6. Alur Takdir

199 9 0
                                    

Sinar mentari pagi menyambut Anna dari balik celah gorden. Suara dering ponsel terdengar nyaring, hingga membangunkan Anna dari tidur nyenyaknya.

"Hngh." lenguh Anna, menggapai ponsel dari dalam tas selempangnya. Begitu mendapati nama Rara tertera disana, segera dia angkat panggilan itu. "Hallo, Ra."

"Nara!" jerit Rara. "Kamu tuh kemana aja sih? Aku tuh udah nyariin kamu semaleman tahu nggak. Udah cepetan kasih tahu aku! Kamu dimana sekarang?"

"Aku di kamar lah. Dimana lagi?!" sahut Anna, masih tidak menyadari keberadaannya. Dia bahkan sempat-sempatnya memejamkan mata kembali.

"Hah?" kaget Rara. "Di kamar siapa?"

Mata Anna langsung terbuka lebar, mengamati sekitar. "Ra, aku dimana ya?"

Anna segera melangkah ke arah gorden. Begitu tirai terbuka, matanya langsung disambut bangunan-bangunan kota dari ketinggian. Wajahnya berubah panik. "Lah, aku di Apartment, Ra!"

Rara menghela panjang, "Nar! Jangan bilang ada cowok mesum yang manfaatin keadaan mu semalem?"

Sementara orang yang mereka bicarakan tengah mandi, saat Anna mengecek maskara dan eyeliner di matanya yang sudah acak-acakan dari balik kaca. Segera gadis itu menyambar tisu didekatnya.

"Aku nggak inget lagi. Kok bisa disini ya?" bingung Anna, sambil terus membersihkan matanya. "Ah, nggak ngerti ini Apartment siapa, Ra?!"

"Coba cek badanmu deh, Nar!" cemas Rara. "Cek pakaianmu! Full semua nggak?"

Anna mulai mengecek badan dan pakaiannya. Dia baru ingat sesuatu, saat merasa ada yang hilang.

"Eh, bentar-bentar. Kayaknya semalem aku pakai cardigan deh, kok nggak ada ya?" Anna menjerit panik. "Hih. Aku diapain, Ra?"

Rara memelotot kaget, "Eh, Nar! Mending sekarang kamu pergi deh! Ke kosan ku sekarang, buruan pergi! Kita pikirin itu nanti ya! Cepetan, Nar!"

Sambil kembali celingukan mengamati sekitar, Anna segera menyambar tas dan barang-barangnya di atas nakas. Tanpa menyadari ada salah satu barang yang tertinggal.

"Iya, iya." pasrah Anna, setelahnya mematikan sambungan telepon.

******

Mata Anna memelotot, usai mengamati layar touch ponselnya. Begitu banyak panggilan tak terjawab. Sepuluh panggilan dari Mbak Lina. Dua puluh panggilan dari Rara. Dan lima belas panggilan dari kakaknya.

Anna kembali dibuat kaget, saat mendapati satu notifikasi dari kakaknya di balik tampilan lockscreen.

Mas Miko Edan😼
Kamu dimana? Cepetan pulang! Mas tunggu di rumah!

"Mati aku!" batin Anna. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Kakaknya telah pulang dan menunggunya.

"Pak, putar arah ya! Nggak jadi ke kosan temen saya. Anterin saya ke Perumahan Sukamenang! Blok E, nomer 39." lirih Anna. "Maaf ya, Pak. Kakak saya nyuruh segera pulang soalnya."

Supir taxi yang dia tumpangi hanya mengangguk pasrah. Detik berikutnya, mobil berbelok ke kanan. Memutar arah menuju rumah Anna.

******

Sesampainya di rumah, Anna menekan knob dan membuka pintu dengan perlahan. Kepalanya celingukan mengintip sekitar sambil mengendap-endap. Matanya juga terus mengawasi keadaan ruangan yang tampak sepi.

Gadis itu menghela lega, saat tidak mendapati keberadaan kakaknya disetiap sudut rumah.

Merasa aman kali ini, Anna segera berlarian menuju kamar. Baru saja hendak melangkah menaiki tangga, bahunya ditepuk dari belakang.

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang