58. Jalan yang Tidak Mudah

165 7 1
                                    

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

"Rapunzel ... Rapunzel ... bangun." Terdengar suara seorang pria yang sangat Rapunzel kenal. Ini suara siapa? Suara Satria? Ya, harusnya ini suara Satria. Apakah pria itu sudah bebas? Rapunzel berusaha membuka matanya yang terpejam, tetapi rasanya kelopak matanya terasa lengket.

"Satria ... apa itu kamu? Kamu sudah bebas?" tanya Rapunzel penih harap.

"Iya, Rapunzel. Aku sudah bebas sekarang. Maka dari itu, ayo kita pulang bersama-sama," ucap suara itu yang membuat dada Rapunzel berdesir. Dia menahan air mata yang tiba-tiba terbendung.

"Satria ... tapi ini rumahku," ucap Rapunzel yang masih memejamkan mata.

Sebuah tangan hangat memegang pipinya yang terasa dingin.
"Iya, aku tahu. Tapi aku mau membawamu bersamaku. Ayo," ajaknya.

Air mata Rapunzel menetes.
"Kamu yakin mau membawaku? Kamu mau hidup bersamaku?" tanya Rapunzel lagi dengan suara yang bergetar.

"Jangan bodoh!" Tiba-tiba suara itu terdengar ketus. Suara Satria tadi tiba-tiba berubah jadi suara orang lain.

"Satria? Apakah itu kamu?" tanya Rapunzel, tetapi wajah Rapunzel langsung diterpa embusan napas yang kasar kemudian tangan hangat yang memegang pipinya tadi, malah menepuk-nepuk pipi Rapunzel.

"Heh, bangun! Cepat buka matamu!" ucap pria itu.

Dahi Rapunzel mengernyit, dia berusaha membuka kedua kelopak matanya.

"Ayolah, berusaha sedikit lagi!" suruh pria itu seraya membasahi tangannya dengab air mineral kemudian membasuh wajah Rapunzel dengan tangannya yang basah.

Rapunzel pun berhasil membuka matanya, tetapi sama saja, gelap.  Tunggu, jadi pertemuannya dengan Satria itu tidak nyata?

"A-aku di mana?" bingung Rapunzel.

"Ini di jalan rahasia menuju Rumah Terakhir." Lagi, terdengar suara pria yang sama. Terdengar tidak asing.

"K-kamu —"

"Mada Ferrara. Aku datang untuk menyelamatkan Satria di sini. Setidaknya tujuan kita sama," ujar Mada.

Rapunzel mengerjapkan matanya.
"Ma-mada?" Dia langsung mendekati asal suara dan meraba serta berusaha meraih tangan pria berkepala tiga itu.

"Mada ... Satria ... kondisi Satria —" Rapunzel malah terisak. Dia tidak sanggup berkata-kata jika mengingat kondisi mengenaskan Satria yang dipasung di Rumah Terakhir oleh Ayahnya.

"Aku tahu. Aku sangat tahu kondisi Satria, tetapi kamu juga jangan melupakan kondisimu!" omel Mada.

"Makanlah sedikit makanan ...." suruh Mada sambil menyodorkan sebuah roti yang beraroma mentega dan susu.

Reflek, Rapunzel mengendus ke arah aroma roti yang kuat itu. Dia langsung merebut roti itu dari Mada dan melahapnya. Dia juga tidak bisa bohong kalau dia sangat lapar. Pasalnya dia belu  nakan sama sekali sejak kemarin malam. Rapunzel pun menghabiskannya dalam satu suapan.

"Waw, aku kira kamu dididik seperti seorang tuan putri," komentar Mada.

Rapunzel menelan langsung roti yang telah ia lahap.
"Ini darurat. Uhm, ada air?" tanyanya yang merasa roti barusan menyangkut di kerongkongannya.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang