46. Tidak Cukup

132 7 0
                                    

Karena cinta bukanlah satu-satunya modal yang cukup untuk dua insan bisa bersama

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹 


Rapunzel terbangun setelah semalaman menangis dan malah ketiduran. Dia terdiam sembari memikirkan semua yang terjadi. Kenapa semuanya jadi begini? Padahal barusan adalah pertama kali Satria mengekspresikan perasaannya, meskipun dia belum sempat mengucapkan apapun. Namun, dari setiap belaian dan sentuhannya, Rapunzel yakin, Satria memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Tunggu? Perasaan yang sama?" gumam Rapunzel.

Gadis berambut pirang itu kini dapat mendengar suara detak jantungnya. Tangannya pun merambat ke dada kirinya dan merasakan dentuman jantungnya.
"Apa perasaanku pada Satria selama ini?" gumamnya lagi. Apakah hanha sekedar suka? Mungkinkah sayang? Atau lebih dari itu?

"Aku ... aku ingin hidup bersamanya dan selalu ada di sisinya," jawab Rapunzel pada pertanyaannya sendiri. Matanya kembali berkaca-kaca.

"Ya ... aku .... aku harus menyampaikan perasaanku ini pada Satria!" tekadnya. Tepat pada saat itu, dia bisa merasakan seluruh darah yang mengalir di tubuhnya mendidih. Rapunzel yang masih mengenakan jaket Satria, menutup resletingnya dan langsung turun dari tempat tidur.

"Satria pasti akan berubah pikiran jika aku menyampaikan perasaanku. Kita pastu bisa hidup bersama!" pikir Rapunzel langsung membuka pintu kamar.

Tepat pada saat itu, terlihat Satria yang sedang mengaduk segelas teh sambil mengenakan kaos dan sarung.

"Satria!" seru Rapunzel dengan wajah berbinar-binar membuat pria itu menatapnya dengan mata yang melebar, tetapi Satria langsung memalingkan wajahnya sambil sok sibuk mengaduk teh hangatnya kemudian dia duduk di sofa lusuhnya sambil menyeruput teh tersebut.

Rapunzel segera menghampiri Satria.
"Satria, ada hal penting yang mau aku bicarakan!"

"Pukul lima sore aku akan mengantarmu," ucap Satria tanpa mau menatap wajah Rapunzel. Seketika ucapan tersebut memudarkan senyum cerah gadis berambut pirang itu.

"Aku bukan mau membicarakan itu," ujar Rapunzel kecewa.

"Aku rasa, kita gak punya pembahasan lain," sahut Satria dingin.

Rapunzel menggigit bibir bawahnya. Dia langsung mengambil tempat di samping Satria, reflek, Satria langsung mengalihkan pandangannya lagi. Namun, Rapunzel langsung menarik lengannya.

"Satria ...." bujuk Rapunzel kemudian menyandarkan kepalanya di pundak pria itu.

"Aku sudah bilang semalam, keputusanku sudah bulat," timpal Satria.

Diam-diam, Rapunzel menyisipkan jari-jemarinya di sela jari-jari Satria.
"Tapi kamu belum menanyakan pendapatku, 'kan?" ujar Rapunzel.

"Pendapatmu tidak penting!" tekan Satria yang langsung membuat Rapunzel menegakkan tubuhnya.

"Kenapa? Kenapa gak penting?" Tiba-tiba suara Rapunzel meninggi.

"Ini hidup aku! Aku yang berhak memilih mau hidup dengan siapa!" kukuh Rapunzel.

Satria menggemurutukkan giginya sambil memejamkan mata erat-erat. Dia kemudian menoleh ke arah Rapunzel sambil menatap lurus ke arah mata gadis itu.
"Iya, tapi kamu belum bisa membuat pilihan yang tepat!" tukas Satria.

Mata Rapunzel menggenang serata menatap mata Satria.
"Enggak, Satria!" Rapunzel menggenggam erat tangan Satria sambil menyentuh pipi pria itu.

"Aku rasa, hidup bersamamu adalah pilihan yang tepat. Aku ingin selamanya hidup sama kamu. Kita bisa menikah sungguhan dan—"

"Mustahil!" potong Satria.

"Aku udah bilang semalam, jika bukan Mada, maka kamu akan menikah dengab pria yang setara dengan Mada! Bukan denganku! Kita gak cocok sama sekali! Lagipula, setiap hari kita selalu bertengkar!" Satria langsung menarik tangannya yang digenggam oleh Rapunzel kemudia  berdiri dan menenggak habis teh buatannya.

"Satria, tapi ... meskipun kita setiap hari bertengkar, bukankah itu tanda kepedulianmu sama aku?" Rapunzel memegang dadanya.
"Aku bisa merasakan itu, kok!"

"Jangan berhalusinasi, Rapunzel," ujar Satria sambil meletakkan gelas tehnya yang kosong di atas meja. Dia kini membelakangi gadis itu.

"Enggak! Aku gak berhalusinasi! Kalau begitu, apa artinya pelukanmu semalam? Apa artinya ciumanmu, semuanya yang kamu lakukan padaku semalam? Apa aku hanya berhalusinasi?"

Satria langsung tertohok, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Hatinya mulai goyah. Dia sendiri tidak bisa memungkiri bahwa dia menyayangi gadis ini. Tidak, mungkin lebih dari sekedar rasa sayang. Namun, gadis ini tidak mungkin menjadi miliknya. Satria sama sekali tidak boleh bermimpi terus-terusan.

"K-ke-keputusanku sudah bulat!" ulang Satria lagi yang bahkan enggan mengucapkannya lagi, tetapi dia harus kukuh pada pendiriannya.

"Masa bodo dengan keputusanmu itu!" pekik Rapunzel frustasi. Bulir bening mulai menetes dari sudut matanya.

"Aku juga bisa memutuskan langkah hidupku sendiri!" lanjutnya lagi.

"Tidak ada gunanya kamu menangis!" ketus Satria yang langsung menusuk jantung Rapunzel.

"Sebaiknya, simpan air matamu untuk hal yang lebih berguna!" lanjut Satria lagi kemudian hendak pergi ke dapur, tetapi Rapunzel langsung berdiri dan memeluk tubuh pria itu dari belakang.

"Aku mencintaimu, Satria!" ungkap Rapunzel yang membuat tubuh pria itu membeku.

Rapunzel mengeratkan pelukannya.
"Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu, makanya aku mau hidup bersamamu. Aku mau jadi istrimu yang sungguhan. Aku mau kita membangun keluarga bersama ...." Rapunzel terisak.

"Aku gak peduli siapa kamu, apa latar belakang kamu, bagaimana masa lalumu. Aku hanya mau bersamamu," ungkap Rapunzel menyatakan semua isi hatinya.

Sementara Satria memejamkan matanya dan tepat saat itu bulir bening menetes dari sudut mata pria itu. Dia mengeraskan rahang sambil mengatur napasnya. Dadanya benar-benar terasa sesak. Dia sangat ingin membalas ungkapan gadis ini, tetapi itu tidak mungkin.

Alhasil, Satria memegang tangan Rapunzel yang melingkar di pinggangnya dan melepaskannya secara paksa.
"Jangan mengatakan omong kosong!" bentak Satria. Sontak napas Rapunzel langsung tercekat. Hatinya seolah hancur berkeping-keping. Padahal, ucapan barusan itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Cukup ... cukup sampai di sini!" Suara Satria terdengar bergetar, membuat Rapunzel tertegun. Dia merasa ada secerca harapan, sepertinya Satria tidak sepenuhnya serius dengan kata-katanya.

"Satria ...." Rapunzel hendak mengambil tangan Satria, tetapi pria itu langsung menarik tangannya, seolah tahu apa yang akan dilakukan Rapunzel.

"Sebaiknya kamu pahami siapa kamu dan siapa aku. Jangan berdebat lagi," ucap Satria dingin kemudian langsung pergi keluar. Tepat saat itu tubuh Rapunzel meluruh ke lantai begitu saja.
"Kenapa? Memangnya apa salahnya jika gadis sepertiku jatuh cinta denganmu? Kenapa kita gak bisa bersama?" jerit Rapunzel frustasi.

Di sisi lain, Satria yang baru saja keluar dari rumahnya hanya bisa bersandar ke pintu sambil mendengar jeritan pilu Rapunzel. Dia langsung menumpahkan air matanya yang terbendung sejak tadi sambil memukul-mukul dadanya yang sesak. Kenapa rasanya bisa sesakit ini?

Tanpa dia sadari, Cahyo memperhatikan Satria dari jauh. Diam-diam dia tersenyum.
"Nice scenario!" ucapnya kemudian dia mendapat sebuah pesan masuk.

Catat waktu eksekusinya! Jangan sampai gagal karena nyawamu dan keluargamu adalah taruhannya!

🌹🌹🌹

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang