Chapter 74

4.8K 367 22
                                    




Enjoy Readers!

Daeho terbangun di pagi hari dengan tubuh yang sakit dengan memar di beberapa bagian di tubuhnya. Terutama tangannya. Bisa-bisanya Taehyung memukul lengannya yang tidak terlindung, alih-alih bagian tubuh lain saat melakukan sparing. Alhasil banyak lebam di tangannya saat ini.

Jadi setelah mandi tadi subuh, Daeho kembali tidur. Mungkin dia tidak akan bangun jika saja telinganya tidak berdengung dengan ketukan pintu di apartemennya yang mengganggu.

Ketukan pintu itu terlalu brutal untuk Daeho abaikan. Sehingga dengan wajah kesal dia bangun dari tidurnya, berjalan menuju pintu keluar dan hampir mengutuk siapapun yang berani mengganggu istirahatnya. Namun begitu pintu terbuka, Daeho menelan kembali umpatannya itu. Berganti dengan wajah senyum palsu yang sangat ketara.

"Oh? Ada apa? Kenapa datang sepagi ini?" Daeho bertanya pada sosok dingin di hadapannya.

Taehyung menatap Daeho. Lebih tepatnya tangannya. Lalu melihat jam di tangannya. Pukul setengah delapan. Hari Senin, tapi lelaki di depannya berani mengatakan kalau ini pagi? Luar biasa!

"Apa kau lupa tugasmu datang ke sini?" Taehyung bertanya.

Daeho nyengir. Mana mungkin dia lupa. Hanya saja biasanya Taehyung akan membiarkannya. Lagi pula tugas utamanya dari kakek juga bukan di perusahaan. Tapi sepertinya lelaki ini sangat pelit karena masalah tangan dalam video.

Niat hati menggoda Taehyung dengan menyuapi Jungkook, dengan suara milik Jimin. Tapi kenapa hanya dirinya yang dipukuli? Dunia sungguh kejam.

"Mana mungkin lupa? Tapi Taehyung, aku masih Jetlag. Aku bahkan harus menjaga ipar dan juga calon bayinya selama perjalanan. Apa kau tidak memiliki sedikit belas kasihan?" Daeho mengiba. Intinya jelas. Dia malas berhubungan dengan perusahaan. Dia di sini hanya untuk bermalas-malasan sampai batas waktu sebelum pulang ke Belanda.

Taehyung memutar bola matanya. Kapan adiknya itu akan dewasa? Dia hanya bisa menghela napas.

"Makan ini, dan aku akan menunggumu jam satu siang. Datang ke perusahaan." Taehyung mengulurkan kotak makan dua tingkat itu kepada Daeho. Lalu berbalik pergi tanpa berkata apapun.

"Huh?" Daeho kebingungan dengan kotak bekal itu. Dia mendadak terharu dengan sosok Taehyung. Kakaknya benar-benar perhatian, meskipun dia harus merasakan pukulan maut karena menggodanya. Tapi kakaknya masih memberikannya bekal.

Itulah awal kesalahpahaman pagi itu. Padahal jika bukan karena Jungkook, Daeho mungkin tidak akan diingat oleh Taehyung

Jadi pagi itu setelah benar-benar memiliki tidur layak, Daeho segera bangun dan baru memakan sup itu pukul sepuluh pagi. Dia memanaskan sup ayam pada microwave sebelum memakannya tanpa nasi.

"Hm?" Daeho agak terkejut dengan rasanya.

Sebuah sup ayam rumahan, bagi Daeho adalah rasa yang baru. Ini berbeda dengan dirinya makan di restoran. Rasanya itu... Daeho tidak bisa menjelaskan. Tapi ini disebut enak untuk arti tertentu.

Jadi Daeho yang berpikir tidak akan ke perusahaan siang ini, kini mengubah pikirannya untuk ke sana. Bukan karena malas. Tapi Daeho hanya takut mulutnya terlalu ember dan memuntahkan alasannya datang ke sini pada Taehyung. Tapi dia memiliki harapan bahwa Taehyung mengajaknya makan siang hari ini.

***

Jungkook sudah sampai di rumah pagi itu. Dia memeluk eomma nya yang luar biasa dia rindukan. Soo Hwa bahkan sudah memasakkan semua masakan yang di sukai oleh Jungkook ketika mendengar putranya itu hendak pulang.

Perfect Husband ||Taekook||©Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang