Ku buka mataku di awal kami menjadi pengantin baru,. Mengapa ku katakan demikian, karena kini kami telah saling mengakui cinta, dan itu menjadi awal baru untuk pernikahan kami yang awalnya terpaksa.
"I love you"
Kata yang kudengar sesaat membuka mata, aku tersenyum menatap asal sumber kata indah itu.
"I love you too" balasku, kami saling memandang. Dan ku rasa ini saat yang tepat untuk membahas perihal lamarannya padaku waktu lalu.
"Mas,.."
"Hum?"
"Kata mbak Luna mas pernah melamarku enam tahun lalu" sentuhannya terhenti, matanya sedikit membulat menatap ku. "Jadi mas kerabat yang melamar ku?"
"Iya"
"Maaf yah mas, waktu itu aku masih terikat dengan Arman"
Ia mengangguk terlihat tak mempermasalahkan hal itu, mungkin karena kini aku telah menjadi istrinya.
"Kenapa mas mau melamar ku? Apa yang mas lihat dariku?"
Ia menarik tangannya berbaring terlentang, menjadikan salah satu tangannya sebagai bantal, di genggamnya tanganku menariknya ke atas perutnya.
Ia menghela nafas gusar. "Waktu itu setelah lebaran mas sekeluarga berkunjung ke rumah nenek mu, saat itu mas lihat kamu bermain lompat tali di halaman samping rumah dengan sepupu mu yang masih kecil untuk menghibur mereka. Kamu melompat dengan energiknya menarik gamis yang kamu kenakan. Senyum, tawa renyah tidak pernah luput dari wajah mu,. Mas melihat mu terlalu kekanak-kanakan di usia mu yang ke 20 tahun, tapi karena sikap itu pula anak-anak di sekitar mu tertawa riang"
Aku ingat kejadian itu, terkadang aku lupa usiaku ketika bertemu dengan adik-adik sepupuku.
"Setelah di dalam rumah, mas melihatmu melayani mas sekeluarga dengan baik, sopan, santun serta kalem, berbeda saat di samping rumah nenekmu, di situ mas penasaran dengan mu. Bahkan kamu membantu Mila mendiamkan anaknya yang rewel, tiba-tiba hati mas berdegup kencang melihat kelakuan kekanak-kanakan mu berubah ke ibuan, mas mulai tertarik dengan mu" yah, aku ingat sedikit kejadian itu. "Tapi kamu pasti nggak memperhatikan mas kan,?"
Aku terkekeh. "Iya" jawabku
"Mas pasti nggak masuk kriteria mu kan?"
"Bukannya gitu mas, waktu itu aku ngeliatnya mas yah bapak-bapak seperti pada umumnya, cuma bedanya masih awet muda, rapih terus ganteng, tapi aku taunya mas sudah punya keluarga, mana aku tau waktu itu mas udah duda"
Aku bergerak ke arahnya, berpegang pada dada bidangnya, masih ada yang ingin ku tanyakan.
"Empat tahun kemudian, setahun setelah papah ku meninggal mas kembali melamarku saat usiaku 24 tahun kan?"
Dahinya berkerut sedikit memiringkan kepala menatapku heran.
"Siapa yang ngasi tahu?"
"Mbak Luna, kenapa mas? Apa yang mas pikirkan hingga dua kali melamar ku?"
Ia mengusap rambutku lembut, tersenyum terlihat makin manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Любовные романыBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.