Kini aku merasa lebih lega setelah mendengar penuturan Luna menceritakan masa lalu pernikahan om Haris tanpa ada yang tertinggal.
Satu nama selalu terbesit di tengah prahara rumah tanggaku, yang masih menjadi sumber masalah ku dengan om Haris. Menuju jalan pulang ku hubungi orang tersebut memintanya bertemu untuk ku tanyai apa maksud tujuannya.
Di cafe kami membuat janji, Aku tiba lebih dulu, di mana kemarahan ku semakin memuncak menunggu kedatangannya, tanganku berkali-kali ku kepal mencoba menenangkan diri.
"Tami..!" panggil pemilik suara yang ku benci, tak lain Gino.
Aku berdiri dari dudukku menatapnya, di mana ia tersenyum berjalan kearah ku seolah tak salah apa-apa telah membuat pernikahan ku berantakan karena fitnahnya.
"Hei,"
Plak!
Ku beri sebuah tamparan di pipi kanannya sebagai balasan sapanya, bisa-bisanya ia bersikap tak berdosa.
"Silahkan duduk" ia justru menanggapi santai sikap ku seraya mengelus pipinya. "Duduklah, kasihan anak kita kalau kamu kelamaan berdiri"
Splash
Ku siram segelas air putih ke wajahnya, bisa-bisanya ia bersikap santai seperti itu. Ia terlihat geram menatap ku tajam.
Dug!
Ia menggeplak meja dengan kedua tangannya berdiri menatap ku tajam.
Ku angkat tangan ku ingin melayangkan tamparan lagi padanya, sigap ia menahannya.Ku angkat tanganku yang satu yang menggenggam tas menggeplak kepalanya Dug! Ia terjatuh kembali duduk ke kursinya. Ku dekati ia yang menatapku tajam, dia pikir aku wanita manja yang cengeng,. Jangan salah. Aku seperti itu hanya pada suamiku. Seperti yang dikatakan Om Haris,. Aku jutek, cuek, dan dingin pada pria lain.
Meski dulu aku sempat berteman dengan Gino tapi tak lagi setelah ku tahu sifat aslinya.
"Kenapa? Lo heran nyokap tiri Lo ini kejam?"
Dahinya mengkerut hebat menatap ku tercengang, ku rasa ia tak menyangka aku seperti ini.
Ku angkat salah satu kakiku keatas kursi yang ia duduki tepat di tengah selangkangannya, ujung sepatu menakan kejantanan nya, ia meringis menahan kakiku yang terus ku tekan.
"Gue bukan cewe murahan pemburu kejantanan pria.." papar ku masih menatapnya tajam menekan pijakan ku. "Bagi gue mas Haris bukan hanya cukup dari banyak pria, tapi mas Haris suami gue nggak akan ada yang bisa gantiin walaupun 100 orang kayak Lo!"
"Apa kata bokap gue kalau tau istrinya nggak se lembut yang dia tau" ia mengangkat suara membalas.
"Cikh,. Jangan kotori nama suami gue karena kata bokap keluar dari mulut orang nggak punya malu dan nggak tau bersyukur kayak Lo!"
Ia menarik kakiku, lagi ku beri beban makin menekan pijakanku ia merintih kesakitan, dadanya kembang kempis menatap ku marah mengetatkan rahangnya.
"Salah satu yang bikin ayah sambung Lo cinta sama gue karena sikap gue ini, nggak seperti nyokap Lo yang nggak punya malu dan nggak tau malu"
Ia melepaskan kakiku berdiri mencengkram rahangku bertambah-tambah marah menatap ku.
"JAGA UCAPAN LO!! Jangan sampai gue lupa Lo itu perempuan!" ancamnya.
Ku pukul tangan nya hingga terlepas dari mencekik ku, dengan tanganku yang satu ku beri tinju tepat di pipi kanannya hingga ia tersungkur ke lantai, beberapa tamu berdiri memperhatikan kami.
"LO PIKIR SUAMI GUE NIKAH SAMA NYOKAP LO KARENA CINTA HAH!! Nyokap Lo negejebak suami gue makanya Lo dan nyokap Lo di larang keras nginjakin kaki ke kediaman keluarga besar Kamil! Semua keluarganya nggak ada yang suka sama nyokap Lo!" terang ku lantang sesuai apa yang mbak Luna katakan. Ia kembali berdiri menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
RomansaBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.