Harapanku satu
Semoga kamu bukanlah orang jahat
Karena aku sangat mengenal seseorang yang sangat jahat*
Jangan lupa follow Mamauzda dan votemen-nya guys!*
Happy Reading
*
"Heh, kamu mau berbuat mesum, ya?" tukas seseorang di antara kerumunan yang memecah lamunan Satria. Tiba-tiba Rapunzel malah berteriak, tetapi ucapannya tak jelas karena masih dibekap oleh Satria.
"Te-tenang dulu!" sahut Satria berusaha mengendalikan masa. Ia melirik sinis ke arah Rapunzel yang malah memasang wajah polos. Diam-diam ia mendelik kesal kemudian atensinya kembali pada warga yang siap mengeroyokinya.
"Tenang bagaimana? Anda membekap mulut wanita itu! Wanita itu juga berteriak minta tolong di malam hari! Apa lagi kalau bukan pelecehan?" seru salah satu bapak-bapak yang mengenakan sarung, seketika para warga yang berkerumun hendak menyerang Satria.
Namun Satria langsung mengangkat tangannya. "Tunggu dulu, Bapak-bapak!" seru Satria dengan suara se-lantang mungkin hingga para warga serentak menghentikan aksi mereka. "Apa lagi yang mau dijelaskan? Mau berkilah lagi?" tukas salah satu warga di kerumunan.
"Sa-saya bisa menjelaskan. Saya bukan mau melakukan pelecehan pada perempuan ini," ujar Satria. "Bo—" Satria langsung mencubit lengan Rapunzel hingga gadis itu tak mampu bicara. "Lantas, apa yang mau kamu perbuat?" sahut salah satu warga di kerumunan.
Satria pun merangkul Rapunzel sambil tersenyum lebar. "Dia ... Dia adalah istri saya!" seru Satria yang membuat Rapunzel menoleh sambil membulatkan matanya. "Jangan bohong kamu! Selama ini kamu tinggal sendiri di kontrakan Mak Ros!" sahut Pak Jali, tetangga yang kontrakannya berada tepat di samping Satria.
"Jadi kamu berdalih saja? Kalau begitu, ayo bapak-bapak! Kita bawa saja dia ke kantor polisi!" seru Pria Paruh Baya yang berdiri tepat di depan Satria, seketika para bapak-bapak langsung berkerumun mendekati Satria.
Sementara Rapunzel menoleh bergantian ke arah Satria dan para warga yang mendekati mereka. 'Tidak, jika Satria dibawa ke kantor polisi, bagaimana nasibku?' panik Rapunzel dalam hati. "Ayo, kita seret paksa dia!" seru salah satu warga yang langsung disahuti oleh warga lainnya. Tangan Satria langsung ditarik oleh Pria di depannya, tetapi Satria berusaha menahan diri dan berteriak bahwa dirinya tak bersalah. Pria itu bahkan menoleh ke arah Rapunzel dan menatapnya dengan nanar.
Rapunzel pun reflek menggenggam tangan Satria yang terlepas dari pundaknya. "TUNGGU! TUNGGU SEBENTAR!" sergah Rapunzel mampu menghentikan aksi para warga.
"JANGAN BAWA SUAMI SAYA!" jerit Rapunzel sekuat tenaga. Pria yang tadi menarik tangan Satria pun melepaskannya. Reflek Satria langsung menghampiri Rapunzel dan memeluk erat tubuh gadis itu.
"Kalian dengar sendiri 'kan?" sahut Satria kemudian memukul dadanya sendiri. "Saya adalah suaminya! Kami pasangan suami-istri!" seru Satria penuh percaya diri.
"Kalau kalian suami-istri, kenapa perempuan ini berteriak minta tolong? Jangan-jangan mau ada tindakan kekerasan, ya!" tukas salah satu warga di antara kerumunan yang langsung disahuti para warga.
Satria menggeleng, tetapi kepalanya tidak bisa memikirkan alasan apapun. Ia pun menatap wajah Rapunzel yang juga sedang berpikir.
"Tidak! Bapak-bapak jangan salah paham!" sahut Rapunzel.
Satria pun bisa bernapas lega karena Gadis ini mau membelanya.
"I-iya, Bapak-bapak jangan salah paham!" Satria ikut menekankan sambil menaikkan dagunya."Kalau begitu, jelaskan! Kenapa Mbak berteriak minta tolong?" sahut salah satu warga. Rapunzel pun tertegun, kepalanya terasa pusing sekarang. Ia sungguh tak biasa berada di kerumunan dan tempat se-sempit ini. Otaknya sama sekali tidak bisa bekerja.
Satria pun meliriknya. Ia mendapati wajah Rapunzel yang pucat. Pria itu pun mengembuskan napas kasar.
Kini ia harus berpikir sendiri.
"Dia ... Dia minta tolong karena ..." Atensi semua para warga kini tertuju pada Satria. ""Dia minta tolong karena ..." Satria memandang Rapunzel dari atas kepala hingga bawah kaki. Arah pandangnya pun tertuju pada ujung gaun Rapunzel yang robek. Seketika sebuah ide kembali muncul di kepalanya.
"Bajunya terlilit rantai motor! Dia hampir jatuh tadi," dalih Satria.
"Lalu, kenapa tadi Mas Satria membekap mulutnya?" cecar salah satu warga. Satria tertegun, sekali lagi ia dipaksa untuk berpikir.
Dahinya pun mengernyit.
"Itu ..." Satria menarik napas dalam-dalam. Ia kembali melirik ke arah Rapunzel yang matanya semakin sayu.'Kami memang baru bertemu hari ini setelah dia meninggalkan saya selama bertahun-tahun.' Satria teringat ucapan aneh gadis ini saat di Kantor Polisi.
Satria pun berdehem.
"Dia ... dia datang dari jauh dan baru pertama kali ke sini. Karena sudah malam, jadi saya tutup mulutnya agar tidak mengganggu waktu istirahat bapak-bapak sekalian," jelas Satria lagi.Para warga pun mengangguk sambil ber-oh ria.
"Apa ada buktinya kalau kalian suami-istri? Jangan-jangan pura-pura!" celetuk salah satu warga yang membuat para warga lainnya tak jadi memaklumi."Wah, benar itu, jangan-jangan Anda hanya beralasan untuk bisa berbuat mesum, ya?" Mata Satria melotot, kenapa masalah malah kembali ke titik nol!
"Tidak, Pak! Tidak. Kami sungguh suami-istri!" seru Satria masih kukuh.
"Lalu, mana bukti surat nikahnya! Saya selaku RT tidak pernah tahu!" seru Pak RT yang ternyata juga ada di sana. Satria pun tertegun. Ia mana kepikiran sampai punya surat nikah."Kalau tidak ada, ayo kita grebek! Daripada lingkungan kita dimanfaatkan untuk jadi tempat mesum!" sahut Pak Jali yang langsung disahuti warga lainnya.
"Satria ... Kepalaku pusing ..." lirih Rapunzel yang tubuhnya kini bersandar dalam dekapan Satria. Satria bisa merasakan kalau Rapunzel mulai kekurangan kekuatannya bahkan untuk menegakkan badannya sendiri. Satria pun harus mampu berpikir cepat, tetapi bagaimana ia bisa mempunyai surat nikah dalam semalam? Ia bahkan tidak tahu identitas Gadis Aneh ini.
"Uhm, dengarkan aku baik-baik ..." Satria menunduk agar Rapunzel bisa lebih mudah mendengar suara bisikannya.
"Aku minta kerjasamamu. Kalau kamu mau ikut bersamaku, kamu harus menuruti perkataanku. Apa kamu mengerti?" Rapunzel langsung mengangguk. Ia bahkan tak bisa berpikir di keadaan begini.
Satria pun menegakkan kepalanya dan menatap semua warga yang memojokkannya dengan mantap.
"Saya punya buktinya!" seru Satria yang membuat suasana ketika menjadi hening."Mana? Tunjukkan kalau memang ada surat nikahnya!" seru Pak Jali.
Satria pun menangkupkan kedua tangannya.
"Akan saya tunjukkan! Tapi, mohon beri saya waktu sampai besok pagi! Karena keadaan istri saya yang lelah setelah perjalanan jauh!" ujar Satria."Lagipula ini sudah malam dan waktunya untuk istirahat," lanjutnya lagi.
Pak RT pun maju.
"Oke, kami tunggu surat nikah Mas Satria dan istri besok jam delapan pagi. Jika belum bisa menyerahkan, terpaksa kami laporkan Mas Satria ke Kantor Polisi," ancam Pak RT. Satria mengangguk dengan mantap.
"Baik! Surat nikah akan saya tunjukkan besok sesuai waktu yany ditentukan!" sahutnya sambil menatap Pak RT."Kalau begitu, Bapak-bapak, ayo bubar. Ini sudah larut," sahut Pak RT. Para warga pun mengikuti instruksi Pak RT dan kembali ke rumahnya masing-masing.
Kini tinggal Rapunzel yang masih berada dalam dekapan Satria. Gadis itu menoleh ke arah Satria dengan mata yang setengah tertutup.
"Satria, surat nikah ... Bagaimana caranya besok pagi kita bisa punya surat nikah? Apa kita akan menikah sungguhan? Itu tidak boleh terjadi!" ujar Rapunzel lirih.Satria pun membalas tatapan Rapunzel sambil tersenyum penuh percaya diri. "Kamu tenang saja. Pokoknya besok kita akan jadi sepasang suami-istri dengan surat nikah. Lihatlah kesaktianku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Bersamamu (18+)
RomanceRapunzel kabur dari Mansion Mewahnya untuk bertemu dengan Tunangannya dan berkompromi tentang perjodohan mereka, tetapi ia malah bertemu dengan Satria yang tak sengaja lewat jalan di dekat Mansion dan menawarkan tumpangan. Rapunzel yang tidak meng...