•
•
•
•Enjoy Readers!
Seoul, Korea Selatan 📍
Jungkook mematikan tablet, mengakhiri bacaan novelnya yang ditulis oleh Minki. Dia mengelus perutnya yang sudah masuk 8 bulan.
"Bahkan di novel aja, nggak ada yang namanya bahagia until the end ,"gumamnya.
Saat mengakhiri bacaannya, Jungkook merasakan perasaan tidak senang, sedih, dan rindu pada suaminya. Pandangannya menerawang. Membayangkan sosok suaminya yang biasanya akan sangat cerewet padanya, over protective, mesum. Tapi diantara semua cinta, Taehyung jugalah yang paling mencintainya. Bahkan mungkin melebihi ibunya. Karena Taehyung mencintainya tanpa ikatan darah.
Entah kenapa, novel ini seperti kisahnya. Ntah sengaja atau tidak. Perfect Husband,judul yang sempurna. Jika kehilangan satu huruf saja pada kata itu, maka artinya akan salah.
"Kookie...! Ayo ke kuburan appa mu. Nanti keburu siang, kamu capek?" Suara teriakan ibunya terdengar dari bawah.
Jungkook melihat ke bawah. Karena saat ini dia ada di balkon kamarnya. Duduk manis dengan segelas es jeruk di cangkir teh.
"Bentar, eomma! Jungkook ganti baju dulu! Lah kata eomma mau sorean?" balasnya berteriak dari lantai dua. Tidak sopan memang. Tapi mau bagaimana lagi? Ibunya juga memanggilnya dari taman rumah. Mana menyiram tanaman dengan dress hitam untuk ke makam lagi.
"Kamu aja hamil gitu, mana boleh. Sudah cepetan ganti!"
Jungkook merengut. "Ya udah...aku ganti baju dulu," gumamnya. Namun tetap segera masuk ke kamar untuk berganti baju.
Bajunya sudah dia siapkan. Semua memang dari produk Archstone Corp. Rasanya ingin menangis. Lagi-lagi Jungkook teringat suaminya. Bahkan dengan sikap dingin Taehyung di mata orang, siapa yang menyangka bahwa Taehyung sudah meminta designer untuk mendesain baju hamil yang nyaman untuk dirinya. Jauh sebelum kehamilannya besar.
Jungkook terduduk di atas ranjang, kembali menangis, mengingat Taehyung. Dari isakan kecil, jadi suara tangisan nyaring.
"Huuaaa... Tae hyung..."
Sedang menangis begitu, tiba-tiba suara dari kamar mandi terdengar.
"Apa?"
Jungkook mendongak. Mendapati suaminya yang baru saja mandi, dengan handuk yang hanya melilit pinggang ke lututnya.
Melihat Jungkook yang menangis tanpa tablet di tangan istrinya, Taehyung yang tadinya kira Jungkook menangis karena drama Korea mendadak panik. Wajahnya jadi dingin, memikirkan beberapa hal yang membuat istrinya menangis. Gosip misalnya.
"Kamu kenapa menangis? Siapa yang membuat menangis?" Dengan panik, lelaki itu menghampiri istrinya. Belum kaki itu melangkah dekat, Jungkook telah lebih dulu bangun dan memeluk suaminya.
Tapi Jungkook jadi kesal, karena perutnya menghalangi.
"Hiks...mau peluk aja perutnya nggak ngijinin," keluhnya sakit hati. Sudut bibir Taehyung berkedut. Ingin tertawa tapi takut istrinya mengamuk. Alhasil, Taehyung segera pindah ke belakang punggung Jungkook, lalu memeluknya dari belakang.
Dengan gerakan halus, Taehyung berjalan mundur, menarik istrinya hingga Taehyung duduk di tepi ranjang. Tentu saja, Taehyung mengatur posisi duduk istrinya diatas pahanya secara miring. Agar jauh lebih nyaman.
"Ngga boleh ngomong gitu. Kamu boleh mengeluh apapun itu, tapi jangan pada mereka yang berjuang untuk tetap sehat hingga sekarang." Taehyung memberi nasihat halus. Tidak lupa tangannya mengelus perut Jungkook yang luar biasa besar, untuk ukuran tubuh mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband ||Taekook||©
General FictionSiapa sangka kejadian itu membuatnya bertemu takdir yang tidak pernah dia pikirkan.