44. Melewati Batas

207 7 1
                                    

Dibacanya pas buka puasa, ya

🌹🌹🌹

Dikuasai oleh hasrat membara
Akal mulai terabaikan
Suara detak jantung yang memperjelas segalanya
Netra hanya melihat keindahan tanpa mau tahu imbasnya
Malam ini hanya milik kita berdua

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

Rapunzel memonyongkan bibirnya sambil diam-diam meremas kaosnya. Entah kenapa dia malah jadi gugup. Padahal dia sudah sering mencium Satria, tetapi kenapa kali ini berbeda? Perlahan, Rapunzel mulai merasakan embusan napas Satria yang lembut menerpa wajahnya. Mungkin tinggal beberapa centimeter lagi bibir mereka menyatu. Rapunzel memejamkan matanya erat-erat.

"Nasi gorengnya udah jadi."

"Eh, iya!" Satria langsung berdiri saking kagetnya. Sementara Rapunzel membuka matanya lebar-lebar. Dia langsung memalingkan wajahnya. Rapunzel malu setengah mati.

Penjual nasi goreng itu menyodorkan dua piring nasi goreng pada Satria sambil memicingkan matanya.
"Bang, kalau mau mesra-mesraan, jangan di sini. Ini tempat umum," sindir penjual nasi goreng.

Satria berdehem.
"Iya, Bang. Maaf," ucap Satria malah mengaku tabpa berdalih. Dia sendiri bingung mau menaruh muka di mana sekarang. Dia barusan kesurupan apa sampai-sampai mau mencium Rapunzel. Tunggu, jadi barusan, dia memang mau menciumnya? Tentu saja! Bohong jika dia malah berdalih pada dirinya sendiri, padahal dia mengaku dengab jelas pada penjual nasi goreng.

Namun, jika dipikir-pikir, tidak ada hal yang memicu dirinya untul mencium gadis itu. Lantas, apa yang mendorongnya? Diam-diam Satria memandang Rapunzel yang menunduk.

'Entahlah, mungkin karena dia hanya cantik aja,' batin Satria sambil diam-diam tersenyum. Dia sepertinya mulai ikut gila. Satria pun duduk di kursinya sambil menyodorkan piring nasi gorengnya.

"I-ini, selamat makan," ucap Satria jadi agak kiku, tetapi tetap berusaha melempar senyumnya.

Rapunzel yang masih malu hanya melirik ke arah Satria. Dia mengangguk pelan.
"Terima ka—Aw!" Lengannya yang terkena ujung meja malah terasa perih.

"Tangan kamu kenapa?" Satria langsung menarik tangan Rapunzel dan menggulung lengan jaketnya. Sontak matanya melebar. Ada goresan luka yang berdarah di sana.

"Kamu luka ...." Satria menatap Rapunzel penuh khawatir.

"Gak apa-apa," ujar Rapunzel kembali menarik tangannya.

"Apanya yang gak apa-apa? Kamu makan dulu di sini, aku cari obat dulu," ujar Satria.

"Ta-tapi ...."

"Tenang, cuman sebentar. Oke?" ucap Satria sambil membelai kepala Rapunzel kemudian pergi. Rapunzel hanya mengerjapkan mata. Entah kenapa, Satria seolah lebih perhatian padanya. Bagaimana mungkin, pria yang barusan masih mengomelinya tiba-tiba jadi berubah 180 derajat.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang