50. Karma

191 21 44
                                    

Ini hanyalah karya fiksi
Mohon bijak dalam memilih bacaan
SEMUA ADEGAN DAN UCAPAN DI BAB INI TIDAK UNTUK DITIRU!

🌹🌹🌹

Berhati-hatilah dalam bertindak
Karena benih yang kau tabur, akan menjadi hasil yang kau tuai

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

Satria melongo mendengar ucapan pria di hadapannya. Dia memandang betul-betul wajah pria yang sedang menyeringai bangga ini. Sontak alis Satria naik sebelah. Bodohnya dia, kenapa tidak menyadari bahwa gadis yang hendak dia lamar memiliki senyum yang mirip dengan pembunuh kedua orang tuanya. Namun, sepertinya dia tidak bodoh sendiri.
"Fernando Ferrara ...." ucap Satria sambil terkekeh membuat atensi pria berkepala enam itu beralih. 

Dia menatap Satria dengan tajam.
"Ya, itu nama asliku," ujarnya sarkas.

"Jadi, pria yang membunuh kedua orang tuaku di depan mataku adalah ...." Satria menatap Fernando dengan mata yang melebar.

"Adalah Fernando Ferrara, pft!" Tiba-tiba Satria malah tertawa, membuat dahi pria berkepala enam itu mengernyit.

"Apa yang lucu?" cecar Fernando.

"Sialan, aku malah jatuh cinta dengan putrimu ...." rutuk Satria yang langsung menatap Fernando dengan sinis.

Sementara Fernando memandang Satria dengan wajah datar. Dia kemudian melirik ke arah dua orang di belakang Satria. Fernando mengedipkan mata dua kali yang langsung dibalas dengan anggukan kepala dua orang tersebut.

"Kenapa aku selama ini tidak me— Argh! Anjing! Sialan!" Tiba-tiba sebuah cambukan menghantam punggung Satria hingga tubuhnya tersentak.

"Bangsat! Sialan! Anjing! Argh!" umpat Satria. Tepat saat itu cambukan demi cambukan didapatkan oleh Satria secara bertubi-tubi di punggungnya.

"Lagi!" titah Fernando sambil menyeringai puas, tepat pada saat itu cambukan lainnya kembali menghantam tubuh Satria.

"Argh! Anjing!" umpatnya lagi sambil meringis menahan rasa sakit, cambukan itu sepertinya mengenai luka sebelumnya yang masih basah.

"Dasar biadab!" tukas Satria, tetapi Fernando malah tertawa terbahak-bahak.

"Cambuk lagi! Terus lakukan! Rasakan! Dasar manusia rendahan!" hardik Fernando sambil tertawa puas. Tubuh Satria berkali-kali tersentak karena tubuhnya dipasung. Satria hanya bisa meringis sambil menahan rasa sakit yang diterimanya.

"Hentikan, Berengsek!" rutuknya.

"Kamu kira, aku akan berbelas kasih setelah mendengar pengakuanmu?" sergah Fernando kembali mengapit kedua pipi Satria, sementara punggungnya masih dicambuk.

"Barusan kamu bilang apa? Jatuh cinta pada putriku? Menjijikan!" sarkas Fernando kemudian kembali mengangkat tangannya. Tepat pada saat itu cambukan di punggung Satria dihentikan.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang