17. Monyet Tampan

92 7 0
                                    

Begitu memasuki pelataran Kampus Bakti, mata Rara berbinar-binar cerah. Dia menatap penuh kagum desain unik dan megah tiap bangunan yang besar, juga bertingkat-tingkat didepan mereka.

"Woahh, ini beneran kampusnya segede dan semewah ini?" Rara menatap takjub setiap gedung kampus yang mereka lewati.

Anna hanya memasang raut datar, "Mending kamu fokus nyetir deh."

"Duh, iya, iya." cengir Rara.

Lima menit kemudian motor yang mereka naiki akhirnya masuk kepekarangan luas Gedung Kesenian Universitas Bakti Kencana.

"Ayo, Ra. Acaranya udah mulai tuh kata si Fanny." pekik Anna. Dia langsung turun dari matic merah Rara, lalu berlarian panik.

Rara mendelik, mengejar langkah cepat gadis itu. "Nar, tungguin aku."

Saat memasuki aula pentas seni, mata mereka langsung disambut oleh lautan mahasiswa yang berdesakan memenuhi selasar panggung. Saling memperebutkan tempat duduk paling depan di area yang telah disediakan untuk penonton. Segera saja Anna dan Rara mengambil duduk di baris kedua yang masih kosong. Menyimak pembukaan dari para MC yang bertugas dalam acara ini.

"Kini tibalah saatnya acara puncak pentas teater dimulai." ucap MC bernama Gilang. Memecah keriuhan selepas penampilan pentas seni musikal beberapa waktu lalu. "Sekarang kami akan mengumumkan peserta lomba yang bakal mengawali kampusnya dalam pertunjukan seni ini. Kepada rekan Angga, kami persilakan."

"Okey, terima kasih kepada rekan Gilang yang telah memberikan saya kesempatan ini." sahut Angga sang rekan MC 2. "Pasti udah pada nggak sabar kan? Nah, langsung saja. Mari kita saksikan pertujukan pentas dari grup seni Universitas Nurtanio."

Gilang memekik heboh, "Kepada semua peserta grup seni kampus UNNUR silahkan bersiap-siap, ya."

"Baiklah. Kepada Narator, kami persilahkan dimulai pertunjukannya." ucap Angga menimpali.

Setelahnya kedua MC itu undur diri, digantikan oleh seorang lelaki tampan berwajah timur tengah.

"Okey, disini kami akan membawakan drama teater tradisional yang berkisah tentang dongeng persahabatan antara raja harimau dan sahabatnya yang merupakan seekor panda. Lalu setelahnya drama ini akan di lanjutkan oleh kisah antara seekor monyet dan temannya si kura-kura baik hati."

Narator tampan bernama Abigail itu menarik napas sejenak, sebelum mulai melafalkan naskahnya. Senyum manis terukir diwajahnya, membuat penonton seketika kembali riuh dibuatnya. "Baiklah, saya Abigail, mewakili teman-teman grup saya, akan memulai pertunjukan di pagi menjelang siang ini. Selamat menyaksikan penampilan kami."

Detik berikutnya, Abigail membawa langkahnya ke arah sisi panggung. Lelaki itu berdiri didekat Aca, si gadis cantik asal Aceh di grup UKM cabang seni musik. Gadis itu kini tengah duduk manis didepan piano. Siap memainkan jari-jari lentiknya menciptakan lantunan-lantunan indah pada tuts piano yang akan mengiringi pertunjukan mereka.

(Di tepi hutan hiduplah seekor raja harimau yang bernama Mocan dan sahabatnya seekor panda bernama Manda. Pada suatu hari, Mocan mengajak Manda berlomba menanam pohon pisang.)

Lalu dua orang keluar dengan kostum harimau dan panda. Gadis bernama Putri berperan sebagai Manda dan lelaki disebelahnya yang bernama Riki berperan sebagai Mocan. Keduanya kini asyik bersantai dan duduk bersandar pada properti pohon besar dibelakang mereka.

"Manda, mari kita menanam pohon pisang." ajak Riki.

"Ayo! Kau disebelah kiri, aku disebelah kanan." jawab Putri, mengulum senyum.

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang