6. Persiapan

354 21 5
                                    

Telingaku panas dengan omelanmu,
Tapi aku tahu, itu adalah bentuk perhatianmu

*
Jangan lupa follow Mamauzda dan votemen-nya guys!

*

Happy Reading

*

Tenaga Rapunzel benar-benar terkuras habis. Ia bahkan memeluk pinggang Satria seerat mungkin.
"Kamu jangan sampai jatuh. Sebentar lagi kita sampai," sahut Satria. Rapunzel hanya mengangguk pelan sambil bersandar di punggung Satria. Hingga mereka berdua sampai di sebuah rumah petakan.

Satria menghentikan motornya di depan rumah petakan itu.
"Kamu turun dulu, tunggu sebentar, aku masukin motor," ujar Satria.

Rapunzel pun dengan lemas turun dari motor dan berdiri di depan pagar rumah petakan itu.  Satria kemudian memasukkan motornya ke halaman rumah tersebut yang memiliki lebar satu setengah meter. 

Pria itu kemudian mengambil kunci di bagasi motornya. Ia melirik ke arah Rapunzel yang matanya setengah terbuka dengan bola mata ke atas dan mulutnya agak terbuka. Satria hanya bisa geleng-geleng. Ia terpaksa menghampiri Rapunzel dan meraih tangan gadis itu.
"Ayo, kamu mau berdiri di sana sampai besok?" ajak Satria menarik Rapunzel bersamanya.

Rapunzel pun berdiri tepat di samping pintu rumah petakan Satria, sementara pria itu membuka kuncinya. Ia pun menoleh ke arah Satria yang baru saja berhasil membuka pintunya.
"Satria ... Aku ngantuk. Aku mau tidur. Aku lelah. Aku mau pingsan ...." Seketika tubuh Rapunzel langsung oleng, untungnya Satria langsung menahan tubuh gadis itu.

Dahi Satria mengernyit. Ia mengguncang tubuh Rapunzel.
"Heh, kamu, jangan pura-pura lemah, ya! Bangun! Padahal tadi kamu kelihatan perkasa saat menodongkan pistol padaku!" Sayang ucapan Satria sama sekali tak digubris. Rapunzel malah memejamkan matanya.

Dahi Satria mengernyit. Ia mengguncangkan tubuh Gadis itu lebih kencang.
"Hey, bangun! Jangan bilang kamu tidur! Hey, kita masih punya urus—" Rapunzel malah mendengkur, membuat Satria tak bisa berkata apa-apa lagi.

Pria itu hanya geleng-geleng kepala.
"Dasar merepotkan!" keluhnya langsung mengangkat tubuh Rapunzel ke atas pundaknya. Pria itupun membawa Rapunzel masuk ke dalam rumah petakannya.

Satria meletakkan gadis berambut pirang itu di atas lantai samping sofa di ruang tamu sekaligus ruang makannya. Ia menyandarkan punggung Rapunzel ke kaki sofa. Rapunzel bahkan bergeming dan asyik mendengkur.

Satria hanya bisa memandangi gadis cantik itu. Namun matanya langsung melirik ke arah dada Rapunzel.
"Bukankah ini kesempatan bagus? Aku bisa merogoh branya dan mengambil ATM-ku!" seru Satria, tetapi ia langsung menggeleng dengan cepat.
"Tidak! Ini namanya pelecehan!" sahut Satria.

Pria itu pun berdiri sambil membuka jaketnya dan meletakkanya di sofa. Ia memandang tubuh gadis yang terlelap di depannya dari atas kepala hingga bawah kaki. Hidung Satria berkerut saat melihat telapak kaki Rapunzel yang begitu penuh dengan tanah.
"Dia dari tadi gak pakai alas kaki?" Satria langsung berjongkok untuk memeriksa telapak kaki Rapunzel. Ia seperti melihat ada cairan kental warna merah di kulit kotor itu.

"Sinting!" umpatnya langsung berdiri dan berlari ke dapur. Ia mengambil air di baskom dan sehelai kain. Satria kembali dan pelan-pelan membersihkan telapa kaki Rapunzel. Gadis itu berdesis kesakitan. Atensi Satria pun beralih.
"Tahan, sedikit!" ujarnya.

"Perih ..." rintih Rapunzel yang masih memejamkan mata. Satria memilih abai, ia kembali membersihkan telapak kaki gadis itu.

"Ayah ... maafkan Rapunzel ... Rapunzel gak akan kabur lagi ... Rapunzel akan menikah dengan Mada."

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang