35. Maaf

169 9 1
                                    

Saras kini dibonceng oleh Satria untuk pulang ke Panti Asuhan. Padahal, dia berencana mau menginap di rumah petakan Abangnya, kemudian sarapan pagi bersama dan berangkat bersama ke Panti untuk acara besok.

Namun semua sirna begitu saja. Siapa sangka, dia malah menyaksikan pertengkaran rumah tangga palsu sang Abang. Tunggu, hubungan mereka palsu, tetapi kenapa pertengkaran tadi terasa nyata? Motor Satria pun berhenti di lampu merah.
"Mas Satria ...." panggil Saras.

"Apa?" sahut Satria masih agak ketus.

Hati Saras masih terasa gundah. Dia harus mengeluarkan pertanyaan yang bergumul di kepalanya.
"Uhm ... Kak Rapunzel ...."

"Sebut aja dia Ucel. Dia dikenal dengan nama Ucel sama tetangga-tetangga Mas Satria," ujar Satria yang masih memantau detik mundur lampu merah.

"Oh, uhm, begini, Mas ...." Saras memutar otaknya. Kenapa dia begitu sulit menyatakan rasa penasarannya?

"Apa? Cepetan!" ketus Satria.

"Se-sebenarnya, Mas Satria suka sama Kak Ucel, ya?"

Tepat saat itu lampu lalu lintas berubah jadi hijau, tetapi Satria malah menginjak rem. Seketika kendaraan yang hendak tancap gas langsung membunyikan klakson mereka.

"Udah lampu hijau, woy!" cetus sebuah motor yang melewati Satria begitu saja.

"Ngerti lampu lalu lintas, gak, sih?" cibir seorang pengendara mobil.

"Kalau mau mati, jangan di jalan raya!" cibir pengendara motor lainnya.

Satria hanya menghela napas kasar, kemudian  memasukkan gigi motor dan tancap gas. Saras reflek memeluk pinggang Abangnya karena Satria tancap gas mendadak. Motor pun melaju dengan cepat menyusuri jalan raya. 

Hingga akhirnya mereka sampai di Panti Asuhan dan Satria sama sekali belum menjawab pertanyaan Saras. Saras pun turun dari motor, sementara Satria malah membuka helmnya.

"Mas!" tegur Saras.

"Apa?" timpal Satria masih ketus.

"Mas Satria belum jawab pertanyaanku!" tagih Saras sambil mencebik.

Satria kembali melempar tatapan sinis.
"Buat apa Mas jawab? Itu bukan pertanyaan sama sekali. Lagian, kalau kamu denger jawaban Mas Satria, apa coba gunanya?"

Dahi Saras mengernyit.
"Tapi, Mas Satria tadi kelihatan cemburu!" cetus Saras yang langsung membuat Satria membeku.

"Saras gak tahu siapa itu Cahyo. Tapi, Mas Satria sampai marah gitu ke Kak Ucel gara-gara Kak Ucel mau ajak si Cahyo itu. Padahal kalau semakin banyak yang bantu acara besok, semakin bagus."

"Ugh!" geram Satria.

"Kenapa kamu juga ikut-ikutan belain Cahyo, ha?" sewot Satria.

Dahi Saras mengernyit, kenapa Abangnya ini malah membahas laki-laki yang tidak ia kenal?
"Ugh! Mas Satria aneh, deh. Kenapa malah jadi marah sama aku? Aku bahkan gak kenal sama si Cahyo itu!" kesal Saras.

"Lagian, kamu tiba-tiba bahas Cahyo!" timpal Satria tak mau kalah.

"Ugh! Ya, udah, Kalau begitu, Mas pulang sana! Besok jangan lupa kalau Mas musti bantu-bantu!" usir Saras langsung pergi begitu saja meninggalkan Abangnya sendirian di luar.

"Sialan!" umpat Satria.

🌹🌹🌹

Keesokan paginya, Rapunzel bangun lebih cepat dari biasanya. Dia mengintip jendela kamar, ternyata matahari masih tidur. Rapunzel langsung keluar kamar untuk memeriksa jam, tepat saat keluar kamar  langkahnya terhenti. Dia mengucek-ngucek matanya kemudian pandangannyablurus ke arah sofa. Dahinya mengernyit. Dia tidak menemukan sosok Satria yang seharusnya tidur di sofa. Seketika sekujur tubuh Rapunzel merinding.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang