,. Kini ia berdiri tak jauh di hadapan ku, segera aku mengikis jarak berlari kearahnya, aku melompat memeluknya.
"Owh!"
Ia terkekeh menahanku di gendongannya.
"Aku kangen mas," nada manjaku karena rindu keluar begitu saja.
"Mas juga sayang"
Ku tarik wajahku menatap wajah suamiku yang sangat ku rindukan.
"Mas kok iteman"
Ia tersenyum terus menahan ku di gendongannya. "Tempatnya panas,. tapi mas tetap ganteng kan?"
"Haha... Suamiku selalu ganteng" pujiku menurunkan wajah, ku lepas rinduku dengan berciuman, ku dekap pundaknya erat menikmati setiap pertemuan bibir kami melepas rindu.
"Mas,.." panggilku mendayu-dayu di depan wajahnya, masih dalam gendongannya.
"Iya sayang?"
"Gimana sih perasaan mas sama aku?"
"Maksudnya?"
"Mas cinta nggak sih sama aku?"
Langsung ku tanyakan hal itu, ingin mendengar langsung dari mulutnya.
Lagi senyum lembut khasnya ia torehkan membawaku duduk di tepian tempat tidur, lalu melipat kedua lututnya di atas lantai di hadapan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Roman d'amourBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.