Saat ini aku berada pada salah satu taman pinggir pantai untuk menenangkan diri.
Aku takut juga malu untuk pulang ke rumah om Haris setelah ia mengetahui diriku yang lalu, terlebih lagi ia mengusir ku.
Di tempat ku, aku hanya bisa menangis tak tahu harus bagaimana saat ini. Hingga tak terasa aku berada di tempat itu dari sore hari hingga malam hari, tapi rasa bingung juga kesedihan belum juga ingin pergi, aku tetap di tempat ku tak beranjak pergi dari sana. Lalu pikiran akan kedua adik ku membuat pikiranku akan kesedihan sesaat buyar. Ku putuskan menghubungi mereka agar mereka tak khawatir denganku.
"Halo kak" suara Reza menyapa, ku tenang kan diri menetralisir kesedihan tak mau adikku tahu hingga mereka khawatir nantinya.
"Halo Za, Rezi mana?"
"Udah tidur kak"
"Oh,."
"Kakak nginap di hotel sama om Haris?
Pertanyaan adikku Reza membuat ku mengerjap bingung mendengar om Haris tidak pulang ke rumah. Sebegitu marahnya dia hingga menghindari ku, bahkan tak pulang kerumahnya sendiri.
Jika om Haris saja tidak pulang karena marah padaku, apa aku masih punya malu pulang ke rumah nya.
"I-iya"
Aku terpaksa berbohong agar adik ku tak khawatir. Biarlah masalah ku dan om Haris ku pikirkan besok setelah ia lebih tenang dan mau mendengarkan ku.
"Istirahat yah, jangan lupa bangun pagi-pagi, siapa tahu kakak pulang agak siangan"
"Iya kak"
Begitu telepon dengan adik ku usai, aku memeriksa ponsel ku barang kali om Haris meninggalkan pesan, tapi hasilnya nihil.
Bahkan aku memeriksa sosial media miliknya,. Tapi tak aktif, bahkan terakhir ia aktif sebelum pertemuan nya dengan teman-temannya. Ku sandarkan tubuh menatap lautan luas yang gelap terlihat suram, seperti masa laluku bersama Arman.
"Ngapain Lo di sini?" seru seseorang tiba-tiba lalu duduk di sampingku.
"Gino!" pekikku terkejut
"Ngapain Lo keluyuran malam-malam?" tanya nya lagi
"Tidak, aku hanya ingin bersantai"
Gino memiringkan kepalanya menatap ku, dan aku menoleh kearah sebaliknya tak mau ia melihat mataku yang kini sembab.
"Lo nangis?"
Ia tetap bisa melihat nya.
"Aku ingat dengan kedua orang tuaku" kilahku, Gino malah menyunggingkan senyum tampak tak mempercayai ucapan ku.
"Bohong banget,. Ngomong aja Lo kayak gini karena ayah kan?"
Aku menoleh terkejut, aku mulai was-was jika Gino pun telah mengetahui masa laluku, dan juga akan bersikap seperti om Haris pada ku.
"Bukan karena mas Haris, ini murni kesalahan ku sendiri,. Jangan ngomong maksud nya, juga jangan tanya lagi please"
Gino memutar duduk nya, sama-sama menghadap ke laut. Lalu ia menopang kedua sikutnya ke atas lututnya.
"Gue nggak bakal tanya kalau Lo merasa tenang dengan begitu"
Aku lega anak om Haris kali ini tak menunjukkan sikap menyebalkan nya, ia justru tiba-tiba menjadi dewasa mengerti keadaan ku meski ia tak tahu kejadian yang sebenarnya. Dan jadi bertambah lama lagi aku di tempat itu dengan di temani Gino. Tanpa sepatah katapun ia hanya menemaniku duduk menikmati angin laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
RomansaBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.