Selama menikah aku belajar diam-diam bagaimana cara menjadi istri yang di sayang suami, salah satunya yang akan ku lakukan pagi ini.
Aku bangun lalu turun ke lantai bawah membangunkan kedua adikku untuk bersekolah, lalu kembali lagi ke lantai atas ke kamar membersihkan diri dan berpenampilan menarik. Selanjutnya membangunkan om Haris suamiku.
"Mas,. Mas bangun"
Ia bergeming membuka matanya perlahan menatapku terdiam, ia tersenyum mengusap pipiku lembut lalu mengangkat wajahnya mengecup pipiku.
Aku terdiam membeku akan hal tersebut. Aku bingung mengapa om Haris melakukan itu di pagi ia membuka mata? Dan aku lebih bingung lagi apa aku harus membalas atau bagaimana?
Ia kembali berbaring menatap ku dengan senyum seolah meminta sesuatu dari tatapannya.
Ku turunkan wajahku perlahan mengecup pipi nya sebagai balasan, ia tersenyum sumringah.
"Ayo bangun mas, bukannya mau berangkat pagi-pagi yah" ujar ku ia mengangguk segera bangun turun dari tempat tidur. "Mas,.." panggilku menghentikan langkahnya di depan pintu kamar mandi.
"Iya" sahutnya seraya menoleh
"Mas mau pakai baju apa hari ini? biar ku siapkan"
"Sesuai selera kamu saja, mas suka sama selera kamu"
Aku tak tahu apa om Haris memujiku atau selera fashion ku untuknya memang bagus.
Ku bereskan tempat tidur kami terlebih dahulu lalu membuka korden dan jendela besar yang menjadi pintu ke balkon, membiarkan udara segar juga matahari masuk kedalam kamar.
Ku siapkan pakaian untuknya sesuai selera ku, dan ku letakkan di atas tempat tidur.
Cklet..
Ia keluar hanya dengan lilitan handuk di pinggulnya. Meskipun ia pernah tanpa sehelai benangpun di malam kami bercampur, tapi tetap saja rasanya malu melihat seorang pria bertelanjang dada.
"Mas suka pilihan mu" pujinya mengambil pakaian yang telah ku siapkan. Ku bantu ia memasang kan kancing kemejanya, juga dasi nya, dan merapihkan seluruh pakaiannya. Dimana ia tersenyum tak hentinya menatap ku, membuat ku merasa gugup juga malu di tatap seperti itu oleh suamiku sendiri.
"Terima kasih yah" ucapnya ku anggukkan tersenyum pula.
Bersama kami turun ke lantai bawah di mana kedua adikku telah menunggu di meja makan.
"Pagi semua" sapa mereka.
"Pagi,"
Ku layani mereka dengan baik, memastikan mereka sarapan dengan baik pula sebelum aku duduk menikmati sarapan bersama.
Di meja makan sembari menikmati sarapan kami mengobrol ringan.
Aku selalu senang kala melihat om Haris memperhatikan kenyamanan kedua adikku di sekolah maupun di rumah."Daaah.. " seru Reza dan Rezi dari dalam mobil yang melaju membawa mereka ke sekolah. Setelahnya pak Kuji kembali menjemput om Haris.
"Mas pergi yah" pamitnya, seperti pagi kemarin ku gapai tangannya mencium punggung tangannya dan ia membalas mengecup dahiku.
"Hati-hati mas," ku lambaikan tangan padanya di dalam mobil yang mulai bergerak perlahan.
Saat-saat seperti ini tanpa kedua adikku juga om Haris, ku habiskan waktu bersama buk Ina juga buk Sari, setelah itu terkadang ku isi dengan berolahraga yang tersedia di salah satu ruangan. Hal lain untuk membuang kebosanan ku isi dengan menonton juga bermain game. Begitu lah keseharian ku setiap hari hingga berganti pagi lagi hingga tak terasa sudah dua minggu pernikahan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Roman d'amourBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.