57. Sampul Indah

132 8 0
                                    

Orang-orang selalu mudah tertipu dengan bungkus yang indah

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

"Ayolah, bukankah sebenarnya kau juga ingin aku segera menikah dengan Rapunzel?" tanya Mada. 

Fernando menatap pria berkepala tiga di hadapannya dengan seksama. Instingnya mengatakan, bocah berkepala tiga di hadapannya ini sedang berusaha membuat siasat. Namun, dia tidak bisa langsung menebak, apa siasatnya. Alhasil, Fernando tersenyum miring.

"Ya, kamu benar. Tapi putriku sedang menjalani hukuman," ujar Fernando.

Dahi Mada mengernyit.
"Hukuman?"

"Apa Rapunzel tertangkap? Apa yang dia lakukan sampai bisa dihukum oleh orang keji ini?" batin Mada.

"Ya, aku sedang mengurungnya karena dia tidak menurut denganku. Yah ... hal ini bisa dibilang aku menunjukkan ketegasan padanya setelah memanjakan selama sembilan belas tahun," beber Fernando.

Mada ikut tersenyum miring. Dia hapal betul gelagat Fernando, pria ini selalu membungkus kekejiannya dengan kalimat yang indah sehingga terdengar wajar.

"Aku baru tahu, kalau kau adalah Ayah yang tegas. Setahuku kau begitu menyayangi Rapunzel sampai-sampai, setelah menikah pun dia harus tetap tinggal denganmu, meskipun kau juga jarang ada di sini," sindir Mada.

Tiba-tiba Fernando malah tertawa terbahak-bahak, membuat Mada mengernyitkan dahi. Sepertinya pria tua ini semakin bertambah usia, semakin gila saja.

"Apa yang lucu?" cecar Mada yang agak kesal mendengar suara tawa seorang Fernando.

"Tidak ...." Fernando berusaha mengerem tawanya.

"Sayang? Ugh ...." Fernando menggosok telinganya.
"Telingaku terasa panas mendengar kata memuakkan itu," kekeh Fernando.

"Muak?" gumam Mada. Perutnya langsung tidak terasa nyaman. Pasti sesuatu telah terjadi. Pria itu pun mengangkat dagunya.

"Jadi ... kapan aku bisa mengunjungi tunanganku? Bukankah pernikahannya lebih baik dipercepat?" singgung Mada yang menarik atensi Fernando.

Fernando langsung mendekati Mada.
"Pernikahannya dipercepat? Ya, memang itu yang harus kalian lakukan!" antusias pria berkepala enam itu.

"Sudah seharusnya kalian semua menurutiku!" tekan Fernando.

Mada menghela napas kasar, tetapi kemudian langsung memasang wajah senyum formalitasnya.
"Bisakah kamu katakan saja, di mana Rapunzel sekarang?" Mada sudah mulai kehilangan kesabaran.

"Ya ampun ...." Fernando malah mengeluarkan gelang kunci dari jaketnya. Dia memilah-milah kunci-kunci yang menggantung di gelang kunci tersebut.

Dahi Mada mengernyit. Sebenarnya, pria tua ini menghukum anaknya di mana? Tidak mungkin, dia mengurung Rapunzel di penjara menara, 'kan?

"Ini dia!" Akhirnya Fernando menunjukkan sebuah kunci.

"Jeremy!" Fernando memanggil seorang penjaga di ruang tamu tersebut. Pria yang sejak tadi berdiri di samping pintu itu pun menghampiri Tuannya.

"Ya, Tuan," sahutnya.

Fernando langsung memberikan kunci itu pada penjaganya.
"Antarkan tamu terhormatku ke tempat putriku berada. Kamu pasti tahu, 'kan, kunci ruangan apa ini?" sahut Fernando.

Jeremy memperhatikan kunci tersebut kemudian mengangguk.
"Baik, Tuan."

"Bagus. Jika urusannya sudah selesai, jangan biarkan putriku keluar dan kunci kembali pintunya, setelah itu kembalikan lah padaku. Mengerti?"

"Mengerti, Tuan!" sahut Jeremy kemudian menerima kunci tersebut dari tangan Fernando.

Atensinya pun beralih pada Mada.
"Silakan, Tuan, lewat sini," ujar Jeremy mempersilakan. Mada tak sanggup berkata-kata, dia hanya mengikuti ucapan penjaga itu saja.

🌹🌹🌹

Rapunzel hanya bisa duduk meringkuk di balik pintu besi. Di ruangan yang lebih mirip penjara ini benar-benar tidak ada celah untuk kabur. Kenapa juga, sang Ayah membangun tempat seperti ini? Apakah ini termasuk dari dunia buatannya untuk membahagiakan Rapunzel? Jika, iya, maka sang Ayah sungguh manusia gila.

Tap! Tap! Tap!

Telinga Rapunzel mendengar langkah kaki seseorang ... tidak! Dua orang yang terdengar semakin jelas. Apakah sang Ayah datang, tetapi dengan siapa? Apakah itu Adi? 

Gadis berambut pirang itu langsung beranjak dan mengintip lewat jendela kecil di pintu. Sontak, matanya membulat saat melihat sosok yang dia tunggu-tunggu. Mada Ferrara! Namun, dimana sang Ayah, kenapa Mada malah datang dengan salah satu penjaganya?

Rasanya, Rapunzel sangat ingin berteriak, tetapi lidahnya kelu. Tunggu, dia harus bersabar. Rapunzel pun berbalik dan memilih untuk menyandarkan diri di pintu besi tersebut.
"Mada pasti menolongku!" gumam Rapunzel.

"Arrgh!" Terdengar rintihan dari luar yang membuat Rapunzel membalikkan badan. Dia melihat seseorang tergeletak di tanah, tetapi dia tidak bisa melihat itu siapa dari sudut pandangnya.

Rapunzel menggedor-gedor pintu besi itu dengan keras.
"Hey, awas kamu, ya! Kamu tidak akan bernapas jika kamu menyakiti Mada!" pekik Rapunzel.

"Hey!" Tiba-tiba muncul wajah seorang pria yang sangat ia kenal. Sontak mata Rapunzel membulat. Dia mengerjapkan matanya.

"M-mada? K-kamu ...." Otak Rapunzel beku. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, dunia seakan berputar, matanya tertutup setengah.

"Hey! Rapunzel, jangan pingsan dulu!" panik Mada.

"A-aku ...." Rapunzel berusaha tetap sadar, tetapi kepalanya sangat pusing, dia mendesis menahan rasa sakit itu.

"Setidaknya jauh-jauh dari pintu!" ujar Mada yang diikuti oleh Rapunzel. Kemudian, tubuh gadis itu ambruk ke tanah. Mada langsung mengintip lewat jendela.

"Rapunzel? Kamu benar-benar pingsan?" tanya Mada memastikan. Namun, dia hanya bisa melihat tubuh gadis itu terkulai lemas di sana.

"Ugh, bisa-bisanya dia pingsan!" gerutu Mada yang akhirnya membuka pintu besi tersebut. Dia hanya bisa menghela napas mendapati Tunangannya pingsan.  Alhasil, Mada terpaksa mengangkat tubuh sang Tunangan dan membawanya pergi dari penjara menara itu.

🌹🌹🌹



Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang