5. Welcome Back

184 9 0
                                    

"Jika berpisah lama dan kembali dipertemukan lagi, akan menjadi cinta selamanya."

.
.
.
.

Ferrari 296 GTS berwarna putih terparkir cantik dipelataran sebuah restoran seafood super megah dan tengah hits dikalangan anak muda. Desainnya yang bernuansa tropikal, menghasilkan suasana yang menyatu dengan alam disekitarnya.

Pria jangkung bermata elang, terlihat keluar dari mobil itu. Kemeja olive berbahan katun, melekat manis ditubuh kekarnya. Gayanya yang menawan seketika menjadi sorotan pengunjung sekitar.

Memilih tidak memperdulikan, pria itu segera meneruskan langkah. Sesampainya diambang pintu ruang outdoor, matanya terus berputar mengamati sekitar. Hingga sebuah seruan mengalihkan perhatiannya.

"Alandra! I'm here!"

"Alex! Hallo, my brother. Apa kabar Lo?" si jangkung bermata elang tersenyum, begitu mendapati sosok Verdant Alexander— orang yang dia cari sedari tadi. Segera dia duduk dihadapan temannya itu. "Nice to meet you again, bro."

"Yeah, i'm fine. And how about you? Are you sure, want to become a lecturer?" Verdant tersenyum miring, masih tidak percaya si datar ini tiba-tiba berprofesi sebagai dosen. Dia yakin, mahasiswanya nanti pasti akan tertekan dengan kehadiran Alan.

"I'm sure. Why not?" sahut Alandra angkuh.

Verdant tergelak, "Okey, okey. So, kapan Lo mulai ngajarnya?"

"Besok sih. Kenapa emang?" heran Alan.

Verdant mengedik acuh, "Nanya doang. Have fun ya, bro."

"Yeah." Alan menyambar udang asam manis jumbo milik Verdant. Melahapnya satu persatu. "Buat gue semua ya?"

"Si-Alan, pesen sendiri sana." ketus Verdant, menarik kembali piring udangnya.

"Dih, penyakit pelit Lo nggak ilang-ilang perasaan." cibir Alan, terlihat jengkel.

"Bodo amat. Sama Lo doang ini."

"Mending gue balik aja deh. Udah nggak mood disini." setelahnya Alan melangkah pergi. Meninggalkan ruangan itu.

Verdant menganga tak percaya sambil menatap punggung Alan yang semakin menjauh, "Lah, ngambek dia. Ya udahlah, biarin aja. Suka-suka si-Alan aja."

******

Mata Wulan terus mengamati sekitar. Napasnya memburu, pakaian yang dia kenakan kini sudah dibanjiri oleh keringat.

"Gimana, Mom? Udah ketemu?" Damian menghampiri Wulan dengan napas yang tak kalah beratnya.

Wulan menggeleng frustasi.

Mengetahui hal itu, Damian menghela panjang. "Dimana anak itu? Kok cepet banget ngilangnya."

"Udahlah, Dad. Kamu pulang gih, biar Mommy cari Nara sendirian aja. Daddy pasti capek kan? Mommy makin nggak enak jadinya." lirih Wulan.

"Apa sih, Mom? Kita ini keluarga loh, jadi sudah seharusnya...." perkataan Damian terhenti ketika menangkap siluet seorang gadis terus melangkah ke tengah jalan raya. "Astaga, Mom. Itu Nara kan?"

"Hah? Mana?" Wulan langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Damian. Dia memelotot kaget, saat mendapati keberadaan putrinya. Tengah melangkah dengan pandangan kosong, diseberang sana. Baru saja hendak menghampiri gadis itu, dia kembali dikejutkan oleh kedatangan mobil yang melaju kencang dari kejauhan kearah putrinya itu.

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang