9. Firasat Buruk

150 7 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, saat dering alarm di kamar Anna berbunyi. Miko memekik galak, mendapati gadis itu masih bersembunyi di balik selimut.

"Astaghfirullah, anak gadis satu ini. Gimana mau jadi mantu idaman, kalau jam segini masih molor." decak Miko, menarik selimut dengan gemas. "Dek, bangun dek! Udah pagi nih. Kamu mau Mas anter pulang nggak? Ngambil barang-barang kuliah kamu."

Namun hanya ada gumaman pelan dari bibir Anna. Lalu gadis malas itu berbalik, memunggungi Miko yang semakin menampilkan wajah garang.

Miko tersenyum masam, "Mas mau berangkat ngantor sekarang. Kamu Mas tinggal, ya?!"

Lagi-lagi tak ada pergerakan sama sekali dari gadis itu. Menyerah, akhirnya Miko meninggalkan kamar Anna. Menutup pintu dengan perasaan jengkel yang telah mencapai ubun-ubun.

Detik demi detik, menit demi menit berlalu hingga menjadi jam. Namun Anna tak kunjung bangun. Pada akhirnya, Lina yang baru akan berangkat ke klinik turun tangan. Dia menaiki tangga dengan langkah tergesa, mengetuk pintu kamar Anna dengan brutal.

"Nana, bangun!" pekik Lina, memenuhi penjuru rumah. "Udah jam sembilan. Nanti kamu telat. Hari ini kuliah pagi kan?"

Anna menguap lebar. Dia menatap sejenak pintu yang masih tertutup rapat dari balik selimut dan memejamkan matanya kembali. Mengabaikan teriakan sang nyonya rumah.

Lina menggeram kesal, detik berikutnya dia menerobos masuk. Lalu menarik adik iparnya itu bangun.

Anna terduduk dengan malas, dia menatap sayu si kakak ipar. "Apa sih, Mbak?"

"Cepat bangun! Mbak mau ke klinik sekarang." decak Lina. "Kamu pulang gih, Mbak mau kunci rumah."

"Iya, iya." dengan malas, Anna segera turun dari kasur sambil membereskan barang-barangnya.

"Cepet, ya! Mbak udah telat nih." peringat Lina lagi. "Mbak tunggu dibawah."

Anna hanya mengangguki. Menatap jengah punggung Lina yang semakin menjauh.

Usai kepergiannya, Anna hendak menggapai buku paket Manajemen Strategi di nakas, yang sempat dia bawa kesini kemarin sore sepulang kuliah. Namun buku itu tersenggol olehnya, dan kini isinya sudah berhamburan ke lantai.

Mata Anna memelotot, memunguti lembaran kertas yang sudah tak berbentuk lagi. Kini bukunya terlihat mengenaskan.

"Amel! Buku ante Na kok dirusakin?!" pekik Anna, hampir menangis. Tubuhnya terkulai lemas, meratapi kesialannya hari ini.

******

"Mampus!"

Anna menepuk jidat frustasi ketika turun dari gojek yang dinaikinya. Ternyata benar, hari ini dia akan mendapat kesialan lagi.

Semalam sejak terakhir dia mematikan video call dengan Fanny, dia sudah merasakan feeling buruk. Buktinya gara-gara mendengarkan curhatan unfaedah dari gadis itu, Anna berakhir tidur kelewat dalu tepat pukul setengah dua dini hari setelah mengalami insomnia yang panjang. Dan akhirnya dia bangun kesiangan, pukul sembilan pagi. Padahal hari ini ada kelas pada pukul sepuluh pagi. Sialnya, Matematika Ekonomi. Mata kuliah paling killer dari semua mata kuliah yang ada.

Belum lagi, ocehan Miko masih terdengar hingga lelaki itu berangkat ke kantor dan berakhir meninggalkan dirinya. Seakan tidak cukup, buku paket miliknya dirobek oleh keponakannya. Menambah kekesalannya bertambah dua kali lipat.

Tidak sampai disitu, supirnya ternyata sedang sakit. Terpaksa, Anna memesan gojek. Karena seperti yang sudah-sudah, pada jam-jam seperti ini akan sangat lama jika menunggu gocar datang.

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang