Bab 64. Mas Pulanglah Sendiri

26K 1K 50
                                    

Tiba kami memasuki  kompleks, beberapa orang-orang tampak keheranan melihat kehadiran om Haris yang mendorong gerobak, aku hanya memberi senyum meneruskan langkah.

Berbelok sedikit tiba di depan kontrakan kami, om Haris berhenti menatap bangunan tempat tinggal kami yang ada di hadapannya.

"Kenapa mas?"

Pertanyaan ku membuyarkan tatapannya. Ia menoleh menatapku dengan mata lagi-lagi berkaca-kaca.

"Kamu mau mas di marahi ibu sama bapak jika tau menantunya tinggal di tempat seperti ini,!?" ia marah tapi lebih ke sedih.

"Nggak seburuk itu kok mas, nyatanya kami nggak kepanasan juga nggak kehujanan" ku tanggapi santai ucapannya tak ingin aku di kasihani.

"Za buka pintunya"

Sesaat pintu terbuka lampu mati keadaan rumah gelap gulita, aku melihat sekeliling rumah tetangga lampu mereka semua hidup berarti token listrik kami habis, aduh kenapa harus pada saat ada Om Haris.

"Kak, token nya habis" seru Rezi. Ku buka tasku mengeluarkan dompet.

"Reza temani om sebentar ke warung, om mau beli rokok" pinta om Haris di anggukkan Reza. "Masuk duluan yah, mas mau beli rokok sebentar" aku mengangguk masuk lebih dulu bersama Rezi, entah mengapa aku merasa om Haris hanya beralasan untuk membelikan ku token. Aku segera mencari lilin untuk penerangan.

Tak berselang lama lampu hidup, om Haris kembali dengan banyaknya tas berisi belanjaan dari salah satu mini market, aku melongo ia ijin beli rokok pulang-pulang belanjaan mereka hingga 3 tas besar.

"Reza!" panggilku tegas Reza menoleh. "Apa kamu minta sama om Haris di belikan itu!? Kita udah sepakat untuk hidup sederhana!"

"Tidak kok, mas yang ingin membelikan itu" sela om Haris

"Mas, tolong jangan memanjakan mereka begini"

"Mas nggak memanjakan mereka, mas cuma ngasih kebutuhan mereka"

"Kebutuhan mereka sekarang berbeda mas, nggak lagi sama seperti di rumah mas"

Kedua adikku mengembalikan tas-tas belanjaan itu pada om Haris, dan kembali menjaga jarak dari kami.

"Tami, mas tau kamu bisa mandiri tanpa mas, tapi jangan halangi mas memperhatikan mereka" pinta om Haris, sebenarnya aku juga kasihan pada kedua adikku, pasti ada rasa rindu akan kemudahan yang om Haris berikan pada mereka saat kami masih bersama.

"Tapi jangan begitu lagi, jangan bebankan om Haris"

Mereka mengangguk, kembali om Haris memberikan belanjaan itu.

"Maaf, mas nggak pulang?"

"Boleh sebentar lagi?"

Aku mengangguk mengijinkan, di luar juga kembali turun hujan.

"Kak, aku beli mie instan sama telur untuk makan malam" ujar Reza secara tak langsung memperlihatkan kemalangan kami pada om Haris.

"Yah udah mandi dulu, biar kakak masak"

"Mas bantu yah" tawar om Haris berjalan di belakang ku.

"Jangan mas, dapurnya berantakan, nanti mas jijik"

Ia tersenyum tak perduli bahkan masuk lebih dulu, ku ikuti ia masuk pula, lagi ia terdiam menatap sekeliling ruangan.

"Taruh di sini saja mas"

Ku tanggalkan sweater yang ku kenakan juga mengganti pakaian ku dengan daster agar lebih leluasa bergerak. Aku memasak nasi lebih dulu di mana om Haris mengocok telur untuk di dadar.

Pengantin Pengganti MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang