Ch. 3 - Tragedi, Komedi, atau...?

18 2 0
                                    

"Mephistopheles."

Nama yang sangat tidak biasa, keluar dari cerita yang Leon tahu tidak diketahui oleh sebagian besar orang di negaranya sekarang. Pikiran ini hanya terlintas sekejap saja di kepalanya.

"Lama tidak berjumpa..." lanjut Leon dengan lemah, sebelum menambahkan, "Tiga tahun adalah waktu yang cukup lama bagi manusia sepertiku..."

[Hm.]

Mephisto hanya mengeluarkan suara yang mengakui pernyataan itu, walau dia tidak terlihat akan memberikan penjelasan. Dia mengambil beberapa langkah maju sampai akhirnya berdiri dua meter dari pemuda di depannya.

Itu membuat Leon menjadi perlu memaksakan lehernya ke atas untuk membalas tatapan yang datang ke arahnya.

[Kau adalah sebuah anomali di dalam lautan ras manusia.]

"... apa?"

Leon mencoba bangun dari posisi berlututnya dan gagal, menemukan lengan dan kakinya sudah terlalu lemah sampai tidak mampu mendorongnya berdiri.

Mephisto tidak memedulikan itu dan terus berjalan mengelilinginya, perlahan dan dengan jarak antara langkahnya yang sangat pendek.

[Semua manusia memiliki keinginan egois, tanpa pengecualian. Dari mereka yang baru mulai bisa berpikir, sampai yang sudah meletakkan satu kaki mereka di dalam kuburan.]

Api biru mulai membakar aspal yang dipijak oleh iblis tinggi itu, membentuk jejak-jejak membara yang sangat jelas.

[Harta, kekuatan, umur panjang, atau bahkan keabadian. Cinta, hasrat, tubuh yang sempurna, atau kuasa atas manusia lain.]

Mephisto berhenti berjalan setelah mengitari Leon sekali, memunggungi pemuda itu. Jejak-jejak dari api biru yang identik di tanahnya mulai menyala dan bergerak membentuk garis koneksi antara satu dengan yang lain.

Dia melanjutkan tanpa membalikkan badan.

[Semuanya adalah hal yang mereka kira akan bisa memenuhi keinginan, keserakahan mereka. Semuanya selalu berakhir sama, mengecewakan.] ucap iblis itu dengan nada yang datar tetapi secara bersamaan, terdengar sangat merdu, [Lalu terkadang, walau sangat langka, manusia sepertimu akan muncul.]

Leon melihat api biru yang mulai membentuk lingkaran api di bawahnya sebelum mengangkat pandangannya dan menemukan Mephisto yang sedang menatapnya.

[Tidak palsu atau sekedar untuk dihormati manusia lain. Mentalitas pengorbanan diri yang berbatasan dengan masokisme. Pandangan lurus yang tidak tergoyahkan dihadapan seluruh harta dunia.]

Leon melihat lingkaran api biru yang semakin membara disekitarnya meledak dan melayang ke udara secara tiba-tiba, sebelum semuanya berubah arah dan langsung menghantam tubuhnya dari segala arah secara bersamaan.

"Ugh!?"

[Tiga tahun untuk yang pertama, dan tahun ketujuh untuk yang kedua.]

Thump!

Dada Leon tiba-tiba menyala dengan warna biru, sebelum memuntahkan api yang kemudian meledak ke langit malam seperti pilar cahaya dengan warna yang sama.

[Keduanya untuk manusia lain. Bahkan ketika kau memiliki keinginan lain, ketika kau bisa mendapatkan belasan permintaan lain itu dan lebih lagi...] pupil emas memandang menara sinar di depannya, [Kau tetap memilih jalan sulitmu itu.]

Whooosh...

Mephisto memadamkan semua api di hadapannya dengan satu ayunan tangan ringan, yang hanya menyisakan kobaran sebesar bola basket di atas telapak kanannya saja.

Kobaran yang sama itu kemudian mulai menunjukkan sebuah siluet buram di dalamnya.

[...yang pada akhirnya, gagal memberikanmu Akhir Bahagia Selamanya yang kau kejar.]

Lahir di Neraka dan Surga dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang