Bab 51. Siapa Itu Rivi?

18.7K 722 23
                                    

Tidur ku terasa lelap di dalam dekapan om Haris hingga aku lupa waktu dan terbangun di jam 9 siang. Bangun ku om Haris sudah tak ada, mungkin ia telah ke hotel begitupun kedua adikku pasti telah ke sekolah sedari tadi.

Aku turun kelantai bawah menghampiri buk InSar yang sedang rehat di halaman depan.

"Eh mbak, sudah bangun, mau di siapkan apa?" kata buk Ina menyertakan perhatiannya.

"Nanti saja buk, aku mau nanya..." aku duduk di antara mereka.

"Mau tanya apa mbak?" mereka memutar duduknya ke arahku.

"Jadi Gino bukan anak kandung mas Haris?"

Buk Ina menunduk sebentar membuang nafas berat. "Iya" jawabnya pelan.

"Kenapa nggak ada yang ngasi tau aku"

"Pak Haris yang bilang agar tidak menceritakan pada siapapun termasuk mbak"

"Kenapa?"

"Pak Haris bilang sudah menganggap den Gino seperti anaknya sendiri"

"Tapi sikap mereka nggak terlihat seperti itu"

Buk Ina selaku pekerja terlama lagi menghela nafas berat.

"Sejak buk Rivi meninggal hubungan pak Haris dan den Gino jadi seperti sekarang"

Aku sedikit memiringkan kepala baru kali ini mendengar nama yang tak pernah sebelumnya disebut di rumah ini.

"Siapa itu Rivi?" Tanya ku

"Mantan istri pak Haris"

"Bisa ibu ceritakan bagaimana hubungan mereka semua dulu?"

"Ibu kurang tau mbak, yang tau bagaimana buk Rivi itu yah pak Haris dan keluarganya"

Aku menatap lesu buk Ina, entahlah beliau tak tahu atau tak mu memberi tahu. Mungkin beliau merasa tak enak jika harus membahas majikannya. Aku akan bertanya pada mbak Luna saja, kebetulan jarak kediaman Luna dari rumah hanya butuh dua jam.

"Mbak mau kemana?" tanya buk Ina sesaat aku berdiri, beliau pun berdiri dari duduknya.

"Mau ke rumah mbak Luna buk, aku harus tau bagaimana sebenarnya hubungan mas Haris dengan mantan istrinya juga Gino"

"Untuk apa mbak?"

"Untuk mencari tau apa tujuan Gino berbohong mengakui anak mas Haris sebagai anaknya, apa tujuannya dan kenapa dia melakukan itu"

"Tapi mbak, kediaman mbak Luna itu jauh"

"Nggak apa-apa buk, demi kebaikan rumah tangga kami"

"Sudah ijin sama pak Haris?"

Langkah ku tak pernah maju di tahan pertanyaan buk Ina yang seolah tak ingin aku pergi.

"Jangan di kasih tau yah buk"

"Di antar sama pak Kuji yah mbak"

"Nggak usah buk, yang jemput si kembar nanti siapa, entar mas Haris butuh pak Kuji gimana, aku naik taksi saja"

"Jangan lama-lama yah mbak"

"Iya buk"

Aku kembali keatas kamar membersihkan diri lalu memesan sebuah taksi.

Dengan segera aku mengatakan alamat mbak Luna pada sopir taksi. Aku juga telah memberi tahu mbak Luna jika aku ingin datang.

Sekitar 2 jam perjalanan aku tiba di depan kediaman mewah mbak Luna.

"Assalamualaikum..." seruku di depan pintu yang tertutup rapat.

"Waalaikumsalam..." sahut seseorang dari dalam.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang