Ch. 66 - Teman Lama, di Waktu yang Lain.

8 2 0
                                    

Leon dan Hiro sudah berjalan cukup lama setelah berpisah dengan Slithroat, sampai-sampai langit diatas mereka sudah mulai berubah menjadi ungu seluruhnya. Perjalanan ini membawa mereka melintasi satu bagian kota ke yang lain dan terus lagi, sampai sangat dekat dengan dinding kota.

Lalu mereka sampai.

"Ini tempatnya?"

Di jalan yang sangat terpencil dan memiliki beberapa puing-puing bangunan runtuh, satu bangunan berdiri sendirian. Arsitekturnya tidak terlihat berbeda dengan beberapa bangunan tetangganya yang masih berdiri.

Jika mata Leon tidak jeli, dia pasti sudah melewatkan kualitas dinding bangunan yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain miliknya. Itu adalah tanda yang jelas bahwa ini bukanlah bangunan biasa.

Mungkin itu, dan suara besi membentur besi yang samar dari bagian dalamnya.

"Jadi... apa kau siap?" ucap Hiro tanpa melepaskan pandangannya dari pintu masuk bangunan.

"Um, ya?" Leon melihat kegugupan Ogre itu sudah menjadi beberapa kali dari saat mereka ada di perpustakaan, "Apa kau...?"

"Tentu saja aku siap! Ayo!"

"Apa kau baik-baik saja?"

"... ayo kita masuk saja."

Begitu masuk, Leon bisa merasakan hawa panas yang memenuhi tempat ini menghantam wajahnya dengan telak. Sensasi ini mengingatkannya pada pengalaman berdiri di dekat api unggun besar dulu. Matanya mulai menyapu ruangan, menelitinya.

Satu-satunya perabotan biasa di tempat ini adalah meja yang lebar di sisi lain ruangan, yang memiliki begitu banyak goresan berbagai bentuk dan ukuran di permukaannya.

Lalu senjata. Begitu banyak senjata. Di dinding, rak senjata, bahkan secara berantakan di dalam beberapa drum kayu.

"Wow..."

Senjata yang ada di dinding ruangan ini terpajang dalam berbagai bentuk dan ukuran yang unik. Beberapa dari itu bahkan jelas-jelas bukan untuk digunakan oleh seseorang berukuran manusia biasa.

Kapak sepanjang tiga meter dengan ganggang yang sangat pendek, seharusnya hanya bisa dipegang dengan satu tangan oleh orang seukuran Leon. Pedang bermata dua yang terlihat sangat biasa tetapi secara bersamaan, juga sangat indah dan menyeramkan. Dan...

"Huh?"

Pisau... atau tombak? Mata pedangnya terlihat lebih mendekati ujung tombak berbentuk bunga yang mekar. Tidak adanya pelindung tangan juga membuatnya berpikir itu adalah tombak. Tetapi bagian yang bisa dipegang di senjata itu terlalu pendek, bahkan tidak melebihi tiga puluh sentimeter.

Tempat ini memancarkan suasana fantasi yang sangat pekat.

"Apakah orang ini sedang sibuk?" tanya Leon, setelah menyadari suara benturan besi itu ternyata berasal dari ruangan yang lebih dalam.

"Dia hampir selalu sibuk."

Mereka berdua berjalan ke bagian yang lebih dalam, dan berhenti di depan meja tunggal ruangan ini. Suara benturan-benturan itu sekarang bisa terdengar dengan sangat jelas.

Clang! Clang! Clang!

Hiro mengambil satu langkah lagi, sampai bersandar di meja besar di depannya.

"Tetsuka!"

Clang! Clang! Clang!

Sama sekali tidak ada tanda bahwa itu telah terdengar. Jadi, Hiro menarik nafasnya sekali lagi, dan memanggil dengan lebih keras.

"Tetsu-!"

Clang-! Whooong!

Leon sampai perlu menarik mundur satu kakinya untuk menghadapi hantaman kejut yang dihasilkan oleh gelombang energi panas yang baru saja meledak dari arah suara benturan itu. Dia cukup yakin ujung hidungnya hampir saja tersulut api.

Lahir di Neraka dan Surga dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang