Bangun-bangun ku tak mendapati om Haris di samping ku. Ku kenakan kembali pakaian ku yang di lepasnya tadi malam seperti semula. Ku tutup dengan jubah dan masuk kedalam kamar mandi membasuh wajahku lalu turun ke lantai bawah.
"Buk,.." panggilku sembari menuruni anak tangga
"Iya mbak" sahut buk Sari
"Mas Haris sudah berangkat?"
"Iya mbak, sejam yang lalu"
"Adik ku bangun kan ke sekolah?"
"Iya mbak, tadi sarapan dengan pak Haris"
"Kok nggak ada yang membangunkan aku?"
"Pak Haris berpesan nggak membangunkan mbak, biar mbak bangun sendiri, katanya mbak capek"
Aku teringat dengan capek yang om Haris maksud, aku memang capek, tubuhku benar-benar pegal, mungkin selama dua jam ia menindih ku.
"Mau di buatkan sarapan mbak"
"Nggak usah buk, aku mau mandi dulu"
Aku kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Ku lihat tempat tidur kami berantakan, bantal berhamburan ke lantai, juga sprei sangat kusut di bagian tengah tempat aku dan om Haris tadi malam bercampur. Ku rapihkan dulu sebelum mandi.
"Hu!"
Aku fokus memerhatikan sesuatu yang mengering di tengah-tengah sprei. Aku lalu teringat itu pasti hasil dari apa yang kami lakukan tadi malam. Kembali aku terngiang akan kejadian itu.
Meski om Haris bermain sangat lama seakan tak ingin berhenti, tapi setiap aku merintih ia memelankan temponya seolah tahu aku sedang merasakan sakit. Bahkan saat berhubungan pun ia masih memikirkan kenyamanan ku.
Tanpa sadar senyum terbit di bibir ini menatap bercak putih yang telah mengering itu.
"Buk,.." panggil ku kembali menuruni anak tangga
"Iya mbak" buk Ina yang menyahut
"Aku butuh sprei baru, yang ini tolong di cuci yah"
"Iya mbak, nanti ibu pasangkan sprei baru"
"Terima kasih buk"
"Sama-sama"
Aku kembali ke lantai atas hendak membersihkan diri berendam dalam bak mandi, menetralisir pikiran ku yang sering tertuju pada kejadian tadi malam antara aku dan om Haris.
Bukan ia yang pertama kali menyentuhku, tapi rasa juga kenikmatan yang om Haris berikan baru pertama kali ku rasakan, mampu menghapus kenangan kesalahan lalu yang kulakukan.
Cring...!!!
Segera ku bersihkan seluruh busa di tubuhku mendengar panggilan video, mungkin itu penting atau dari om Haris.
Aku justru mendapat panggilan video dari Mila adik om Haris.
~Hai kaka ipar,.~ serunya sesaat aku mengangkat telfon.
~Hai,~
~Wah,. Wah,. Roman-romannya udah ada yang honeymoon nih~ candanya, mungkin karena melihat rambutku basah. ~Honeymoon di mana?~
~Di kamar mas Haris~
~What! Kenapa nggak keluar negeri gitu~
~Mungkin setelah cari waktu~
~Iya juga sih yah,. berapa ronde?~
~Haha... apaan sih mbak~
~Udah nggak usah malu sama adik ipar sendiri~
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti Mamah
Любовные романыBukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.