18. Khawatir

204 10 0
                                    

Naluri pria adalah melindungi orang-orang di sekitarnya
Namun, kadang mereka tidak tahu bagaimana caranya

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

"Satria! Lepasin! Sakit!" rintih Rapunzel yang diseret paksa oleh Satria menuju rumah petakan mereka.

"Enggak akan! Aku harus kasih kamu pelajaran, supaya orang manja, enggak tahu diri, arogan dan egois kayak kamu emggak seenaknya lagi!" ketus Satria tanpa menoleh ke arah Rapunzel.

"Tapi Satria, aku sama anak-anak—"

"Halah!" bentak Satria yang menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke arah Rapunzel sambil melrmpar tatapan tajamnya.

"Kamu enggak usah buat-buat alasan! Ayo, ikut aku!" paksa Satria yang kembali menyeret gadis berambut pirang itu.

Satria langsung membawa Rapunzel ke rumah mereka yang pintu dan jendelanya terbuka begitu saja. Sontak Rapunzel tercengang.
"Satria, kenapa pintu dan jendelanya dibuka lebar-lebar? Kalau ada yang mencuri gimana?" panik Rapunzel.

"Mencuri? Manusia gak punya otak kayak kamu bisa mikir ada yang mencuri? Hebat kamu, ya?" sinis Satria yang membuat Rapunzel menurunkan alisnya.

"Satria ... kayaknya kata-kata kamu terlalu kasar," cetus Rapunzel dengan nada yang agak sedih.

"Udah, enggak usah sok jadi korban! Masuk sekarang!" Satria langsung menarik tangan Rapunzel masuk ke dalam rumah dan membawanya ke dapur.

"Coba kamu cium, masih ada bau aneh, enggak di sekitar sini?" titah Satria. Rapunzel pun menghirup aroma di sekitar dapur, sontak hidungnya berkerut.

"Ini bau menyengat tadi!" serunya langsung menutup hidung.

"Kenapa baunya masih ada, padahal udah hampir dua jam."

Bahu Rapunzel langsung disentuh Satria.
"Apa? Dua jam?" Suara Satria langsung mrninggi hingga membuat Rapunzel menutup matanya.

"Jadi selama dua jam kamu udah membiarkan rumah petakan kecil ini dipenuhi oleh gas?" tekan Satria.

Rapunzel membuka matanya satu per satu seraya memandang bingung wajah Satria
"G-gas?"

"Bau gas itu apa?" bingung Rapunzel.

"Dasar otak kosong!" cibir Satria yang membuat Rapunzel terhenyak.

"O-otak kosong?" gumam Rapunzel dengan suara yang bergetar.

"Udah gak tahu apa-apa, bertindak pakai enggak mikir, lagi! Sini!" Satria langsung menarik tangan Rapunzel mendekati sebuah tabung berawarna hijau yang terhubung dengan kompor oleh sebuah selang.

"Lihat ini Tuan Putri Rapunzel, ini namanya gas, fungsinya untuk memunculkan api di kompor." Satria benar-benar menahan emosinya yang siap meledak sekarang juga.

"O-oh ... a-aku baru tahu," lirih Rapunzel dengan suara yang bergetar. Dahi Satria mengernyit. Dia pun menatap wajah Rapunzel, sementara gadis itu langsung membuang mukanya.

"Kamu kenapa, ha? Mau nangis?" emosi Satria.

Rapunzel menggeleng, tetapi ia tidak bisa memungkiri sebuah bulir bening berhasil lolos dari sudut matanya.
"A-aku enggak nangis, kok!" isaknya.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang