Di pagi hari udara terasa dingin hingga ke tulang, bertambah aku tidur hanya beralaskan karpet tak di atas kasur yang empuk.
Tangan ku menjalar dalam tidur mencari sesuatu untuk menghangatkan. Ku raih sebuah kain yang ada di sekitar untuk menutupi tubuhku. Bersamaan tarikan pada kain itu, ku rasakan sesuatu di dibelakang menyanggah memberi rasa hangat. Aku bergeser makin ke belakang ingin lebih hangat lagi.
Hihihi...
Aku mengernyit terganggu mendengar suara tawa yang meski terdengar samar-samar. Ku putar tubuh membelakangi asal suara itu, aku merasa tubuh depanku hangat seolah di dekap.
Ku gerakan tangan memeluk apa itu? Ku rasakan pula sesuatu makin mendekap ku erat. Ahh rasanya benar-benar hangat juga nyaman.
Lalu ku rasakan sesuatu itu mendengus bergerak mengusap pundak ku. Ku buka mata perlahan melihat apa itu?Mataku tertuju sangat dekat menatap sebuah wajah yang sangat mirip om Haris suamiku. Mimpiku terasa sangat nyata sekali menatap wajah yang terlihat tenang itu dengan senyum kecil sedikit menarik kerutan di pinggir matanya. Wajah dewasa itu masih terlihat tampan dengan beberapa guratan menambah kedewasaan. Dan jambang serta kumisnya memiliki nilai tersendiri menambah ketampanan.
Ku rasakan sesuatu menyentuh pipiku lalu bertengger di dahiku. Yah sentuhan lembut itu makin memberi nyaman tak mengubah posisi.
Wajah tak asing itu terdiam menatap ku tersenyum lembut. Ku tatap lekat-lekat wajah yang sangat mirip om Haris suamiku.
"Tami.." panggilnya. "Keluarga mu melihat kita" imbuhnya, ku kedip-kedipkan mata mencerna ucapannya.
"Hah!"
Aku segera bangun menjaga jarak tersadar aku sangat dekat dengan om Haris. Aku segera bangun meninggalkan dia kedalam kamar mandi untuk menenangkan diri.
Tok! Tok! Tok!
Aku gugup juga malu jika itu om Haris yang mengetuk pintu.
"Kak..." panggil adikku, syukurlah, ku buka pintu. "Nenek panggil sarapan"
"Iya"
Ku lihat om Haris membereskan alas tidur yang tadi kami gunakan, segera aku menghampiri nya.
"Jangan om biar aku saja" tergesa-gesa aku berjalan kearahnya, kakiku justru tersandung bantal, aku hilang keseimbangan dan terjatuh kearahnya, sigap ia menahan ku ke dalam pelukannya.
"Aduh,!" keluhku menyentuh hidung ku yang menabrak dada bidangnya.
"Kamu nggak apa-apa?"
"Hidung ku sakit om," ku tutup hidungku dengan telapak tangan. "Aku mimisan yah?" tanya ku bertambah khawatir ia malah tersenyum.
"Memang dada ku batu yah sekeras itu" tuturnya lembut di sertai terkekeh kecil mengusap puncak kepala ku. "Kamu kenapa sih bergerak begitu?'
"Om jangan beresin ini yah, biar aku saja, nanti nenek sama tante ku liat mereka bilang apa"
"Iya, iya,"
Ehhemm!
Kami menoleh kearah pintu mendengar deheman keras. Semua wajah keluarga ku berada di bingkai pintu menatap kami tersenyum.
"Ngapain?" tanyaku bingung dengan tingkah mereka.
"Ayo sarapan" balas mereka santai tersenyum penuh arti berlalu lebih dulu. Bersama om Haris kami keluar dari kamar bergabung di halaman belakang.
Ku lihat senyum bahagia tak hentinya keluarga ku torehkan. Ku rasa ini lah yang mereka inginkan, aku menikah dengan om Haris menggantikan mamah hingga hubungan kekeluargaan tetap terjalin antara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
RomanceBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.