Segera aku berlari mendekat kearah gerbang yang menjulang tinggi di hadapan. Ku lihat rumah semegah itu masih di hiasi dekorasi pengantin.
Ku buka gerbang masuk kedalam ragu, di mana beberapa pasang mata mengarah padaku,. Aku bingung harus kemana mencari om Haris di halaman rumah seluas ini."Tami,.." panggil seorang pria dari arah belakang, aku tahu suara itu, aku mengenali suara itu. Segera aku berbalik dan bahuku turun karena lega melihat seseorang yang ku cari ada dihadapan ku, ia berjalan kearah ku.
"Ada apa? Kenapa kamu kemari?" tanya pria itu tak lain om Haris, keterkejutan tergambar jelas di wajahnya.
"Aku ingin menikah dengan om"
Langsung ku lontarkan kesanggupan ku yang terus ku persiapkan di dalam taksi tadi. Om Haris justru terdiam terperangah, hanya matanya yang berkedip dua kali seolah mencerna ucapan ku barusan.
"Maksudmu?"
Ku pahami jika ia bingung setelah pertemuan kami tadi di cafe.
"Aku ingin menikah dengan om"
Lagi ku ulangi ucapanku jika yang pertama tak jelas di dengarnya.
"Ka-kamu serius?" aku mengangguk beruntun. "Baiklah, mungkin sebaiknya kita menemui semua keluarga mu dulu terutama mamah mu" lagi aku manggut-manggut setuju. Bersama om Haris aku kembali pulang ke rumah.
Melihat kedatangan om Haris semua anggota keluarga ku tersenyum lega dan menyambutnya ramah. Lalu kami bergerak ke kamar mamah di rawat.
"Mah, ada om Haris" ujarku menyentuh tangan mamah, lalu aku berdiri memberi tempat untuk om Haris duduk di samping mamah.
"Mbak,. Ijinkan saya menikahi Tami, semampu saya, saya akan bertanggung jawab dan berusaha membahagiakan nya begitupun kalian semua" papar om Haris bersungguh-sungguh, mamah membalas kedipan dua kali. Di mana semua anggota keluarga berucap syukur.
Setelah berbincang meminta restu, om Haris pamit membawaku ke rumah nya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya juga membahas pernikahan antara kami.
Aku benar-benar bingung dan tak yakin dengan hal tersebut, tapi demi kedua adikku juga mamah ku, aku akan menerima dengan lapang dada.
Tiba mobil memasuki pelataran kediaman mewah keluarga Kamil. Om Haris turun lebih dulu membukakan pintu mobil untuk ku.
"Haris..." panggil seorang wanita menyela, om Haris mengangkat pandangan pada si pemanggil dan aku berbalik. "Tami nak..!" pekik wanita itu dengan suara lembut berjalan cepat kearah kami. "Nenek dan kakek mu sudah memberi tahukan pada ibu tentang penerimaan mu nak" seru beliau menangkup kedua pipiku, ku lihat kebahagiaan di wajahnya. Wajah buk Hani, ibu dari om Haris.
"Iya buk?"
"Ayo masuk, ibu ingin membahas soal pernikahan kalian" aku menoleh pada om Haris yang mana ia juga menoleh pada ku. "Soal gaun nya, ibu ingin kamu coba yah nak agar hari H kalian nanti berjalan baik,. Untung Haris membawamu kesini"
Aku hanya tersenyum menyembunyikan fakta sempat ada pembahasan pembatalan perjodohan tadi di antara kami.
"Ayo nak masuk" lagi ujar beliau menarik tangan ku mendekat kearah kediamannya yang sangat besar meninggalkan om Haris di belakang menyusul.
"Siapa ini?" tanya seorang ibu yang kami temui di depan pintu.
"Calon istrinya Haris"
Mulut dan mata ibu itu membulat sempurna, terkejut mungkin. "Masih muda yah" puji beliau mencubit pelan pipiku, lalu ia melanjutkan. "Anaknya Shafira kan?"
Seketika buk Hani juga om Haris menatap ku yang mana aku terdiam menundukkan pandangan.
"Sudah, sudah," sahut buk Hani kembali membawaku masuk kedalam rumahnya, aku gugup melihat banyaknya pasang mata mengarah padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Storie d'amoreBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.