Suara tawa makin menggelegar bak badai. Anna menjauhkan wajahnya semakin malu. Matanya ingin melirik Alfi. Tapi tak berani. Alhasil dia hanya diam menunduk pada posisinya. Mau minta perlindungan Fanny juga percuma. Sahabatnya itu memasang raut kesal tingkat dewa. Apalagi Rara, gadis tomboi itu malah sibuk menumpukan kepala pada lipatan tangannya. Haish, ternyata sedari tadi anak itu tengah tertidur pulas. Rara bahkan tak bergerak sedikitpun dari zona nyamannya.
Ya Allah, kenapa malah jadi begini sih? Duh, Anna menutup mata malu-malu.
Keadaan kelas semakin ricuh. Terutama deret dimana Dipta berada. Riuh teriakan, makian, beserta umpatan tidak terima mengalir dari mulutnya. Nickholas hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mahasiswa jaman now. Masalah kelompok saja ribut-ribut segala. Ck.
Dan Dipta masih terus bergejolak, "Woy, diem semua! Enak aja Lo pada! Nana itu pacar gue! Nggak ada bikin-bikin undangan sama orang lain!"
"Heh! Dipta Arsabuana! Diam kamu!" bentak Professor Nick kesal. "Kuliah saya ini masih berlangsung! Siapa suruh kamu bicara, hah? Kamu mau gantikan saya jadi dosen?"
"Bukannya gitu, Prof!"
"Terus apa mau kamu?" ketus Professor Nick, sambil menatap jengah mahasiswa berandalnya itu.
"Ya, saya nggak terima dong, Prof! Enak aja Professor bikin-bikin kelompok sendiri! Ganti, Prof! Kelompoknya yang bener itu Dipta dan Nana! Dengerin ya, Prof! D-I-P-T-A! Dipta! Dipta dan Nana!" Dipta semakin kesal. "Professor jangan ngarang-ngarang kelompok sendiri dong!"
"Ya, suka-suka saya! Kalau saya sukanya Alfi dan Nana bagaimana?"
"Nggak ada, Prof! Adanya Dipta dan Nana!" putus Dipta sendiri.
Professor Nick mendengus, "Kamu itu, ya?! Kok malah nyolot? Sudah, tidak ada ganti-ganti kelompok! Sekali Alfi dan Nana, tetap Alfi dan Nana! Kamu itu sudah punya kelompok sendiri! Kalau kamu tidak terima, silahkan ikut kelas dosen yang lain!"
Professor Nick menghembuskan napas panjang. Setelah mengucap salam, beliau melenggang tak perduli. Memilih meninggalkan Dipta yang masih berteriak-teriak dibelakangnya.
"Prof! Professor Nick! Tapi saya tetap nggak terima! Saya mau satu kelompok sama Nana! Paling nggak saya masuk kelompok Alfi dan Nana ya? Jangan pergi, Prof! Prof! Professor Nick! Saya pokoknya pindah kelompok Nana! Please ya, Prof! Saya janji nurutin semua kemauan Professor!" tak lama setelahnya suara Dipta hilang karena dia sudah mengejar Nick ke luar ruangan.
"Hish, malu-maluin aja si Didip! Bukan temen gue dah." omel Fanny. Lalu dirinya segera tersadar. "Na, Lo beneran sekelompok sama Alfi? Kok bukan gue sih? Gue mau satu kelompok sama Alfi, Na! Kok tiba-tiba malah Lo sih! Ih, nyebelin!"
Anna bergumam lirih, "Ya, kan aku nggak tahu, Fan!"
Fanny berdecak gemas, "Argh! Mana gue sekelompok sama Kendi dan Reihan lagi! Mampus nih, jadi bulan-bulanan gue besok!"
Anna menunduk. Diam-diam melirik Alfi yang sudah membereskan buku-buku dibelakangnya. Ah, seharusnya dia senang satu kelompok dengan Alfi. Tapi tidak lagi setelah semua kenyataan yang menamparnya beberapa minggu lalu. Percuma dia mengharapkan Alfi. Toh, Anna sadar diri bahwa dia hanya berharap terlalu jauh. Tapi mengapa kini lagi-lagi dia didekatkan dengan laki-laki itu?
"Fan, atau kamu mau tukeran sama aku?" usul Anna kemudian.
"Eh, yang bener, Na?! Tapi tadi Professor Nick udah ngomel-ngomel tuh! Dipta aja kena imbasnya!"
"Ya kan coba dulu, Fan. Siapa tahu kalau aku yang minta boleh?" Anna menggigit bibir. "Kayaknya Rendi sama Reihan asyik kok, anaknya. Ya udah, aku sama mereka aja ya? Bentar bilang dulu ke Alfi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Pak Dosen
RomanceAnnara yang merupakan mahasiswi cantik dan populer di kampusnya sangat di kagumi oleh banyak pihak. Parasnya yang menawan begitu dipuja-puja semua kalangan. Kehidupannya yang terlihat sempurna tak bercelah dan bergelimang harta, membuat orang lain s...