Ch. 2 - Pertemuan Kembali.

24 2 0
                                    

Hujan deras menerpa Bumi tanpa ampun.

Pusat bisnis gelap, hiburan malam, dan apapun yang tidak bisa dibicarakan di tempat umum telah memberi bagian kota ini nama Kota Tanpa Malam. Nama yang sesuai untuknya, setidaknya di kebanyakan waktu.

Pengecualiannya adalah seperti ketika cuaca yang mendekati bencana alam sedang terjadi, seperti yang sedang berlangsung malam ini. Sepertinya salah satu dari petir yang turun telah mematikan sebagian besar tenaga listrik tempat ini juga, membuatnya terlihat seperti sedang tertidur.

Lalu di tengah tempat gelap ini, dengan petir-petir besar dan lampu-lampu jalan yang redup sebagai pencahayaan, adalah pertemuan kembali dua orang yang sangat mengenal satu sama lain.

Setidaknya salah satunya, berharap masih seperti itu.

"...Maria?"

Warna Merah Darah menatap Putih Keperakkan, dua pasang mata yang sama-sama menunjukkan perasaan kaget dengan sangat jelas.

Ini menunjukkan bahwa pertemuan mereka sekarang sama sekali tidak direncanakan. Sebuah kebetulan.

"Ugh...!" Leon mendorong tubuhnya untuk berdiri lebih tegap.

Atau, Kesempatan. Penyadaran ini menyalakan kembali fungsi kerja milik otak Leon. Dia tidak boleh melepaskan ini.

"Maria!" ucap Leon sekali lagi dengan lebih tegas, tidak memedulikan hujan yang menerpa wajahnya, "Dimana saja kau, setelah... menghilang setahun terakhir?!"

Menghilang. Kata yang Leon tahu tidak tepat untuk menamakan apa yang telah terjadi.

Tetapi dia masih berharap, walau dengan semua bukti yang telah dia temukan, bahwa dugaannya masih bisa berakhir salah.

"Leon."

Suara dingin yang sangat dirindukannya itu akhirnya bisa Leon dengar, bahkan memanggil namanya. Itu cukup untuk mengangkat hatinya yang berat, yang ternyata akan terhempas jatuh sesaat berikutnya.

"Aku tidak akan meminta maaf." datar, tanpa emosi, "Aku harus pergi meninggalkanmu."

Ah, itu kata yang tepat.

Pergi.

"Agh..." suara kesakitan keluar dari tenggorokan Leon.

Tentu saja dihari Maria menghilang, Leon langsung mengenyampingkan semua hal untuk mencari wanita itu.

Hari berubah menjadi minggu, lalu itu menjadi dua minggu, kemudian tiga...

Di titik satu bulan, Leon menyadari bahwa satu-satunya kemungkinan dirinya masih tidak bisa menemukan Maria, adalah karena pasangannya itu sendiri memang memilih untuk tidak ditemukan.

"Sama seperti ketika aku tidak akan meminta maaf, aku juga tidak memerlukan pengertianmu."

'Kau tidak memiliki nilai bagiku.'

Dingin, seperti duri es yang terus menusuk-nusuk hatinya.

"Kenapa kau tidak..." memberitahukan kesalahannya? Agar dia bisa memperbaiki apapun itu sebelum ditinggalnya? Atau setidaknya, sekedar... "...meninggalkan pesan, apapun, yang menjelaskan kepergianmu?"

Leon berhenti berbicara sejenak dan menekankan telapaknya ke dadanya, seperti mencoba menenangkan detak jantungnya yang menggebu-gebu.

"Apakah aku tidak pantas menerima selembar kertas yang bertuliskan 'Aku Pergi'? Aku sempat mengira bahwa Mereka berhasil menculikmu..."

Maria tidak menunjukkan satu pun ekspresi yang menanggapi semua itu, hanya memberikan kalimat sedingin sebelumnya.

"Aku tidak melihat keuntungan dalam memberitahumu." Maria menggelengkan kepalanya sekali, "Lebih sedikit pengetahuanmu tentang kepergianku, lebih baik."

Lahir di Neraka dan Surga dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang