Karena hari ini om Haris akan pergi selama tiga minggu, ia tak ke hotel, ia berada di rumah seharian.
"Buk liat mas Haris?"
"Tadi ke kamar si kembar mbak" sahut buk Sari
Ku susul ia ke kamar adikku, aku sedikit heran apa yang ia lakukan di sana? Kedua adikku kan ke sekolah.
Hendak ku dorong daun pintu yang tak tertutup rapat, tapi ku urungkan melihat ia duduk di atas pegangan sofa menghadap pada sebuah dinding seolah menatap sesuatu. Karena penasaran aku mengintip lebih ke dalam apa yang ia lihat hingga ia mengucek matanya seperti seseorang yang menangis.
Melihat ia menoleh, aku segera bersembunyi. Setelah memastikan ia meninggalkan kamar adikku, berganti aku yang masuk melihat apa yang tadi ia tatap.
Aku terpaku di tempat ku bingung juga sedih yang ku rasakan saat ini melihat foto kedua adikku bersama mamahku yang om Haris tatap
Aku bingung mengapa ia menangis menatap foto keluarga ku,. Dan aku sedih akan perasaan yang tiba-tiba menyergap ku. Apa maksud om Haris bersedih menatap foto itu?, apa om Haris masih mencintai mamahku?, dan selama aku menjadi istrinya apa ia menganggap ku mamahku?, atau selama kami bersentuhan yang ia bayangkan mamahku?.
Perasaanku benar-benar kacau dan terluka akan sesuatu yang akhirnya ku pahami.
Ternyata selama ini om Haris baik padaku bukan karena telah menerimaku sebagai istrinya, tapi ia menganggap ku mamahku.
"Tami...."
Suara om Haris memanggil, segera ku seka air mataku juga menenangkan diri sebelum menyahuti panggilan nya.
"Tami...."
Ku tarik nafas dan membuangnya berkali-kali menenangkan diri sebelum menanggapi panggilannya. Ku tinggalkan kamar kedua adikku memenuhi panggilan nya.
"Iya mas..."
"Kamu dari mana? Mas dari tadi cariin kamu"
"Di dapur mas"
"Kamu kenapa?"
Aku tak bisa berpura-pura baik-baik saja saat ini. Hatiku sakit, perasaan ku hancur, senyum tak dapat terukir di bibirku saat ini.
"Nggak kenapa-kenapa"
"Ada apa sayang, kamu kenapa? Mas nggak akan tenang perginya kalau kamu seperti ini"
Aku sakit hati mas! Aku sedih! aku kecewa! Kalau saja aku tahu lebih awal kamu belum melupakan mamahku aku nggak akan membuka hati untuk mu!
Kemarahan itu hanya bisa ku utarakan dalam hati. Aku tak punya hak untuk menuntut, aku hanya Pengantin Pengganti Mamah,.
Mulai sekarang aku tak akan berharap apa-apa lagi pada pernikahan kami, akan ku coba membuang cinta ku, akan ku cari kebahagiaan ku dengan caraku.
"Ada apa sayang?" ia terlihat sangat khawatir.
"Nggak, kepalaku rada pusing" kilah ku. "Ayo mas ku antar ke depan" aku berusaha tetap bersikap baik menghargainya. Ku antar ia ke teras depan tanpa ku peluk lengannya seperti yang sering ku lakukan, aku hanya berjalan di sampingnya.
Ku tatap ia datar yang kini berada di dalam mobil, keningnya bertaut terlihat sedih, matanya bergetar menatap ku seakan gelisah. Ku lambaikan tangan padanya yang mulai bergerak meninggalkan ku.
Ku tarik nafas dalam-dalam melalui hidung membuangnya perlahan melalui mulut meredam amarah yang ada karena kecewa. Mataku tak bisa ku ajak kompromi sama saat ini, selalu saja ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
RomanceBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.