Saat hendak kembali ke lantai atas, dari arah belakang ku lihat seorang pria berjalan makin ke belakang, karena penasaran ku ikuti ia.
"Siapa itu?" ia menoleh di depan jendela kaca pembatas taman. "Gino!"
"Ngapain Lo disini? Bokap gue emang udah mau lepas?" aku bingung apa maksudnya. "Kemarin sok-sokan sedih sampai-sampai nggak mau pulang,! Malah ngewe sampai malam!"
Jadi Gino yang mengintip kami tadi,. Pantas mata itu asing.
"Mas Haris suamiku! Wajar kalau kami melakukan itu! Yang nggak wajar itu kalau aku melakukannya dengan orang lain!"
"Alah! sok-sokan pasang KB, nggak mau hamil dulu, kalau nggak mau hamil nggak usah bareng!"
"Bukan urusanmu! Apapun yang ku lakukan dengan mas Haris itu bukan urusanmu!!"
"Jadi ini alasannya Lo yang gantiin nyokap Lo, kenapa? Ewean om om lebih enak yah?"
PLAK!
Ku beri tamparan keras di pipinya, memutus pikiran kotor nya.
"TAU APA KAMU SOAL PERNIKAHAN KU DENGAN MAS HARIS HAH!!"
"Gue nggak tau dan nggak mau tau!"
Ia menyentuh pipinya yang merah bekas dari tangan ku.
"Kalau kamu nggak mau tau mending diam nggak usah sok-sokan paling tau hubungan orang lain kalau hubungan mu dengan ayahmu saja nggak baik!!" Aku benar-benar marah. "Kamu pikir kami menikah karena apa hah!!?" Ku cengkram kerah bajunya menatapnya nyalang.
"Aku dan mas Haris menikah demi nama baik keluarga kami!! Demi kedua adikku!! Demi dua keluarga agar nggak malu!! Kamu nggak akan tahu bagaimana rasanya di posisiku karena kamu nggak pernah memikirkan orang lain!! Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri!! Kamu membenci semua orang dan hanya menganggap dirimu yang paling tersakiti!!" ku lepas kerah bajunya dan mendorongnya menjauh dari ku.
"Jangan pernah sebutan mamahku keluar dari mulut orang sok tau dan nggak punya penghargaan sepertimu!" geram ku.
"Kamu nggak tau apa-apa tentangku" sahutnya, suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.
"Gue nggak tau dan nggak mau tau!" ku kembalikan kata-katanya. Lalu mendekatkan wajahku di hadapannya. "Cerita sana sama orang yang mau perduli, itu pun kalau ada" imbuhku lalu aku berbalik hendak pergi, ia malah menahan tanganku, memutar ku memojokkan ku ke dinding, menatap ku penuh kemarahan.
"Kamu memang cocok dengan Haris, kalian sama-sama nggak ada kepedulian pada orang lain!" penekanannya tak main-main, ia benar-benar terlihat marah.
"Dirimu yang kamu maksud!? cih, kalau kamu ingin di perduli kan tunjukkan rasa hormat mu!! Kalau kamu saja yang ingin di perduli kan tapi nggak memperdulikan orang lain pergi sana ke pulau tinggal seorang diri!!"
Matanya yang tadi di penuhi kemarahan melemah seakan ia paling tersakiti di dunia, sebulir air bening terjatuh begitu saja dari netra nya menatapku seakan ingin di kasihani.
Ada apa dengan orang ini, mengapa terkadang sikapnya tak sopan sama sekali, dan terkadang ia bersikap seolah-olah ingin di kasihani.
Tiba-tiba ia memelukku membuatku membeku di tempat, ku dengar dengusan nafasnya terisak, ia menangis, pria arogan tak sopan ini menangis. Ada apa sebenarnya antara ayah dan anak ini.
Hampir lima menit ia memelukku, selama itu juga ku dengar ia tersedu-sedu kecil, aku tak bergerak ataupun membalas memeluknya, aku masih bingung dengan aksinya.
"Are you ok?" tanya ku sesaat ku dengar tidak ada lagi suara tersedu-sedu nya, ia menguraikan pelukan lalu duduk lesehan dengan bersandar pada dinding di samping ku, aku menoleh menunduk melihatnya, benar-benar aneh orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Любовные романыBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.