Ch. 19 - Penjaga Gerbang Selatan.

9 1 0
                                    

Bagian dalam dari dinding kota ternyata tidak sesepi bagian luarnya. Beberapa bangunan kecil dapat terlihat menempel di dasar dinding tersebut dengan sedikit jarak memisahkan satu dan yang lain.

Beberapa dari itu sepertinya berfungsi untuk membiarkan seseorang bergerak ke atas dinding. Ada yang memiliki mesin seperti elevator, dan ada yang seperti tangga biasa saja.

Leon sedikit sulit membayangkan kelompok orang yang akan memilih untuk memanjat menggunakan tangga setelah mengingat betapa tingginya dinding tersebut.

"Tunggu dulu..."

Salah satu bangunan yang berada sangat dekat dengan Gerbang Kota Bagian Selatan adalah sebuah pos kecil yang biasanya digunakan Penjaga Kota untuk memeriksa pengunjung yang mencurigakan.

Leon sedang berada di tempat ini bersama dua Penjaga yang telah dia temui diluar kota sebelumnya.

"Kau tidak mengingat apa-apa?" tanya penjaga senior, "Apapun?"

Leon menganggukkan kepalanya, lalu menambahkan, "Ya, aku terbangun di bukit yang berada tidak jauh dari sini."

Ruangan ini memiliki dinding dan lantai dari batu berwarna putih. Ketinggian atap dan ukuran perabotannya menunjukkan bahwa tempat ini dibuat sambil memikirkan makhluk-makhluk dengan tinggi dua kali lipat dari manusia kebanyakan.

Leon dan Penjaga Senior duduk di kursi mereka masing-masing, dengan meja besar memisahkan mereka berdua. Penjaga Junior berdiri di belakang atasannya dengan postur yang tegap.

"Kota terdekat dari sini masih terlalu jauh untuk berjalan kaki, dan bukit tempatmu muncul itu tidak memiliki jalan ke kota manapun."

"Aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai di tengah area yang berbahaya itu." lanjut Leon sambil bersandar di kursinya dan melihat langit-langit ruangan, "Aku tidak ingat."

Leon telah menjawab banyak pertanyaan pembuka yang mudah. Dia juga mencoba menjawab beberapa yang sulit, lebih karena dia tidak memiliki jawaban untuk bebearpa itu daripada tidak ingin menjawab. Untungnya itu tidak menjadi masalah.

Dia juga berhasil mendapatkan beberapa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ringan yang dia selipkan. Salah satunya adalah nama kedua penjaga yang sedang berbicara dengannya saat ini.

"Dan tempat terakhir yang aku bisa ingat sangatlah jauh dari sini, dan aku sudah tidak bisa kembali kesana. Kalian tidak mungkin bisa mengetahui tempat itu."

"Begitukah...?" penjaga senior itu menoleh kesamping sesaat, sebelum kembali melihat kedepan, "Baiklah kalau begitu."

Penjaga senior yang bernama Shima itu mengangguk pelan, sepertinya tidak berniat memaksakan topik itu lagi. Dia menoleh ke sampingnya untuk memastikan juniornya mencatat dengan benar.

Penerima tatapan itu, Goma berusaha menyembunyikan diri dibalik papan kecil di tangannya. Perasaan takut yang mencekik di tenggorokannya terasa semakin jelas dan kuat saat menerima tatapan seniornya itu. Ini karena omelan dan hujan ludah yang menimpanya sebelumnya masih sangat segar didalam ingatannya.

Dia juga sudah menyadari hukuman yang menunggunya setelah proses ini selesai sudah pasti akan terjadi, melihat pemuda di depannya sama sekali tidak menunjukkan masalah sedikitpun. Kepanikannya diawal telah terbukti salah total.

Hukuman itu pasti tidak akan ringan.

"Jadi kau ingin menjual karyamu, ya..." Shima bergumam sambil melihat Bonehound di depannya, "Kau akan mendapat banyak saingan, terutama orang-orang tua disini."

"Karya?" Leon mengangkat satu alisnya, terlihat tidak paham, "Apa maksudmu?"

Reaksi itu, membuat Shima menjadi bingung juga, "Kau seorang Artis Tulang, bukan?"

Lahir di Neraka dan Surga dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang