Ch. 132 - Suara yang Tidak akan Pernah Hilang.

6 0 0
                                    

Tamaki mengangkat kedua telapak tangannya, matanya tidak bisa lepas dari telapak kosong di depannya itu.

"Setiap kali aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa itu sudah cukup, bahwa usahaku selama bertahun-tahun terakhir adalah alasan kami bisa bertemu denganmu... suara yang lebih keras akan membungkamnya."

Telapak itu tertutup, tergenggam dengan keras.

'Kau hanya beruntung.'

'Tanpanya, semua ini tidak akan terjadi.'

'Kau telah menggiring seluruh Keluargamu melalui jalan berduri, hanya untuk melihat mereka mati pada akhirnya.'

'Mereka akan mati jika mengikutimu.'

'Mereka sudah mati, jika bukan karena Leon.'

'Mereka semua seharusnya sudah mati, semuanya karenamu.'

Tamaki membuka kedua tangannya lagi, melihat darah yang sudah menutupi telapaknya, dan lengannya, dan badannya. Dia mengangkat pandangannya, yang membuatnya ingin memalingkan wajahnya dari itu.

Gunungan mayat memenuhi pandangannya, milik wajah-wajah yang sudah dia kenali seumur hidupnya. Ini cukup untuk membuatnya memejamkan mata dengan keras.

Satu, dua, dan tiga.

Tamaki membuka matanya kembali, dan suara meriah kembali memenuhi pendengarannya. Di depannya adalah lomba minum bir yang sudah mendapatkan beberapa penantang tambahan.

Yang baru saja dia lihat adalah semua halusinasi belaka, sama dengan puluhan halusinasi lain yang telah dia lihat selama sebulan terakhir.

Gambaran ini menjadi semakin sering muncul, dan semakin jelas juga.

Tamaki sudah mulai mendekati batas yang dirinya mampu tahan sendirian.

Leon menyadari itu, dan membuka mulutnya untuk menjawab.

"Aku sampai di Netherworld kurang dari tiga bulan yang lalu, dan aku melakukan pilihan nekad pertamaku di dalam jam pertama aku berada disini."

Tamaki menoleh ke samping, ke pemuda yang ternyata tidak sedang melihat ke arahnya. Dia melihatnya menunjukkan ekspresi... sedih.

"Aku dikejar oleh Hellhound sampai ke puncak bukit, dan berhasil membuatnya jatuh ke jurang yang sangat tinggi." dia memejamkan matanya, "Membuatnya mendarat di atas seseorang."

"Apa...?"

"Jadi aku berlari turun, dan menghadapi monster itu. Semuanya untuk menyelamatkan orang yang telah kucelakai."

Leon membuka matanya lagi, dan membuat sebuah senyuman mengejek yang sangat tidak wajar di wajahnya.

"Dan dia mati. Aku gagal."

Tamaki langsung tahu bahwa senyuman itu sedang dia tujukan kepada dirinya sendiri.

"Aku memilih untuk membantu Hisui, dirimu, Natto, dan kelompokmu."

Leon mengangkat tangannya yang tertutup, lalu membuka satu jari.

"Jika aku gagal membantu Hisui, maka dia akan menjadi musuh yang diincar oleh Merchant Guild seumur hidupnya. Kami berdua tidak akan memiliki tempat lagi di Kota Oniyama atau uang sama sekali, dan dia akan menderita karenaku."

Jari kedua.

"Jika aku gagal membantumu, maka kau akan dibawa pergi untuk menghadapi Bos Besarmu, yang akhirnya akan membuka campur tanganmu di pencurian itu. Aku dan kau hampir pasti akan mati."

Jari ketiga.

"Jika aku gagal mengalahkan Natto, maka aku bersama Mamoru dan seluruh kelompoknya akan mati. Jika aku gagal mengubah pikiran Natto, maka dia dan seluruh kelompoknya akan mati."

Lahir di Neraka dan Surga dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang