Miko menepuk-nepuk bahu Bayu, saat mendapati wajah tertekuk sahabatnya itu.
"Udah, nggak usah dipikirin."
Bayu mengangguki, ikut duduk dihadapan Miko. "Perempuan itu siapa Lo, Mik? Kok bisa kenal?"
"Sepupu gue." sahut Miko.
Bayu mendelik kaget, "Baru tahu gue, Lo punya sepupu modelan singa betina gitu."
Miko terkekeh, "Ngacok. Dia bukan singa, tapi emaknya macan."
Bayu memutar bola mata, "Ah, sama aja. Sama-sama ganas dimata gue."
Miko tergelak, "Oh iya, gue saranin Lo jangan munculin muka dulu habis ini. Sepupu gue itu nyeremin banget loh, kalau lagi marah."
Bayu menatap datar, "Omongan Lo nggak mempan, gue nggak takut. Berhenti memprovokasi gue. Lagian ngapain juga gue ketemu dia. Kenal aja kagak. Terserah deh, dia mau gimana. Toh, yang penting gue udah minta maaf kan?"
Miko mengedik, "Ya, siapa tahu kalian berjodoh? Takdir nggak ada yang tahu, kali aja tanpa sengaja Lo ketemu lagi sama dia?!"
Bayu mendesis, "Amit-amit. Masih banyak ikan di laut. Mending gue makan ikan, daripada di makan emak macam."
Miko mendengus, "Dih, nggak nyambung. Udah ah, mending kita susul Rian di ruang rektorat. Udah lumutan tuh anak, nungguin Lo beli permen dua biji doang lama bener. Sampe-sampe gue harus susulin segala."
"Apaan sih? Gue nggak beli permen kok." decak Bayu.
"Lah, terus? Lo kan paling doyan ngemutin permen. Jadi kalau bukan permen, Lo cari apa?" bingung Miko.
"Nih." Bayu segera menunjukkan bungkusan besar jelly inaco.
"Malah lebih parah." Miko menepuk jidat frustasi. "Dasar bocah. Lagian yang beginian mah banyak di warung deket rumah Lo. Ngapain jauh-jauh ke sini segala?"
Bayu menyengir, "Buat gue cemilin di mobil. Sirik aja Lo. Kalau mau, nanti juga gue bagi."
"Nggak nafsu gue. Buat Lo aja." tolak Miko.
Bayu mengedik, "Ya udah, ayo balik! Keburu dicari kita. Betah banget nongkrong disini."
Miko menggeram, menatap tajam punggung Bayu yang perlahan menjauh. Benar-benar tidak tahu diri. Padahal Bayu yang berulah, Bayu juga yang menyalahkan orang lain.
Setelahnya Miko segera menyusul langkah lebar Bayu.
Dilain sisi, Anna menatap bingung gadis yang sudah terbungkus jaket hitam itu. Raut kesal begitu kentara, tampilannya pun tampak kusut.
"Mil. Kamu baik-baik aja kan?" Anna segera menghampirinya.
Emili berdecak, "Jangan banyak tanya. Gue masih kesel. Dah, tunggu disini. Gue mau ikut rapat dulu."
Anna hanya mengangguk pasrah, saat menerima dua bungkus roti coklat dari Emili. Matanya tidak lepas memandangi punggung gadis itu. Saat Emili sudah tak terlihat lagi, dia kembali duduk dengan wajah bosan. Menunggui Emili hingga selesai rapat.
******
Sorot mata tajam Emili terus mengamati pergerakan lelaki jangkung yang berdiri diantara kedua rekan kerjanya. Beberapa menit lalu mereka datang bersama dewan pertimbangan akademik. Untuk membahas masalah kerjasama pelaksanaan event tahunan fakultas.
Merasa diamati, Bayu menoleh. Lelaki itu menghela lelah, saat mendapati wajah sinis Emili terus tertuju kearahnya.
"Jadi untuk event kita kali ini, akan di sponsori langsung oleh pihak PT Media Kreasi. Perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa rental dan penyedia alat-alat komunikasi informasi." jelas Pak Jonathan, dia beralih melirik ketiga lelaki yang datang bersamanya tadi. "Ayo, perkenalkan diri masing-masing. Silahkan, jika ada yang ingin disampaikan."
Miko mengangguki, "Perkenalkan, saya Miko Wiratama Admadja— Manajer Operasional PT Media Kreasi. Disamping kanan saya, ada Joevarian Hadiyana— Kepala Divisi IT. Dan disebelah kiri saya ini— Bayu Aji Permana, Kepala Divisi Operasional."
"Maksud kedatangan kami kesini untuk membahas kerjasama kita, perihal event Temilnas XIV. Setelah mempertimbangkan berbagai hal dan melakukan survey beberapa kali, kami sepakat untuk ikut bergabung dalam pelaksanaan acara ini. Kami akan menyumbang sejumlah dana untuk mencukupi anggaran Temilnas dan kami juga akan bertanggungjawab memberikan beberapa fasilitas yang bisa dipergunakan dalam acara ini nantinya."
Pandangan Miko kembali mengarah pada Pak Jonathan, "Maaf, Pak. Yang ditunjuk sebagai sekretaris dan bendahara pelaksana di acara ini nantinya siapa, ya?"
Pak Jonathan melirik sejenak daftar panitia digenggamannya, "Yang bertanggungjawab sebagai bendahara adalah Rendi Maulana. Dan untuk sekretarisnya kami percayakan pada Emilia Baskoro."
Miko mengedarkan pandangan. Begitu mendapati keberadaan Emili disana dia tersenyum lebar. "Baguslah kalau begitu. Kebetulan Emili adalah sepupu saya, Pak."
Miko beralih mengamati dokumen panitia digenggamannya, "Khusus Rendi dan Emilia, nanti tolong buat janji temu dengan saya di kantor! Saya akan membantu dan mengarahkan kalian mengurus pencairan dana. Sekalian saya juga akan membicarakan mengenai beberapa hal yang diperlukan untuk kegiatan nanti."
"Kalian berdua juga boleh mengajak beberapa teman lainnya untuk membantu. Lebih lanjutnya nanti kalian bisa menghubungi saya melalui Mili, ya!" Miko terkekeh, mendapati dengusan Emili terarah padanya dengan tatapan malas. "Kalau begitu kami harus pamit. Semoga acara kita nanti berjalan dengan lancar. Semangat untuk kalian semua."
"Aamiin. Terima kasih, Pak Miko." sahut semua orang yang berada di ruangan itu.
"Kami permisi dulu, Pak Jon. Setelah ini masih ada satu pertemuan yang harus diikuti." pamit Miko. Menyalami Pak Jonathan dan beberapa dosen lainnya, diikuti kedua rekannya.
Pak Jonathan mengangguk, "Sekali lagi kami sangat berterima kasih atas bantuan dan kepercayaan perusahaan kepada kampus ini, sehingga mau bekerjasama. Mohon maaf jika ada salah kata selama kalian disini, ya."
"Iya, Pak. Nggak perlu sungkan begitu. Kami bertiga kan juga pernah menjadi bagian dari kampus. Kami juga ikut senang bisa ambil andil dalam acara tahun ini." Miko terkekeh. "Kalau begitu kami pamit ya, Pak. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumusalam."
Setelahnya ketiga pria menawan itu segera meninggalkan ruang UKM Jurnalistik dan menyisakan gerutuan Emili bersama kericuhan teman-temannya.
******
Begitu keluar, Miko menghampiri Anna yang hampir terkantuk-kantuk.
"Dek, mau pulang bareng Mas nggak?"
Anna mengerjap-ngerjap, menatap sayu Miko. Lalu dia menggelengkan kepala. "Nggak, Mas. Mau bareng Mili aja. Tadi dia pengen ikut pulang ke rumah."
"Oh, okey." angguk Miko. "Kalau gitu Mas duluan ya, dek?"
"Iya." lirih Anna.
"Lemes amat, Na. Belum makan Lo?" tanya Bayu, dari balik punggung Miko. "Mau Abang temenin nggak? Yuk, makan bareng Abang aja? Habis ini Abang nggak ada kerjaan loh. Abang juga masih jomblo kok. Santuy, nggak ada yang bakal ngamukin kamu kayak tahun kemaren."
Miko langsung menoleh galak. Matanya sudah memelototi Bayu. Lalu detik selanjutnya, dia menginjak kaki pria itu. "Mau gue gampar Lo, Yu?"
"Ups, sorry, Mik." ringis Bayu. "Bercanda doang gue, sensi amat sih. Bener-bener possessive brother sejati Lo mah. Nggak asyik banget dah."
"Bodo amat." dengus Miko. Setelahnya langsung pergi begitu saja menyusul Rian.
"Woy, kok gue ditinggal sih?" teriak Bayu.
"Oi Mik! Ya elah. Ngambek dia." pekik Bayu lagi. Lalu kembali melirik Anna. "Ya udahlah, kalau Lo nggak mau ikut. Abang pulang juga ya, Nana?"
Anna hanya memaksakan tawa. Sebenarnya bukan dia yang tidak mau, tapi Miko yang melarangnya ikut dengan Bayu. "Ahaha. Iya, Abang. Hati-hati, ya."
"Siap." sahut Bayu, sambil mengangkat tangan hormat. "Lo jangan kangen, Na!"
"Nggak kok." kekeh Anna.
Bibir Bayu mengerucut sebal. Merasa kecewa dengan respon Anna. Sepersekian detik kemudian, barulah dia pergi. Menyusul kedua teman segengnya itu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Pak Dosen
RomanceAnnara yang merupakan mahasiswi cantik dan populer di kampusnya sangat di kagumi oleh banyak pihak. Parasnya yang menawan begitu dipuja-puja semua kalangan. Kehidupannya yang terlihat sempurna tak bercelah dan bergelimang harta, membuat orang lain s...