Ch. 135 - Pilihan yang Diambil, Situasi yang Memburuk.

6 0 0
                                    

Di bagian terdalam dari sebuah hutan yang sangat lebat, sangat jauh dari peradaban manusia terdekatnya sekalipun.

Bang! Clang! Bang! Bang...!

"Gyaaa...!?"

Bham!

Di salah satu bagian tempat ini adalah sebuah rumah kayu kecil, yang pintu depannya sedang dijaga oleh pemuda berambut putih dengan pedang tumpul di tangannya. Bersamanya, adalah seorang gadis berambut hitam dengan pistol kembar berwarna hitam dan putih.

Ratusan tubuh berserakan disekitar mereka yang secara mengejutkan, semuanya hanya tidak sadarkan diri saja.

"Apakah itu yang terakhir...?"

Bzzt!

"Baiklah."

Leon menyarungkan kembali pedangnya, dan melihat ke belakang. Mereka telah menghalau gelombang serangan ini seperti beberapa yang datang sebelumnya dan berhasil melindungi rumah kayu di belakang mereka.

Dia berjalan kembali kesana dan membuka pintunya.

"Semuanya sudah baik-baik saja. Kalian bisa keluar."

Sepuluh orang berseragam identik keluar sambil membawa beragam senjata api, terlihat sangat bersiaga sambil memeriksa sekitar mereka.

Lebih lambat dibelakang mereka adalah dua orang terakhir, pemuda remaja yang sedang memeluk seorang gadis tidak lebih dari delapan tahun. Mereka adalah kakak-beradik yang terlihat sangat ketakutan.

"M-maaf... semuanya karena kami..."

"Hik, hik...!"

Leon melihat itu, dan sempat membuka mulutnya untuk menenangkan mereka, sebelum akhirnya menutup itu kembali. Dia melihat ke arah banyak ledakan sedang terjadi, dimana pertarungan yang lebih besar sedang berlangsung.

"Riese dan Simon pasti akan bisa menghentikan pasukan bantuan mereka, tetapi jalan keluar dari hutan ini masih tertutup. Lagipula..." dia menoleh ke arah berlawanan, "Aku tidak ingin menaruh seluruh harapan kita pada Dio."

"Bzzzt. Drt. Kha. Frzzz..!"

"Tentu saja. Aku sedang mencoba memikirkan sesuatu..."

Leon sudah memiliki satu rencana yang seharusnya akan bisa menyelesaikan ini semua. Hanya saja, kemungkinan jatuhnya korban diantara sepuluh teman-temannya yang sedang membantunya itu sangatlah tinggi.

Jadi tiga detik kemudian, dia membuat rencana kedua.

"1311891, bawa lima orang dan jalankan rencana K. Bawa mereka berdua keluar dari hutan ini disaat aku... dan lima yang lain membuka jalan untuk kalian!"

"Pxzdz! Drrrt!?"

"Tidak ada waktu untuk mengkhawatirkanku!"

Gadis berambut hitam itu berdiri di tempat selama beberapa detik, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Dia menunjuk lima orang, dan mulai membawa kakak-beradik itu ke satu arah.

Leon melihat gadis itu pergi, lalu memberikan perhatiannya ke kelompok yang tersisa. Bersama mereka, dia bergerak ke arah yang berlawanan. Dia bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak bisa diikuti lima orang terlatih di belakangnya.

Lalu setelah satu menit berlari, dia tiba-tiba berhenti.

Dia menoleh ke belakangnya.

"Pergi ke medan depan, lalu beritahu Riese untuk membantuku."

"...!?"

"Aku akan menjalankan rencana Z. Kalian hanya akan menjadi beban saja."

Lima orang itu mulai bertukar tatapan dan terlihat ingin membantah, tetapi menjadi terdiam setelah menyadari mereka tidak bisa menghentikannya. Dengan satu anggukkan kepala bersama, mereka berlari pergi ke arah sumber suara paling keras saat ini.

Lahir di Neraka dan Surga dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang