40. Penebusan

159 16 18
                                    

Disarankan bacanya pas buka puasa ya

🌹🌹🌹

Kau bisa menghirup udara segar karena uangku, maka, jika kamu mengkhianatiku, bukankah itu berarti kau harus menebusnya dengan nyawamu?

-Fernando Ferrara-

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

Satria langsung menjauhkan wajah Rapunzel hingga bibir mereka berhasil terlepas, tetapi Rapunzel masih memonyongkan bibirnya.
"KAMU ... gila, ya?" Satria mau membentak, tetapi dia tahu, mereka ada di luar sehingga mengecilkan suaranya.

Rapunzel malah senyum-senyum sendiri sambil memeluk leher Satria tanpa melepas tatapan dalamnya pada Satria.
"Iya, kamu benar, aku tergila-gila padamu," gombal Rapunzel geli sendiri.

Satria menghela napas kasar sambil menyingkirkan kedua tangan Rapunzel.
"Jangan banyak tingkah kalau di luar. Lakukan sewajarnya aja," omel Satria masih dengan berbisik.

"Kenapa? Bukannya wajar kalau suami-istri berciuman?" tanya Rapunzel.

Satria menggeleng.
"Gak wajar kalau terang-terangan!" tekan Satria.

"Jadi, kalau diam-diam, boleh?" goda Rapunzel. Sontak wajah Satria memerah.

"Ugh!" Satria menepuk jidatnya.
"Udah, masuk aja. Istirahat! Emangnya kamu gak capek?" sinis Satria sambil membuka pintu dan masuk duluan.

"Capek ... uhm, bagaimana kalau malam ini kita tidur bersama sambil berpelukan?" usul Rapunzel yang juga ikut masuk.

"Jangan mencetuskan ide-ide aneh. Tadi aku udah bilang!" omel Satria lagi yang hanya ditimpali gelak tawa Rapunzel.

Sementara orang yang memantau mereka hanya menghela napas sambil menunggu balasan dari potret yang barusan ia kirim. Namun, kenapa balasannya agak lama?

Ting!

Orang itu langsung memeriksa ponselnya. Terdapat sebuah notifikasi pesan dari nama kontak Bulan Kehidupan.

"Aku beri kamu waktu satu minggu lagi untuk menyeret pria berengsek itu padaku! Jika gagal, maka nyawamu, ibumu dan Ayahmu akan jadi milikku!"

Pria itu menelan salivanya setelah membaca pesan tersebut. Jelas ini bukan pesan dari Bulan Kehidupan.

Seketika bulu kuduk pria itu berdiri.
"Jangan-jangan ...." Dia menggeram sambil meremas ponselnya.

"Sialan!" umpatnya.

🌹🌹🌹

Mirima berdiri tegak sambil menunduk tepat di hadapan meja seorang pria yang duduk sambil meletakkan kedua kakinya di atas meja dan memainkan pistol berwarna ungu.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang