69. Kelas Gabungan

48 7 0
                                    

Gosip penggabungan kelas mata kuliah Ekonomi Makro menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa. Professor Nick yang super duper tertib dan efisien dalam penggunaan waktu tentu menggunakannya sebaik mungkin. Buktinya kelas Manajemen dan Ekonomi digabung dalam satu waktu. Bahkan ruang kelas yang biasanya menggunakan kelas reguler pun dipindah ke auditorium kuliah umum yang super besar. Artinya Professor Nick memang serius melakukan efisiensi perkuliahan mata kuliah Ekonomi Makro.

Tentu saja penggabungan ini menjadi hal yang sangat dinanti-nantikan Rendi. Sejak menit dimana pengumuman itu disebarluaskan, Rendi tak henti berceloteh panjang lebar tentang aksinya nanti. Mulai dari berjanji masuk paling awal, berpura-pura menjadi mahasiswa baik, rajin mencatat, serius dalam mendengarkan, dan yang terpenting dia akan mencari kursi tepat dibelakang Fanny.

"Duh, yang udah mau tobat semangat bener." sindir Reihan keki.

Rendi menyugar rambutnya, "Jelas dong. Didepan ayang Panipuri, gue harus menunjukkan performa yang baik."

Reihan mencebik, "Duileh. Lihat aja ntar bobrok juga."

"Diem Lo, Rei. Mana seneng Lo lihat gue bahagia?!" ringis Rendi kesal.

Rion yang semula diam dengan headset dan Roblox melirik tiba-tiba, "Kalau ada Fanny, ada Nana dong? Gebet, ah."

Reihan menatap Rion jahil, "Kalau ada Nana, ada Didip."

Rendi mendengus kasar, "Didip lagi, Didip lagi. Gimana sih, cara mengenyahkan dia dari muka bumi ini? Heran gue, saking nggak punya temen apa ya? Dia ngikutin Panipuri gue terus? Amit-amit deh."

"Syirik apa gimana Lo sama si Didip?" sahut Reihan sarkas.

Alfi lagi-lagi hanya bisa terdiam mendengar suara teman-temannya. Matanya melirik selembar kertas yang tertempel didepan pintu. Mulai hari ini mata kuliah Ekonomi Makro akan digabung dengan anak-anak Manajemen. Artinya dia akan sering melihat Anna di setiap mata kuliah tersebut.

Dan benar saja, dari jauh Alfi bisa melihat Anna bersama gerombolannya. Siapa lagi kalau bukan Tifanny, Rara, dan laki-laki yang kerap dipanggil Didip itu. Alfi sudah hafal di luar otaknya, Didip mengalungkan lengan ke sekeliling leher Anna yang malah disambut perempuan itu dengan tawa riang. Seolah tak risih sama sekali. Malah terlihat santai dan bahagia. Sekilas mata Anna bertemu pandang dengan matanya. Dan untuk kesekian kalinya perempuan itu bersikap salah tingkah.

"Jangan bengong Lo! Buruan masuk!" Rendi menyenggol-nyenggol lengannya. Setelah itu dia sudah berlari sambil mendorong-dorong Reihan dan Rion didepannya.

"Duduk mana?" bisik Reihan kepo.

Rendi langsung menunjukkan isyarat. Matanya menunjuk ke arah kursi tempat Anna dan kedua temannya mengambil duduk. Tanpa aba-aba Rendi langsung berlari menyerobot bangku dibelakang Fanny. Reihan dan Rion menyusulnya. Alfi hanya bisa menggelengkan kepala pasrah dan terpaksa mengambil tempat paling ujung disebelah Rion. Dan dari sini dia langsung bisa melihat Anna. Bahkan bila perempuan itu menengok sedikit saja, maka mereka bisa saling melihat satu sama lain.

Suasana mulai hening saat langkah kaki Professor Nick datang mendekat. Seketika hiruk pikuk keramaian yang menampung puluhan mahasiswa itu sirna. Terganti dengan raut-raut wajah yang mencoba serius. Setidaknya Alfi sedikit lega karena Rendi dan Reihan yang biasanya berisik, langsung memasang wajah anteng. Rupanya Rendi benar-benar serius saat mengucapkan janjinya tadi.

"Baguslah." ringis Alfi dalam hati.

Selama setengah jam pertama kuliah berlangsung cukup tenang. Meski dalam waktu itu Alfi merasa tak fokus. Kehadiran Anna dihadapannya membuat pikiran lelaki itu sedikit teralih. Sebentar-sebentar dapat dirasakannya bola mata Anna yang juga melirik ke tempatnya. Membuat Alfi tanpa sadar membalas lirikan Anna meski langsung diabaikan perempuan itu. Dan Alfi mulai tahu, bahwa rambut hitam legam milik Anna sangatlah indah. Rambut sepinggangnya yang tergerai itu berkilauan. Tampak begitu halus dan lembut. Tanpa sadar membuat Alfi silau.

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang