Miko yang baru saja hendak melangkahkan kaki menuju kamarnya, menghentikan langkah ketika mendapati Emili tengah terduduk santai di depan TV sambil menonton drama Korea bersama Anna dan Lina. Segera saja dia menghampiri para perempuan bar-bar itu dan ikut mendudukkan diri disamping sang sepupu.
"Heh, Mil." pekik Miko, berhasil membuat kaget gadis judes itu. "Ada angin apa nih? Tumben Lo maen kesini?"
Emili menatap malas kedatangan sang kakak sepupu, "Apa? Nggak boleh?"
Miko terkikik geli, "Boleh, kok. Boleh. Galak banget, ya elah. Pantes aja nggak ada cowok yang mau deketin Lo. Perangai udah macam kak Ros gini."
Emili mendengus jengkel, "Berarti Mas Miko Upin Ipinnya dong? Tinggal kurang botaknya aja. Mau gue cukurin sekalian aja nggak, Mas, rambutnya? Biar makin mirip si kembar tuyul biadab."
"Ngawur." raut wajah Miko berubah datar. "Omong-omong, Lo nggak ada kuliah pagi kan hari senin? Nanti temuin Mas di kantor, ya! Dananya udah bisa di cairin. Kamu ajak teman-teman mu juga sekalian, ngurusnya. Soalnya bakal ada penyerahan fasilitas dan beberapa bendera berlogo kantor. Nanti bendera-benderanya jangan lupa di pasang pada tiap sudut kampus, bersebelahan dengan bendera kampus dan Fakultas kalian. Ngerti?"
Emili hanya bergumam singkat. Matanya masih tertuju pada layar persegi itu.
Miko berdecak, mendapati sikap acuh gadis judes itu. "Kamu ini, kenapa santai banget sih? Ini udah mendekati hari pelaksanaan acara loh, Milea!"
Emili memutar bola mata, netranya tetap fokus menatap layar TV. Tak memperdulikan amukan Miko. "Iya, iya. Bawel banget deh, Mas. Ganggu orang aja sih. Lagi seru nonton loh ini."
Miko menghela gemas, "Pokoknya senin pagi kamu udah ada di ruangan Mas! Awas ya, kalau nggak dateng! Mas bakal batalin kerjasamanya!"
Emili mendelik panik, tanpa sadar dirinya sudah menggelayuti lengan Miko. "Eh, jangan dong. Bisa di marah Pak Jon, Mili loh. Iya deh, hari senin nanti Mili dateng ke kantor bareng anak-anak dan mengurusi semuanya sampe tuntas. Janji."
"Awas ya, kalau nggak!" Miko melirik Emili penuh ancaman. Sambil telunjuknya tak henti-henti mengetuk-ngetuk kening gadis judes itu.
Emili berdecak malas, "Iya, iya."
Miko yang baru saja hendak bersuara kembali, urung. Saat mendengar deheman tajam dari istrinya.
"Berisik!" suara Lina kini terdengar dingin disertai dengan wajah datar. Matanya bahkan juga mendelik, ketika mendapati kedua orang itu tengah berlagak seperti koala. "Emilia, lepasin lengannya! Mas Miko tuh cuma punya Mbak, ya! Kamu nggak boleh pegang-pegang sembarangan!"
Emili meringis, buru-buru melepaskan lengan Miko. Suaranya melirih. "Sorry, Mbak. Ehehe."
Lina melengos sebal. Detik berikutnya, perempuan bucin itu langsung menarik Miko menjauh.
"Nah, loh. Ngambek tuh dia, Mil." celetuk Anna, melirik jahil Emili. "Makanya cari laki sana. Biar kamu punya gandengan yang bisa dipeluk sepuasnya."
"Dih, males." sahut Emili, kembali asyik menontoni adegan kissing yang diperankan oleh Cha Eun-Woo dan Im Soo Hyang. Membuat Emili memekik heboh sambil menahan napas. Tangannya bahkan kini tak bisa diam. Terus menepuk-nepuk bahu Anna dengan brutalnya.
"Woy, woy. Sakit etdah." pekik Anna, berusaha menghindar. Dia melirik kesal Emili. Hampir saja dirinya melempar bantal sofa ke muka si sepupu judes.
"Emang paling bener, kamu harus cari suami secepatnya deh! Kasihan aku ngelihat kamu nonton begituan mulu. Udah kayak ngebet nikah aja." Anna menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap Emili penuh cibiran. "Gimana kalau sama Abang Bayu? Jomblo akut loh dia. Kasihan kelamaan sendiri. Keburu tumbuh uban ntar, kalau tahun ini dia masih belum dapet bini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Pak Dosen
RomanceAnnara yang merupakan mahasiswi cantik dan populer di kampusnya sangat di kagumi oleh banyak pihak. Parasnya yang menawan begitu dipuja-puja semua kalangan. Kehidupannya yang terlihat sempurna tak bercelah dan bergelimang harta, membuat orang lain s...