Bab 31. Bersama Gino

22K 828 7
                                    

Aku bangun pagi hanya menemani kedua adikku sarapan, setelah mereka berangkat ke sekolah aku kembali naik keatas kamar, aku hanya mengurung diri bersedih memikirkan nasib pernikahan ku hingga aku menangis dan mataku bengkak. Yah lebay memang, tapi itu tak bisa ku tahan.

Aku mulai bimbang melanjutkan pernikahan ku, apa aku bisa menerima tanpa om Haris menganggap ku, atau ku sudahi saja?, tapi aku mencintainya.

Ku pakai style lengkap bersiap keluar untuk menghibur diri, apapun itu yang penting bisa mengalihkan ku dari perasaan yang tak karuan ini.

"Buk aku pergi yah" pamit ku pada buk Ina dan buk Sari

"Mau kemana mbak?"

"Ke mall"

Aku pergi di antar pak Kuji, setelah itu ku minta beliau pulang duluan.
Di mall aku hanya berjalan-jalan lalu berdiam diri di cafe, setelahnya aku hanya terus berkendara dengan taksi.

Taksi yang ku tumpangi melewati gedung apartemen Gino. Selama di sini aku tak memiliki banyak kenalan, Gino bisa di katakan salah satu kenalanku.

"Stop pak"

Aku turun tak jauh dari gedung apartemen Gino. Aku ingin menemuinya saja, barang kali berbincang dengannya aku bisa terhibur.

Tok! Tok! Tok!

Selang beberapa menit Gino membuka pintu masih dengan keadaannya yang berantakan, tampaknya ia baru bangun.

"Tami,!" pekiknya terkejut.

"Boleh aku masuk"

Ia mengangguk masih dengan raut wajah keheranan.

"Lo mau sarapan?" tawarnya berjalan kearah dapurnya.

"Sarapan apa jam 11 begini"

"Sarapan gue"

Ku ikuti Gino ke dapur, aku duduk melihat nya membuat nasi goreng untuk sarapan nya pagi ini.

"Ada apa Lo kesini?" tanya nya berjalan kearah ku dengan dua piring nasi goreng di tangan nya.

"Nggak, aku bingung mau kemana?"

"Belanja atau perawatan, itu kan kebiasaan perempuan"

"Aku lagi nggak butuh apa-apa, aku merawat diri juga buat apa"

"Untuk suami Lo,. Ah iya yah suami Lo kan nggak ada saat ini, Lo janda sampai beberapa hari ke depan"

Janda,. Apa aku benar-benar akan menjadi janda?.

"Mau jalan-jalan?" tawarnya selesai menikmati sarapannya lebih dulu. "Pasti mau kan, makanya Lo datang ke sini" imbuhnya seolah tahu apa yang ku butuhkan saat ini. Aku memang ingin menghibur diri bagaimana pun caranya asalkan dia tak macam-macam padaku.

Selesai membersihkan dirinya aku ikut dengannya berboncengan. Kami pergi cukup jauh dari gedung apartemen, sekitar 1 jam perjalanan. Ia membawaku kesebuah tempat yang tak ku ketahui.

"Ini di mana?" tanya ku takut.

"Di sini tempat gue lawan keterpurukan gue atas kepergian nyokap gue"

Tempat itu sebuah bengkel otomotif yang tersembunyi, lebih di peruntukkan untuk pembalap liar, di sana ada beberapa orang pria yang telah menunggunya. Aku ngeri melihat mereka yang terlihat sangar-sangar juga tatoan, seketika ada penyesalan di dalam diriku ikut.

"Naik ke ruangan atas, gue mau ngomong penting sama teman gue" perintah Gino dengan ekspresi dingin, aku mengangguk menuruti, aku juga takut dengan teman-temannya.

"Siapa?" tanya salah satu dari mereka terdengar oleh ku.

"Kenapa? Lo suka?"

Aku terkejut apa maksud Gino.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang