2. Meet You

271 9 0
                                    

"Fi! Woy, Fi! Gelo maneh teh?! Malah asyik senyum-senyum wae!"

Suara bising penuh geram itu mengalihkan perhatian Alfi— lelaki jangkung berlesung pipi yang sempat dilihat Anna.

"Hah?" Alfi yang sedari tadi melamun, mengerjap heran begitu mendapati wajah garang temannya itu.

"Hadeh. Lo dengerin gue nggak sih? Mana dari tadi senyam-senyum nggak jelas gitu, hih." gerutu Rendi lagi, saat mendapati gelagat aneh si jangkung. Raut kesal begitu kentara di wajahnya. Matanya kini sudah memelotot curiga.

Alfi meringis, "Iya, denger kok."

Rendi mencebikkan bibir. Dia seakan tidak percaya dengan temannya itu.

"Apa coba?" tantang Rendi kemudian.

"Emm, itu...." Alfi menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa.

"Tuh kan! Gue ngomong panjang kali lebar kali tinggi bagi waktu, nggak Lo perhatiin dari tadi?! Wah, parah banget." kesal Rendi. "Emang Lo habis lihatin apaan sih? Sambil senyum-senyum pula, kan nyeremin."

"Lebay amat." celetuk Tegar, pria berkaos abu disebelah Alfi. "Tinggal ngomong ulang apa susahnya sih, Ren? Gitu doang dipermasalahin, kayak anak kecil aja. Inget umur, oy!"

Alfi mengangguk-angguk, "Kali ini gue dengerin. Janji!"

Rendi mendengus, "Males ah, ngulang omongan tadi. Intinya, besok gue ikut nebeng sama Lo. Motor mau dipake kakak gue soalnya."

"Ya udah, terserah Lo aja sih." jawab Alfi. "Gue cabut dulu, ya. Bunda udah ngomel nih, minta jemput di butik."

Setelah mendapat anggukan dari Rendi dan Tegar, Alfi segera meninggalkan kampus menuju butik ibunya itu.

******

Disepanjang perjalanan, Alfi terus saja memikirkan sosok gadis yang dia lihat tadi. Tingkah menggemaskannya masih terekam jelas di otak Alfi. Sesekali dia tersenyum tipis, mengingat raut malu-malu gadis itu.

Alfi terus saja melamun, hingga tanpa sadar sebuah truk kian melaju semakin kencang mendekatinya dari arah berlawanan.

CKIIITTT!!!
BRAKKK!!!

Suara decitan ban motor dan benturan keras beradu secara bersamaan.

Hampir saja.

Hampir saja Alfi kehilangan nyawa. Jika dia tidak segera mengerem dan menghindar, mungkin saja dirinya sudah tinggal nama. Untung Alfi cepat menyadari kedatangan sebuah mobil truk yang oleng tersebut. Walau dia sempat terjatuh dan membentur aspal yang keras.

"Dek, adek baik-baik aja?" tanya Bapak-Bapak yang melihat kejadian itu. Begitu ramai warga berbondong-bondong mendekati tempat kejadian, membantu korban kecelakaan.

"Iya, Pak. Saya baik-baik aja kok. Terima kasih, Pak." sahut Alfi menerima botol air minum pemberian si Bapak. Terlihat pria itu masih begitu syok dengan musibah yang telah menimpanya.

Bapak tersebut mengangguk, "Hati-hati ya, dek. Di daerah sini memang rawan kecelakaan. Selain banyak tikungan, jalan disini juga licin. Sudah banyak mobil-mobil besar seperti truk tadi yang sering oleng dan berakibat terjadinya kecelakaan."

Alfi hanya mengangguk-angguk sambil menarik napas, mencoba menenangkan diri. Setelah merasa dirinya lebih baik, lelaki itu segera menghampiri motornya kembali.

"Sekali lagi terima kasih ya, Pak. Kalau begitu saya pamit dulu, mau melanjutkan perjalanan saya lagi." pamit Alfi.

Bapak-Bapak yang tadi membantunya hanya mengangguk, mempersilahkan Alfi pergi.

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang